NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:25.9k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia yang Mengendap

Pagi itu masih menyisakan embun di ujung dedaunan. Suasana gang kecil tempat kos Demian dan Alsid berdiri belum begitu ramai. Warung kopi kecil di ujung jalan tampak lengang, hanya ada dua-tiga pelanggan setia yang sedang menyeruput kopi hitam dan membaca koran kusam.

Demian melangkah ragu di belakang perempuan misterius yang tadi turun dari mobil mewah. Langkahnya lambat, matanya tak pernah lepas dari gerak-gerik perempuan itu, seakan setiap gerakan bisa memicu jebakan tak terlihat.

Demian berpikir, siapa tau dia ini ninja yang suka menyebar paku. Atau yang lebih menyeramkannya lagi, jangan-jangan di kepala gadis ini ada paku.

"Duduk aja di sini," kata perempuan itu sambil menunjuk kursi plastik yang menghadap langsung ke jalan.

Demian mengangguk dan duduk perlahan. Perempuan itu duduk di seberangnya, membuka menu warung yang hanya terdiri dari lima macam minuman dan dua jenis makanan ringan.

"Pesan aja apa yang kamu suka," ujarnya ringan.

Demian masih menatapnya curiga, tapi akhirnya ia memesan kopi susu dan sepotong roti bakar. Ia tak mau diam canggung selepas ini, setidaknya makanan bisa membuatnya sibuk dan sebagai pengalihan kecanggungannya.

Perempuan itu memesan hal yang sama, dan keduanya diam selama beberapa menit, hanya ditemani suara sruputan kopi dari meja lain dan siaran radio dangdut dari dapur.

Demian melirik-lirik, namun ketika lirikannya di balas si gadis, remaja itu malah mengalihkan pandangan, malu.

Setelah beberapa saat, perempuan itu membuka percakapan. Tak mau lama-lama berdiam diri dan saling melempar pandangan satu sama lain.

"Jadi... kamu tinggal serumah sama Alsid?"

Demian mengangguk. "Kos-kosan. Kami sekamar."

Perempuan itu menaikkan alis. "Aku nggak nyangka dia mau tinggal sama orang lain. Alsid itu... tertutup. Dia nggak suka keramaian, apalagi berbagi ruang sama orang lain. Dia misterius dan gak bisa di tebak arah pikirannya. Tapi, kalau kamu bisa deket sama dia, artinya kamu lumayan hebat mengambil ruang dalam dirinya."

Demian mengangguk pelan, menyetujui, lalu mengaduk kopinya. "Pertemuan kami juga kebetulan. Tapi sejauh ini.. aku sadar kalau dia orang yang baik. Meskipun kadang suka aneh dan sedikit gila. Awalnya ku pikir dia gak waras."

Perempuan itu tersenyum tipis. "Dia memang baik... tapi keras kepala. Dan kadang terlalu idealis."

"Oh, mungkin aku setuju sama yang itu. Kalau boleh tau.." Demian mulai berani melirik dan menatap gadis itu lumayan lama. "Kamu siapa, sebenarnya?" tanya Demian akhirnya, tak tahan dengan rasa penasarannya.

Perempuan itu menatapnya sejenak, lalu menghela napas. "Namaku Kirana. Ku pikir aku juga gak suka berbagi sama orang lain, apalagi yang baru di kenal. Jadi, cukup nama aja... aku gak mau jelasin aku siapa, nanti kamu juga bakalan tau sendiri, atau tau dari Alsid."

Demian hanya menatap, tak menjawab. Ia ingin tahu lebih sebenarnya, tapi juga tak ingin memaksa.

Kalau Kirana tak ingin mengatakan siapa dirinya, itu adalah haknya.

Kirana menatap kopinya. Diam lagi lumayan lama. "Dia pergi dari rumah karena banyak hal. Terutama soal bisnis keluarga dan... tekanan dari ayahnya. Alsid nggak pernah merasa cukup baik untuk menggantikan posisi ayahnya. Dan... dia benci semua orang di rumah karena alasan itu."

Nada bicara Kirana mulai sendu. Demian bisa merasakan ada luka yang lebih dalam daripada sekadar urusan keluarga atau bisnis. Tapi.. sebenarnya apa itu??

"Aku sebenarnya nggak pengen ngomongin ini... tapi, kamu pasti penasaran kenapa aku nemuin kamu dan bawa kamu kesini." ujar Kirana, namun Demian tak menjawab.

"Aku udah berapa hari ini mantau di kosan kalian, nunggu waktu yang tepat waktu kamu gak sama Alsid." mendengar perkataan Kirana, Demian mengerutkan dahi. Beberapa pertanyaan muncul di benaknya.

Kenapa mencari Demian, tapi tidak menyertakan Alsid?? Apa urusan dan hubungannya Demian dengan keluarga mereka?

Kirana mulai tersenyum. "Sebenarnya alasanku datang ke sini karena aku..." Kirana berhenti untuk menatap mata Demian lebih dulu. "Aku butuh bantuan kamu."

Demian menatap Kirana dengan dahi berkerut. "Bantuan?"

Kirana menyelipkan rambut halus ke belakang telinganya. "Aku ingin kamu bujuk Alsid untuk pulang... minimal... datang ke rumah sebentar aja. Ibunya sering sakit. Sebenarnya udah beberapa bulan. Tapi dia nggak pernah tahu, karena dia pergi begitu saja."

Demian tercekat. Ia tak menyangka akan mendengar hal itu. Kalau Alsid tau, bagaimana reaksinya?

"Aku... nggak janji ya," jawab Demian akhirnya. "Kalau disuruh ngebujuk dia pulang... kayaknya aku nggak sanggup. Dia udah bertekad banget gak mau balik, dia mau mandiri. Tapi... kalau sekadar ngajak dia mampir, mungkin aku bisa coba-coba dulu."

Wajah Kirana langsung tampak lega. "Itu aja udah cukup. Terima kasih, Demian. Aku benar-benar berterima kasih. Aku harap kamu bisa ngebawa Alsid nginjekin rumahnya lagi. Semua orang rindu, cuma dia gak tau."

Demian mengangguk, meski penuh rasa ragu.

Mereka menghabiskan kopi dan roti bakar dalam diam. Setelah itu, Kirana menawarkan mengantar Demian pulang. Ia menyetir mobilnya perlahan menyusuri gang kecil, berhenti di depan kos.

Demian turun sambil mengangguk sopan. Deru mobil masih berdesir meski belum di jalankan. Demian berlari kecil melewati bebatuan kerikil di halaman kosan.

Ia menarik gagang pintu dan membukanya. Ketika matanya menatap ke dalam ruangan,

"Astagfirullahaladzim!!" Demian menyeru, hampir jatuh karena terkejut.

Alsid sudah berdiri di depan pintu kosan dengan tangan yang terlipat didadanya - seolah orang tua yang marah karena anaknya pulang lambat.

Wajahnya serius. Dingin. Tidak seperti biasanya.

"Lo dari mana?" tanyanya tanpa basa-basi.

Demian menelan ludah. "Aku... abis jogging." sahutnya berkelit.

Alsid menatap ke luar kosan, dimana Kirana masih duduk di balik kemudi mobil, lalu kembali menatap Demian.

"Itu mobil siapa?" tanya Alsid. Demian hanya menelan ludah. Ia tak menyangka kalau Alsid sudah bangun. Ia setuju untuk di antarkan karena berpikir kalau Alsid pasti belum bangun. Kalau begini, sia-sia saja kan perjanjian mereka untuk tak mengatakan apa-apa perihal pertemuan tadi.

"Jauhin dia."

Nada suaranya dingin. Tegas. Tak bisa dibantah.

Demian mengerutkan dahi. "Tapi kenapa? Dia nggak ngapa-ngapain kok. Cuma ngajak ngobrol aja tadi."

"Dia perempuan licik," potong Alsid cepat. "Apa pun yang dia bilang... semuanya bohong dan sampah. Buang jauh-jauh!"

"Dia cuma minta aku ngajak kamu ke rumah bentar. Katanya—"

"Gue bilang jauhin dia kan? NGERTI GAK?!" suara Alsid meninggi.

Demian tidak hanya terdiam karena takut, tapi juga bingung. Ada sesuatu dalam suara Alsid yang seperti luka lama yang belum kering. Ia menatap temannya itu lekat-lekat, mencari tanda-tanda alasan lebih dalam dari kemarahan itu. Tapi yang ia lihat hanyalah mata yang penuh beban, seakan menyimpan rahasia yang tak bisa diucapkan.

"Oke... ngerti," jawab Demian akhirnya. Untuk kali pertama, ia melihat Alsid begitu menakutkan. Bahkan banyak pertanyaannya mengenai gadis itu, sirna seketika. Ia yakin Alsid tak akan mau mengatakan apa-apa mengenai si Kirana.

Alsid tak merespons berlebih. Ia beralih masuk ke kamar dan membanting pintu.

Demian berdiri di depan pintu, mematung. Di baliknya, mobil Kirana pelan-pelan mundur dan pergi, meninggalkan debu tipis yang berterbangan di udara.

Demian mengerutkan dahi.

Ada apa sebenarnya, dengan mereka ini? Batin Demian.

Bersambung...

1
Rina Umi Masyitoh
Luar biasa
Intan Melani
lanjut thor
Audry Ly
ceritanya seru banget...asik dan humor..tpi ada juga horornya... pokoknya bagussss bangettt🤩
Lisyati Supriyati
Thor dirimu sehat kan? ko ga up/Sob/ sehat2 yaaa ,,,kangennnnnn alsid🤭😄
a_
thor, kmu menghilang kemana
Nana Colen
udah lama gak up.... jangan jangan du gantung lagi thor 🤭ups maaf 🙏🙏🙏
Arlena Lena
nah kann ditinggal tanpa pamittt
a_
kapan up thor, ditunggu
Debby_🦐
kan bener ga up²
Debby_🦐
jgn smpe yg ini ga d lanjutin lg..
kebiasan author klo bkin novel ga prnah smpe tamat.. bkin org gregetan
Dewi
Nah gtu kan seru bner alsid btuh temen jdi ada pnghiburan..😅
Ayo lah coba kurgi benci nya ke kirana siapa tau belenggu nya bisa ilang..

Anggap aja kirana boneka atau patung jdi klian fokus bahagian aja biar kirana gntian yg kesel cuek bbek aja sm kirana.. nikmtin hidup klian jgan pupuk kbencian krn itu senjata kirana..

Smbil nyoba cri cara buat ngalhin kirana..
klian brdua bljar yg giat stdkny pnya ilmu biar bisa rebut kmbali semua yg kirana kuasai dan pny pnghsilan sendir klian psti seru..

manfaatkn slgi klian bljr breng apa pun di lakukan dgn semngat buat masa depn klian..
Nana Colen
nahhhh bener ki sid dari pada gila sendirian lebih baik gila rame rame 🤣🤣🤣
kucing betina
kudu d basmi itu s kirana🤣
خليلا المحبوبة ❤️
kamu kok ngeselin De? kalau aku yg nemu kamu tak usir loh 😅 udah ditulung kok gitu sikapnya
خليلا المحبوبة ❤️
syok engga? syok engga? SYOK DONG 😭
خليلا المحبوبة ❤️
apa ini 😱
خليلا المحبوبة ❤️
lari aja uda De dari keluarga toxic macam tu
خليلا المحبوبة ❤️
astaghfirullah teganya ini paman sama bibi
Nana Colen
jadi.... bisa jadi ke ikhlasan dan memaafkan kunci bisa lepas belenggu itu 🤔🤔🤔
Nana Colen: ya kurang lebih seperti itu 😁😁😁
total 2 replies
Ayanii Ahyana
ini masih lama jatuhnya sikirana
demian ini lemot yaa thor
gk bisa sat set banget jdi org pdhal dia punya kemampuan
pake mlongo truss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!