Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Milikku Tidak Boleh Disentuh Siapapun!
Ketika acara inti sudah selesai, kini Zenia mulai berbaur dengan teman-teman yang lain. Melati hanya berdiri di tempatnya dengan menatap Zenia yang menunjukan beberapa mainan pada teman-temannya.
"Zen, terlihat sangat bahagia. Dan aku pertama kali melihatnya begitu bahagia seperti ini"
Melati menoleh dan melihat suaminya yang sedang memandang ke arah yang sama. Melati tersenyum dan mengangguk pelan.
"Semoga kebahagiaan akan selalu menyertai Zenia"
Zaidan hanya mengangguk saja. Untuk beberapa saat, mereka berdua hanya diam berdiri disana dengan pandangan yang terus mengawasi Zenia. Sampai seseorang tiba-tiba datang menghampiri mereka.
"Hai Za, apa kabar?" Perempuan itu langsung mendekati Zaidan dan memeluknya. "Maaf aku datang terlambat"
Zaidan yang cukup terkejut langsung mendorong tubuh perempuan yang memeluknya itu. "Apa-apaan kau ini? Memeluk orang sembarangan!"
Perempuan itu berdecak pelan, dia menghela napas kasar sebelum memberikan sebuah paper bag yang dia bawa.
"Aku bawa hadiah untuk Zen, dimana dia?"
Zaidan menunjuk dengan menggerakan dagunya, tatapannya begitu dingin dengan wajah yang datar. Sama sekali tidak menunjukan ekspresi hangat pada perempuan di depannya ini.
"Ah, baiklah aku akan menemui Zenia dulu"
Melati hanya diam karena tertegun atas kedatangan perempuan cantik yang tiba-tiba memeluk suaminya. Melihat ekspresi Zaidan yang seolah terkejut dan marah pada wanita tadi yang memeluknya, membuat Melati juga tidak berani bertanya siapa dia. Karena dia takut Zaidan malah semakin marah.
Tanpa berkata apapun, Zaidan berlalu masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Melati yang bingung dengan keadaan saat ini. Melati beralih menatap Zenia yang sedang berbicara dengan perempuan tadi. Terlihat Zenia yang begitu senang menerima hadiah darinya.
Apa mungkin dia adalah perempuan yang dibicarakan oleh Amelia waktu itu ya? Kalau benar, dia begitu cantik, apalah aku di bandingkan dia.
Dalam hati ada sebuah rasa tidak percaya diri dan rasa marah bercampur sedih. Melati juga bingung dengan perasaannya sendiri. Ada apa dengannya? Kenapa marah?
*
Acara sudah selesai, hanya tinggal sisa-sisa dari pesta yang berlangsung. Melati duduk diam sendirian di dekat kolam, merendam kakinya ke dalam kolam. Hari sudah hampir gelap, namun dia sedang ingin diam sendirian disini. Zenia sudah mandi bersama Mama.
"Mel"
Panggilan itu membuat Melati menoleh, dia tersenyum saat melihat Ares yang berdiri di sampingnya. Ares menggulung celana panjangnya sampai ke lutut, lalu ikut duduk di samping Melati dengan kaki masuk ke dalam kolam.
"Sendirian disini, kenapa?" tanya Ares.
Melati menatap kakinya yang sengaja dia mainkan di dalam air. Perhatian yang selalu Ares berikan padanya, tentu saja membuat Melati tidak bisa menahan perasaannya. Ares yang selalu menunjukan kepedulian begitu besar pada Melati.
"Kak, yang tadi datang dan memberikan kado pada Zen, siapa?"
Meski sudah menduga siapa perempuan yang tiba-tiba datang dan memeluk Zaidan itu. Namun, Melati masih ingin menanyakan pada Ares, karena dia yakin Ares lebih tahu tentang perempuan tadi.
Ares terlihat cukup bingung untuk menjelaskan pada Melati. "Itu mantan pacarnya Tuan Zaidan, Nona Siska"
Ares langsung menoleh saat tidak mendengar respon apapun dari Melati. Melihat gadis itu sedang menunduk dengan pandangan kosong tertuju pada kakinya yang berayun di dalam air kolam.
"Mel, kamu cemburu?"
Seketika pertanyaan itu berhasil menarik Melati ke alam sadarnya. Dia langsung menoleh pada Ares, tatapan matanya menunjukan kebingungan yang besar. Bahkan dia sendiri tidak tahu bagaimana perasaan hatinya sekarang.
Ares menepuk bahu Melati, lalu mengelus kepalanya seperti biasa, sebelum berbicara lagi. "Mel, kamu tahu jika kamu cemburu padanya, maka itu artinya apa? Kamu jatuh cinta padanya"
Melati langsung menggeleng dengan cepat, rasanya pikirannya masih menoleh kata 'jatuh cinta' untuk pria seperti Zaidan.
"Tidak mungkin aku jatuh cinta padanya, Kak. Tuan Zaidan itu sama sekali bukan tipeku"
Karena sebenarnya tipeku adalah kamu, Kak.
"Kadang cinta dan hati tidak akan bergantung pada sebuah tipe yang kamu tentukan untuk menjadi pendamping hidupmu, Mel. Tidak ada yang bisa mengatur perasaan dan hati ketika akan jatuh cinta pada siapa"
"Itu tetap tidak mungkin, Kak. Jika jatuh cinta, tentu bukan padanya" Aku jatuh cinta padamu, Kak Ares. Tolong sadarlah.
Sebuah tangan yang tiba-tiba menarik tangan Melati, membuatnya terkejut. Saat mendongak, Melati lebih terkejut saat melihat Zaidan yang berdiri di sampingnya. Tatapan yang lebih tajam dari sebelumnya, wajah yang dingin, dan rahang yang mengeras, membuat Melati merasa menciut dalam seketika.
"Bangun!"
Suara bariton penuh penekanannya, membuat bulu kuduk langsung merinding. Tanpa berkata-kata Melati langsung berdiri dengan sedikit susah karena sebelah tangannya sama sekali tidak dilepaskan oleh Zaidan.
"Tuan mau bawa Melati kemana?" tanya Ares yang ikut was-was melihat ekspresi Zaidan saat ini.
Zaidan melirik tajam penuh permusuhan pada Ares. "Tidak perlu ikut campur! Ini adalah urusanku dan istriku!"
Istriku? Melati menatap pergelangan tangannya yang masih di cengkram oleh Zaidan. Langkah kakinya sedikit terseok-seok karena mengimbangi langkah kaki Zaidan.
Sampai di ruang kerja, Melati baru pertama kali masuk ke dalam ruangan ini. Dan entah kenapa Zaidan membawanya kesini sekarang. Zaidan menghempaskan tangan Melati dengan sedikit kasar, membuat Melati hampir limbung. Dia melihat pergelangan tangannya yang memerah sekarang.
"Tu-tuan kenapa?"
Melati mulai was-was ketika melihat tatapan Zaidan yang begitu dingin, langkah kaki pria itu yang perlahan semakin dekat padanya, membuat dia perlahan melangkah mundur. Sampai Melati tidak sadar telah terpojok di sofa dan akhirnya jatuh terduduk. Zaidan langsung mengukung tubuh Melati di atas sofa, sebelah kakinya naik ke atas sofa, bertumpu pada lututnya di sisi tubuh Melati sekarang.
Tatapan mata yang begitu tajam, membuat Melati semakin menciut. Bahkan untuk bersuara saja, dia merasa tidak mampu lagi.
"Semua yang sudah menjadi milikku, tidak boleh disentuh orang lain. Karena aku tidak pernah suka itu! Kau paham?!"
Melati masih terdiam, mencoba mencerna ucapan Zaidan dengan otaknya yang blank karena rasa takut pada pria mengerikan di depannya ini. Melati sedikit mengerjap kaget saat tangan besar itu mengelus bagian kepalanya, sedikit menarik beberapa helai rambut dengan sela jarinya.
"Semua yang menjadi milikku, tidak boleh disentuh orang lain!"
Melati masih terdiam, sampai dia sadar ketika tangan Zaidan beralih pada bahunya, menekan cukup kuat di bahunya itu. Dan Melati ingat bahu dan kepalanya yang tadi telah di sentuh oleh Ares.
Ah, dia menganggapku sebuah barang yang dia kontrak satu tahun ini. Dan barang miliknya tidak boleh di sentuh siapapun, karena takut rusak. Termasuk Kak Ares.
"Ma-maaf, aku akan lebih hati-hati lagi mulai sekarang"
Senyuman tipis di bibir Zaidan, malah semakin mengerikan bagi Melati. "Bagus. Akhirnya kau paham maksudku"
Bersambung
skali2 si sany harus dikerasin diberi pelajaran biar nggak makin nglunjak jd perempuan
kasihan melati ibu dan adiknya 😢
he sany ulat bulu sialan kau dan ibumu nggak tau diri bgt!... 😏
semangat melati,ibu dan Fattah,,pergi sejauh jauh nya,,,biar zidan gila mencari mu,,trs zen kritis karna rindu,,,biar ibunya zidan sadar,pasti sudah memakan omongan shani tuu ibunya zidan,,trs zidan stresss biar mampusss semuanya..
berbahagia lah melati bersama ibu dan adik nya...