NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia yang Mengendap

Pagi itu masih menyisakan embun di ujung dedaunan. Suasana gang kecil tempat kos Demian dan Alsid berdiri belum begitu ramai. Warung kopi kecil di ujung jalan tampak lengang, hanya ada dua-tiga pelanggan setia yang sedang menyeruput kopi hitam dan membaca koran kusam.

Demian melangkah ragu di belakang perempuan misterius yang tadi turun dari mobil mewah. Langkahnya lambat, matanya tak pernah lepas dari gerak-gerik perempuan itu, seakan setiap gerakan bisa memicu jebakan tak terlihat.

Demian berpikir, siapa tau dia ini ninja yang suka menyebar paku. Atau yang lebih menyeramkannya lagi, jangan-jangan di kepala gadis ini ada paku.

"Duduk aja di sini," kata perempuan itu sambil menunjuk kursi plastik yang menghadap langsung ke jalan.

Demian mengangguk dan duduk perlahan. Perempuan itu duduk di seberangnya, membuka menu warung yang hanya terdiri dari lima macam minuman dan dua jenis makanan ringan.

"Pesan aja apa yang kamu suka," ujarnya ringan.

Demian masih menatapnya curiga, tapi akhirnya ia memesan kopi susu dan sepotong roti bakar. Ia tak mau diam canggung selepas ini, setidaknya makanan bisa membuatnya sibuk dan sebagai pengalihan kecanggungannya.

Perempuan itu memesan hal yang sama, dan keduanya diam selama beberapa menit, hanya ditemani suara sruputan kopi dari meja lain dan siaran radio dangdut dari dapur.

Demian melirik-lirik, namun ketika lirikannya di balas si gadis, remaja itu malah mengalihkan pandangan, malu.

Setelah beberapa saat, perempuan itu membuka percakapan. Tak mau lama-lama berdiam diri dan saling melempar pandangan satu sama lain.

"Jadi... kamu tinggal serumah sama Alsid?"

Demian mengangguk. "Kos-kosan. Kami sekamar."

Perempuan itu menaikkan alis. "Aku nggak nyangka dia mau tinggal sama orang lain. Alsid itu... tertutup. Dia nggak suka keramaian, apalagi berbagi ruang sama orang lain. Dia misterius dan gak bisa di tebak arah pikirannya. Tapi, kalau kamu bisa deket sama dia, artinya kamu lumayan hebat mengambil ruang dalam dirinya."

Demian mengangguk pelan, menyetujui, lalu mengaduk kopinya. "Pertemuan kami juga kebetulan. Tapi sejauh ini.. aku sadar kalau dia orang yang baik. Meskipun kadang suka aneh dan sedikit gila. Awalnya ku pikir dia gak waras."

Perempuan itu tersenyum tipis. "Dia memang baik... tapi keras kepala. Dan kadang terlalu idealis."

"Oh, mungkin aku setuju sama yang itu. Kalau boleh tau.." Demian mulai berani melirik dan menatap gadis itu lumayan lama. "Kamu siapa, sebenarnya?" tanya Demian akhirnya, tak tahan dengan rasa penasarannya.

Perempuan itu menatapnya sejenak, lalu menghela napas. "Namaku Kirana. Ku pikir aku juga gak suka berbagi sama orang lain, apalagi yang baru di kenal. Jadi, cukup nama aja... aku gak mau jelasin aku siapa, nanti kamu juga bakalan tau sendiri, atau tau dari Alsid."

Demian hanya menatap, tak menjawab. Ia ingin tahu lebih sebenarnya, tapi juga tak ingin memaksa.

Kalau Kirana tak ingin mengatakan siapa dirinya, itu adalah haknya.

Kirana menatap kopinya. Diam lagi lumayan lama. "Dia pergi dari rumah karena banyak hal. Terutama soal bisnis keluarga dan... tekanan dari ayahnya. Alsid nggak pernah merasa cukup baik untuk menggantikan posisi ayahnya. Dan... dia benci semua orang di rumah karena alasan itu."

Nada bicara Kirana mulai sendu. Demian bisa merasakan ada luka yang lebih dalam daripada sekadar urusan keluarga atau bisnis. Tapi.. sebenarnya apa itu??

"Aku sebenarnya nggak pengen ngomongin ini... tapi, kamu pasti penasaran kenapa aku nemuin kamu dan bawa kamu kesini." ujar Kirana, namun Demian tak menjawab.

"Aku udah berapa hari ini mantau di kosan kalian, nunggu waktu yang tepat waktu kamu gak sama Alsid." mendengar perkataan Kirana, Demian mengerutkan dahi. Beberapa pertanyaan muncul di benaknya.

Kenapa mencari Demian, tapi tidak menyertakan Alsid?? Apa urusan dan hubungannya Demian dengan keluarga mereka?

Kirana mulai tersenyum. "Sebenarnya alasanku datang ke sini karena aku..." Kirana berhenti untuk menatap mata Demian lebih dulu. "Aku butuh bantuan kamu."

Demian menatap Kirana dengan dahi berkerut. "Bantuan?"

Kirana menyelipkan rambut halus ke belakang telinganya. "Aku ingin kamu bujuk Alsid untuk pulang... minimal... datang ke rumah sebentar aja. Ibunya sering sakit. Sebenarnya udah beberapa bulan. Tapi dia nggak pernah tahu, karena dia pergi begitu saja."

Demian tercekat. Ia tak menyangka akan mendengar hal itu. Kalau Alsid tau, bagaimana reaksinya?

"Aku... nggak janji ya," jawab Demian akhirnya. "Kalau disuruh ngebujuk dia pulang... kayaknya aku nggak sanggup. Dia udah bertekad banget gak mau balik, dia mau mandiri. Tapi... kalau sekadar ngajak dia mampir, mungkin aku bisa coba-coba dulu."

Wajah Kirana langsung tampak lega. "Itu aja udah cukup. Terima kasih, Demian. Aku benar-benar berterima kasih. Aku harap kamu bisa ngebawa Alsid nginjekin rumahnya lagi. Semua orang rindu, cuma dia gak tau."

Demian mengangguk, meski penuh rasa ragu.

Mereka menghabiskan kopi dan roti bakar dalam diam. Setelah itu, Kirana menawarkan mengantar Demian pulang. Ia menyetir mobilnya perlahan menyusuri gang kecil, berhenti di depan kos.

Demian turun sambil mengangguk sopan. Deru mobil masih berdesir meski belum di jalankan. Demian berlari kecil melewati bebatuan kerikil di halaman kosan.

Ia menarik gagang pintu dan membukanya. Ketika matanya menatap ke dalam ruangan,

"Astagfirullahaladzim!!" Demian menyeru, hampir jatuh karena terkejut.

Alsid sudah berdiri di depan pintu kosan dengan tangan yang terlipat didadanya - seolah orang tua yang marah karena anaknya pulang lambat.

Wajahnya serius. Dingin. Tidak seperti biasanya.

"Lo dari mana?" tanyanya tanpa basa-basi.

Demian menelan ludah. "Aku... abis jogging." sahutnya berkelit.

Alsid menatap ke luar kosan, dimana Kirana masih duduk di balik kemudi mobil, lalu kembali menatap Demian.

"Itu mobil siapa?" tanya Alsid. Demian hanya menelan ludah. Ia tak menyangka kalau Alsid sudah bangun. Ia setuju untuk di antarkan karena berpikir kalau Alsid pasti belum bangun. Kalau begini, sia-sia saja kan perjanjian mereka untuk tak mengatakan apa-apa perihal pertemuan tadi.

"Jauhin dia."

Nada suaranya dingin. Tegas. Tak bisa dibantah.

Demian mengerutkan dahi. "Tapi kenapa? Dia nggak ngapa-ngapain kok. Cuma ngajak ngobrol aja tadi."

"Dia perempuan licik," potong Alsid cepat. "Apa pun yang dia bilang... semuanya bohong dan sampah. Buang jauh-jauh!"

"Dia cuma minta aku ngajak kamu ke rumah bentar. Katanya—"

"Gue bilang jauhin dia kan? NGERTI GAK?!" suara Alsid meninggi.

Demian tidak hanya terdiam karena takut, tapi juga bingung. Ada sesuatu dalam suara Alsid yang seperti luka lama yang belum kering. Ia menatap temannya itu lekat-lekat, mencari tanda-tanda alasan lebih dalam dari kemarahan itu. Tapi yang ia lihat hanyalah mata yang penuh beban, seakan menyimpan rahasia yang tak bisa diucapkan.

"Oke... ngerti," jawab Demian akhirnya. Untuk kali pertama, ia melihat Alsid begitu menakutkan. Bahkan banyak pertanyaannya mengenai gadis itu, sirna seketika. Ia yakin Alsid tak akan mau mengatakan apa-apa mengenai si Kirana.

Alsid tak merespons berlebih. Ia beralih masuk ke kamar dan membanting pintu.

Demian berdiri di depan pintu, mematung. Di baliknya, mobil Kirana pelan-pelan mundur dan pergi, meninggalkan debu tipis yang berterbangan di udara.

Demian mengerutkan dahi.

Ada apa sebenarnya, dengan mereka ini? Batin Demian.

Bersambung...

1
Nana Colen
aduuuuh alsid kho usil banget siiiih... itu kaya nyakeluarganya alsid deeeh
Rizka Yuli
bagus ceritanyaa,bikin penasaran
Nurindah
suka ama karakter celin...😍😍😍
Ika Ratnasari
next... 😍😍😍
Nana Colen
tenang alsid sekarang udah tambah personil lagi pasti dibantuin... emang begitulah resikonya jd dukun alsid.
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
Nasya nindi Nasya
alur ceritanya seru. ngk bertele.. ni rekomended buat yg suka humor plus horor
Nasya nindi Nasya
apa cewek yg di bawak sma papanya alshid itu yg ngirimin soalnya kan si demian bisa lihat tatap matanya si cwek... semoga makin rame yg membaca. saolnya ceritanya seru
Ayanii Ahyana
cerita swbagus ini kenaaaapaa sepoy sihhh
Ayanii Ahyana: iyaaaaa.. kita yg srius baca jdi kpikiran endingnya
Nurindah: mungkin masih pada trauma kali kak soalnya novel sebelum2 nya ngk sampai tamat aku aja ngarep bgt untuk cerita yg ini mudah2 an bener2 sampai tamat
total 2 replies
a_
/Facepalm//Facepalm/
Nurindah
kan kan kan.... suka bgt ama alurnya pasti banyak hal lucu ntar kalau mereka selalu berinteraksi degan boneka itu apa lagi kalau ada nahera pasti tambah kocak lagi
Nana Colen
aduuuuh di alsid cari gara gara niiiih
Ayanii Ahyana
apalah si alsid ini ktanya mau bantu malah mau ngebakar 😅😅
Rizka Yuli
deg deg,an banget rasanya
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
Nana Colen
tegang banget bacanya...
Ika Ratnasari
deg2 an... padahal bacanya siang
Nurindah
penasaran sebenarnya isi dalam boneka itu tuh jahat ngk sih..
Ayanii Ahyana
ghahaa sial banget alsid
Enigma
/Facepalm/
Rizka Yuli
seruuu banget
bikin penasaran
Nurindah
makin kesini makin seru.. ay kak semavat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!