Terjebak Malam Yang Salah

"Kau tidak akan terlepas dariku, kau harus mengikuti alurku, walau apapun yang terjadi, kau tetap akan berstatus menjadi istriku," ucap Nicho lirih.

Tak mau saja dia mengecewakan kakeknya, wanita baginya sama saja. Hanya akan menyakiti hatinya, seperti halnya Micela Adelia, wanita yang dia cintai, baik padanya, nyatanya tak punya perasaan apapun padanya dan menikah dengan orang lain.

Maura? Wanita yang dijodohkan dengannya, mencoba dia terima, nyatanya menghianatinya. Rasa sesak memenuhi hatinya.

Menikah dengan Ganesa baginya adalah suatu keberuntungan. Ganesa, wanita itu datang padanya, tapi dia tak mencintainya. Wanita itu juga tidak dia cintai.

Pernikahan yang seperti ini yang mungkin saat ini dia butuhkan. Hanya sebuah status yang tidak menuntut apapun. Sebuah status yang dia butuhkan untuk mengelabuhi kakeknya. Sebuah pernikahan yang dia butuhkan untuk melengkapi hidupnya yang baginya penuh drama.

Tak lama dari itu, Rangga tampak bersandar di mobil yang Nicho tumpangi. Segera Nicho membuka kaca mobil.

"Aku sudah melakukan semua yang kau inginkan, mengganti data yang masuk pada KUA tentang wanita yang akan menjadi istrimu, dan memajukan tanggal. Aku juga sudah meminta pihak WO untuk melakukan persiapan sedari tadi, pekerjaanku hari ini sudah terlampaui dengan sempurna," ucap Rangga memberikan laporan pada bosnya.

"Bagus," ucap Nicho dengan wajah datarnya. Sepertinya ada yang dia pikirkan mendadak. Sehingga wajahnya tampak serius. Ardani Rahardian Wijaya? Bagaimana bisa dia berurusan dengan lelaki yang tidak bisa dia bilang sepele itu?

"****," umpatnya pelan, saat bayangan wajah Ardani dan Ganesa berputar dalam memori otaknya.

"Maura menghubungiku, dia memintamu menemuinya. Bahkan siang tadi dia ke kantor, menunggumu berjam jam di ruanganmu," ucap Rangga.

Nicho yang semula menatap depan, kini menatap ke arah dimana Rangga berada. Senyuman sinis muncul di sudut bibirnya. Mengingat nama Maura membuat hatinya kembali terluka.

"Harusnya kau mengusirnya, aku tidak mau lagi berurusan dengan wanita sepertinya," ucap Nicho.

"Dia ngotot untuk menemuimu," ucapnya.

"Biarkan, aku akan mengurusnya lain waktu," ucap Nicho.

"Hem, itu lebih baik, Tuan Nicho," ucap Rangga. Nicho tampak menghela napas panjang.

"Lalu, bagaimana dengan keadaan kakek saat ini?" tanya Nicho. Netranya mengamati Rangga yang tampak waspada mengamati sekitar. Khawatir saja ada musuh Nicho yang memberi serangan dadakan pada pimpinan Geng Aster itu.

"Tuan besar sudah membaik, bahkan beliau sudah boleh pulang sore tadi," ucap Rangga. Memang kakeknya berada di rumah sakit yang berbeda dengan keberadaan Ganesa.

Nicho menganggukan kepalanya, mungkin saat ini sebaiknya dia segera pulang. Dia harus menemui kakeknya dan memastikan kakeknya baik baik saja.

"Aku akan menemui kakek dan membicarakan pernikahanku padanya, kau urus semua biaya pengobatan wanita itu. Kau atur juga besok keberangkatannya ke lokasi," ucap Nicho lagi.

"Aku sudah melakukan semuanya, aku sudah membicarakan dengan Asisten pribadi Tuan Ardani, dia bilang Tuan Ardani juga menyetujui semuanya," ucap Rangga.

"Bagus, kau memang yang terbaik," ucap Nicho.

Nicho menutup kaca mobil, menyalakan mobil itu. Rangga segera berdiri tegak. Menyaksikan mobil berwarna hitam pekat itu melaju meninggalkan pelataran rumah sakit.

Nicho melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal, mengendarai mobil seperti ini sudah menjadi kebiasaanya. Berkejaran dengan musuh diperlukan keahlian dalam hal ini, hingga beberapa saat kemudian, sampailah Nicho di pelataran sebuah mansion mewah.

Dengan elegan Nicho keluar dari mobilnya, dipandangnya mansion itu dengan tenang.

"Selamat malam Tuan muda," sambut seorang pelayan yang baru datang, sambil membungkuk di depan Nicho.

Nicho tampak mengangguk kemudian melenggang pergi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...