Ini hanya cerita karangan semata. Semoga bermanfaat.
Ini kisah cinta Viola Armada dan Yuko Eraser. Di lengkapi dengan misteri di balik kematian Lazio Eraser, Daddy nya Yuko Eraser.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
01
"Jadi, Daddy kamu meninggal karena kecelakaan?"
"Iya. Dan aku nggak nyangka kalau Daddy bakal meninggal saat itu juga. Daddy aku meninggal ditempat,"
Viola mengusap lengan Yuko. "Nggak nyangka ternyata kita senasib, Yuk,"
"Maksudnya?" Yuko menatap Viola penasaran.
Viola menunduk, tangannya bergerak mencabut sehelai rumput dan memainkannya.
"Bukan hanya Daddy aku. Tapi, Daddy dan Mommy aku meninggal ditempat karena kecelakaan juga. Kita benar-benar senasib, Yuk. Tapi kamu lebih beruntung karena masih punya Mommy. Sedangkan aku sudah nggak punya siapa-siapa lagi kecuali kakak aku."
"Jadi, Mama Papa kamu yang waktu itu bukan orangtua kandung kamu?" Yuko merasa iba.
Viola mengangguk. "Mama Papa dulunya adalah sahabat Daddy dan Mommy ku, karena mereka kasihan melihat aku dan kakak aku yatim piatu mereka mengangkat kami sebagai anak. Dan kakak aku dinikahkan dengan anak bungsu Mama Papa."
"Dinikahkan?" Yuko terkejut.
Viola mengangguk. "Awalnya mereka dijodohkan, tetapi sekarang mereka saling mencintai. Jadi nggak ada masalah."
Yuko mengangguk. Dia tidak menyangka jika Viola memiliki masa yang lebih kelam darinya. "Kamu hebat,"
Viola mendecih. "Yeee, apanya yang hebat. Aku tuh masih sering mewek kalau lagi sendirian tauk,"
Yuko terkekeh. "Berarti kamu cengeng dong, masa sudah SMA masih suka nangis sih?" Yuko berusaha mengubah suasana yang tadinya melow menjadi meriah.
Viola mendengus, dia beranjak dari duduk sambil menepuk bagian pantatnya, takut ada debu yang menempel di rok seragamnya. "Sudah deh, aku mau ke kelas, ya. Daaa...!"
Yuko melambai tangan dengan senyum mengembang. Lalu wajahnya berubah sendu saat Viola tak lagi terlihat dipandangan.
...----------------...
"Mom, Yuko pulang!"
"Baru masuk di pintu utama kenapa sudah berteriak sih, Kak. Mommy belum bud3g lho," Lova, Mommy nya Yuko melipat kedua tangan didada sambil menatap anak sulungnya yang baru saja pulang dari sekolah.
"Biar nggak sepi, Mom. Yuka hari ini aku jemput nggak, Mom?" Yuko menjatuhkan badan disofa ruang tamu.
"Nggak usah, biar dijemput Mommy saja. Sekarang makan dulu sana, Mommy pergi dulu."
"Lho, Mommy mau kemana?"
"Jemput Yuka, lah. Memang mau kemana lagi?"
"Memangnya Yuka pulang jam berapa?"
"Ini Yuka baru saja menelepon Mommy."
"Oh,"
Yuka, dia adalah adik kandungnya Yuko. Yuka masih duduk dikelas dua SMP. Karena ada acara ekskul disekolahnya, jadinya Yuka pulang sore.
...----------------...
Lova melajukan mobilnya sedikit kencang karena takut Yuka menunggu terlalu lama. Namun, Lova mengerem mendadak saat didepan sana tiba-tiba ada orang berdiri ditengah jalan.
Begitu mobilnya berhenti, Lova keluar mobil dengan wajah yang penuh emosi. Lova siap memarahi seseorang itu yang seenaknya berdiri ditengah jalan tanpa melihat keadaan jalan. Namun, Lova bingung saat dijalanan tak ada siapapun. Lova menatap sekeliling, dan jalanan terlihat begitu sepi, tak ada satu orang pun disana.
"Perasaan tadi ada orang deh, kok sekarang nggak ada ya. Aneh banget!" Dan Lova tak mau mengambil pusing, dia segera masuk dan kembali melajukan mobilnya menuju sekolahnya Yuka.
...----------------...
Yuko keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dipingggangnya. Dia menuju lemari untuk mengambil pakaian ganti. Namun, saat membuka pintu lemari matanya tak sengaja menangkap bayangan seseorang dicermin. Yuko menoleh kebelakang. Dia pikir Mama atau Yuka yang sudah pulang. Tetapi, dibelakangnya tak ada siapapun.
"Yuka pasti nih yang ngajak main petak umpet. Males banget, kek bocil,"
Yuka tak menggubris itu dia pun memilih mengambil pakaian santai lalu memakainya. Setelah itu Yuko kembali menutup pintu lemari. Namun, bayangan sekilas seseorang, nyaris seperti angin lewat terlintas dicermin.
"Yuka, aku tahu itu kamu... lho?" Yuko tercengang karena tak melihat siapapun di belakangnya saat dia berbalik badan.
"Kak, Mommy beliin kita pizza, mau nggak?"
Yuko terlonjak saat Yuka tiba-tiba muncul di pintu kamar. "Yaelah, kalau cuma mau nawarin makan Pizza ngapain pake ngajak petak umpet segala, Yuk,"
Yuka mengernyitkan dahi. Dia tidak paham dengan apa yang di katakan oleh kakaknya. "Siapa yang ngajak main petak umpet? Orang aku baru saja pulang kok, ini baru saja ke sini buat ngajak Kakak makan pizza barengan. Lagian kek bocil banget aku ngajakin main petak umpet, Ada-ada saja, yuk ah makan! laper aku,"
Yuko merasa sedikit bingung karena dia yakin tadi ada seseorang dibelakangnya, tapi tidak ada siapa-siapa saat dia menoleh. "Ah, tadi mungkin hanya bayangan atau perasaanku saja." batin Yuko.
Setelah makan pizza dengan Yuka, Yuko memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan adiknya. Mereka berdua menonton film bersama dan menikmati waktu bersama.
Tiba-tiba, Yuko merasa seperti ada seseorang yang memperhatikan mereka dari jauh. Dia menoleh ke sekeliling, tapi tidak ada siapa-siapa. Yuko merasa sedikit tidak nyaman dan memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu lagi.
Yuko dan Yuka terus menonton film bersama, tapi Yuka merasa seperti ada seseorang yang memperhatikan mereka. Yuka berbicara, "Kak, aku merasa seperti ada seseorang di luar rumah kita."
Yuko menoleh ke arah Yuka. "Apa maksudmu?"
"Aku tidak tahu, tapi aku merasa seperti ada seseorang yang memperhatikan kita. Aku merasa tidak nyaman."
Yuko merasa penasaran dan memutuskan untuk memeriksa rumah mereka. "Baiklah, ayo kita periksa rumah kita."
Yuko dan Yuka memeriksa rumah mereka, tapi mereka sama sekali tidak menemukan apa-apa. Mereka sama sekali tidak menemukan adanya orang lain selain mereka di rumah ini. Akhirnya mereka kembali ke ruang tengah dan melanjutkan menonton film.
Tapi, Yuko masih merasa seperti ada seseorang yang memperhatikan mereka. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan itu.
Malam harinya.
"Kamu kenapa belum tidur? Padahal sudah jam sepuluh lho,"
"Aku belum ngantuk, Yuk. Kamu juga kenapa belum tidur?"
"Aku nggak bisa tidur karena keinget kamu terus,"
"Dih, gombal banget. Orang tiap hari kita ketemu kok di sekolahan."
"Hehehe... Gombal dikit nggak apa-apa dong. Kamu sebenarnya juga suka kan aku gombali,"
"Au ah!"
Tut
Panggilan di matikan sepihak oleh Viola, dan itu membuat Yuko tertawa kecil. "Lucu banget kamu sih Viola, aku jadi tambah gemes asli," gumamnya, dan Yuko meletakan ponsel di atas nakas. Lalu dia merebahkan badan di kasur, menarik selimut untuk menutupi hingga batas perut.
Perlahan kedua mata Yuko terasa berat dan terlelap. Namun, baru saja dia terlelap Yuko kembali terbangun karena kasurnya terasa bergoyang dan seperti ada yang tidur di sebelahnya.
Yuko menoleh, dan dia kembali bingung karena tidak ada siapapun di sampingnya. Yuko merasa aneh karena hampir seharian ini merasakan hal yang beberapa kali membuatnya bingung.
"Sebenarnya ada apa ini?"