Pangeran Dari kerajaan Vazkal tiba-tiba mendapatkan sistem auto pilot saat kerajaannya diserang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran vs para jenderal
Fajar yang membeku perlahan menyelimuti seluruh area latihan. Suhu udara terasa menusuk hingga ke dalam tulang belulang. Tetapi kondisi itu sama sekali tidak sedikit pun melunturkan semangat menggelora dari ribuan prajurit yang telah berkumpul. Mereka tampak begitu antusias untuk menyaksikan langsung duel yang akan menjadi penentu bagi masa depan program pelatihan mereka selanjutnya.
Tepat di bagian tengah lapangan, empat sosok jenderal berdiri dengan sangat gagah perkasa. Setiap dari mereka memancarkan aura kekuatan yang begitu besar dan pengalaman tempur yang telah teruji selama bertahun-tahun lamanya di berbagai medan perang.
Jenderal Nisan, yang menggenggam erat pedangnya yang tampak berkilauan di bawah cahaya pagi. Jenderal Legium yang kokoh memegang sebuah perisai berukuran besar. Jenderal Valor yang siap dengan tombak panjangnya yang tajam. Dan Jenderal Nash yang telah bersiap dengan busur serta anak panahnya yang terpasang rapi. Seluruh pandangan mereka tertuju pada sosok Pangeran Sekya dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan, sebuah campuran antara rasa hormat yang mendalam dan sedikit keraguan yang masih tersisa di benak mereka.
Pangeran Sekya melangkahkan kakinya ke depan. Ia mengenakan pakaian latihan yang terlihat begitu sederhana, tetapi setiap langkahnya terasa begitu mantap dan dipenuhi keyakinan yang utuh. Seolah-olah seluruh hidupnya telah ia persiapkan khusus untuk menghadapi momen penting ini.
Raja Saul duduk di singgasana sementara yang telah disiapkan. Ia mengamati putranya dengan tatapan yang sangat tajam, mencoba membaca setiap ekspresi yang terpancar di wajah Sekya.
"Jenderal Nisan, Jenderal Legium, Jenderal Valor, Jenderal Nash," suara Raja menggelegar, memenuhi seluruh penjuru arena. "Kalian serang aku secara bersamaan, aku tak punya banyak waktu!" Pangeran Sekya tiba-tiba berseru, suaranya terdengar sangat lantang dan penuh ketegasan. Hal itu mengejutkan semua orang yang hadir di sana, bahkan Raja Saul sekalipun.
Keempat jenderal saling pandang satu sama lain, terkejut dengan tantangan yang tidak terduga itu, namun mereka segera mengangguk, siap melaksanakan perintah yang baru saja diberikan.
{Aktifkan mode duel. Prioritaskan pertahanan dan serangan balik yang efisien. Analisis pola gerakan musuh}, suara sistem itu berbisik di benak Pangeran Sekya. Nadanya tenang namun penuh otoritas, seakan-akan ia adalah dalang utama di balik setiap gerakan yang akan terjadi.
Serangan pertama datang dengan sangat cepat dari Jenderal Nisan. Pedangnya menebas begitu cepat ke arah Pangeran Sekya, diikuti oleh Jenderal Legium yang mengayunkan perisainya untuk membatasi ruang gerak Pangeran Sekya.
Pangeran Sekya sama sekali tidak panik. Tubuhnya bergerak secara refleks yang luar biasa, meliuk menghindari tebasan pedang dengan gerakan yang sangat halus. Seolah-olah ia sedang menari di antara bahaya yang mengancam.
Perisai besar Jenderal Legium hanya mengenai udara kosong, sementara Pangeran Sekya sudah berada di sisi lain, siap sepenuhnya menghadapi serangan berikutnya. Tidak ada gerakan yang sia-sia, setiap langkahnya dihitung dengan presisi yang sempurna. Hal itu membuat para prajurit yang menyaksikan menahan napas mereka, terpukau oleh kelincahan yang belum pernah mereka lihat dari seorang pangeran.
Jenderal Valor segera meluncurkan tombaknya, melesat lurus ke depan dengan kecepatan tinggi. Sementara Jenderal Nash melepaskan anak panah dari busurnya, mengincar titik lemah Pangeran Sekya dengan akurat.
Namun, Pangeran Sekya sudah mengantisipasi hal itu. Tubuhnya berputar dengan sangat cepat, tombak itu hanya lewat di sampingnya, dan anak panah meleset jauh dari sasaran yang dituju.
Para jenderal mulai merasakan keanehan yang sangat jelas. Serangan mereka yang biasanya sangat efektif kini terasa seperti gerakan yang sangat lambat di hadapan kecepatan Pangeran Sekya yang luar biasa. Mereka menyerang lagi dan lagi, dengan kombinasi yang lebih rumit dan mematikan, namun Pangeran Sekya selalu selangkah lebih maju. Seolah-olah ia bisa membaca setiap pikiran dan gerakan mereka sebelum hal itu terjadi.
Pangeran Sekya tiba-tiba melakukan gerakan yang tidak terduga. Ia melompat tinggi ke udara, lalu menendang perisai Jenderal Legium dengan kekuatan penuh. Hal itu membuat sang jenderal terhuyung mundur beberapa langkah.
Sebelum Jenderal Legium sempat memulihkan diri sepenuhnya, Pangeran Sekya sudah berputar. Ia mengambil pedang yang terlepas dari tangan Jenderal Nisan, dan mengarahkannya ke leher sang jenderal dengan kecepatan kilat yang mengejutkan. Jenderal Nisan membeku di tempatnya, menyadari bahwa ia sudah berada dalam posisi yang sangat berbahaya, tidak bisa bergerak sedikit pun.
Pangeran Sekya tidak memberikan kesempatan sedikit pun. Ia melemparkan pedang itu ke samping, lalu dengan cepat melumpuhkan Jenderal Valor dan Jenderal Nash dengan gerakan tangan kosong yang sangat efektif. Hal itu membuat mereka jatuh tersungkur dalam sekejap mata.
Seluruh arena hening seketika. Para prajurit dan bangsawan terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Keempat jenderal, yang selama ini dikenal sebagai pilar utama kekuatan kerajaan, kini tergeletak tak berdaya di hadapan seorang pangeran yang selama ini dianggap tidak memiliki kemampuan bertarung.
Raja Saul bangkit dari singgasananya. Matanya memancarkan kekaguman yang mendalam, ada senyum tipis di bibirnya yang bijaksana. Pangeran Sekya berdiri tegak di tengah lapangan, napasnya teratur. Seolah-olah duel itu tidak menguras energinya sedikit pun, sementara suara sistem kembali terdengar di benaknya.
{Duel selesai. Target tercapai. Wewenang pelatihan prajurit kini berada di tangan pengguna}, suara sistem itu mengumumkan. Nadanya datar, namun ada kesan kepuasan yang samar di dalamnya.
Pangeran Sekya menatap Raja Saul, menunggu keputusan akhir yang akan diberikan, sementara sorakan perlahan mulai terdengar dari kerumunan prajurit yang tadinya terdiam, kini dipenuhi kekaguman yang luar biasa. Mereka mulai bersorak, memanggil nama Pangeran Sekya, menyadari bahwa mereka baru saja menyaksikan sebuah era baru bagi kerajaan mereka.
Raja Saul melangkah mendekat, menepuk bahu putranya dengan bangga.
"Sekya," katanya, suaranya penuh haru dan kebanggaan yang tidak bisa disembunyikan. "Kau telah membuktikan dirimu. Aku menyerahkan sepenuhnya wewenang pelatihan prajurit kepadamu. Bawa kerajaan ini menuju kekuatan yang belum pernah kita capai sebelumnya."
Pangeran Sekya mengangguk, merasakan beban tanggung jawab yang besar di pundaknya, namun juga semangat yang membara. Ia tahu, ini hanyalah awal dari perjalanan panjang, dan dengan sistem autopilot di sisinya, ia siap menghadapi setiap tantangan yang akan datang demi masa depan kerajaannya.
Setelah duel yang menghebohkan itu, kabar tentang kemampuan luar biasa Pangeran Sekya menyebar dengan sangat cepat ke seluruh pelosok kerajaan, bahkan hingga ke negeri-negeri tetangga. Para prajurit yang tadinya skeptis kini menatapnya dengan rasa hormat yang mendalam, penuh keyakinan bahwa di bawah kepemimpinannya, mereka akan menjadi kekuatan yang tak terkalahkan.
Pangeran Sekya segera memulai program pelatihan baru, menerapkan metode yang diinstruksikan oleh sistem, yang memungkinkan prajurit belajar dan beradaptasi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lapangan latihan yang tadinya sepi kini dipenuhi suara dentingan pedang, teriakan semangat, dan langkah kaki yang serempak, menandakan dimulainya era baru bagi militer kerajaan.
Namun, di balik semua kemajuan itu, Pangeran Sekya tidak bisa sepenuhnya menghilangkan perasaan khawatir yang terus menggerogoti benaknya. Ia tahu bahwa kekuatan sistem itu adalah pedang bermata dua, sebuah rahasia yang harus ia jaga dengan sangat hati-hati, jangan sampai jatuh ke tangan yang salah.
Setiap malam, ia merenungkan implikasi dari kekuatannya, bertanya-tanya sampai sejauh mana ia akan bergantung pada sistem itu, dan apakah ia akan tetap menjadi dirinya sendiri, ataukah hanya sekadar alat bagi kecerdasan buatan yang kini bersemayam di dalam pikirannya.