NovelToon NovelToon
Hadiah Terakhir Dari Ayah

Hadiah Terakhir Dari Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta setelah menikah / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: GoodHand

Desa Tirto Wening adalah sebuah desa yang ada di pelosok sebuah wilayah Kabupaten. Dipimpin oleh seorang pemimpin berdarah biru yang merupakan keturunan bangsawan keraton, desa itu terkenal dengan kemakmuran warganya.

Mahesa Narendra, pria tampan yang di gadang - gadang akan menjadi penerus kepemimpinan sang Ayah di Desa Tirto Wening, di minta untuk menikahi seorang gadis, putri dari sahabat Ayahnya.

Pak Suteja, sahabat sang Ayah, meminta Raden Mas Mahesa untuk menikahi putrinya yang bernama Anaya Tunggadewi. Semua itu Pak Suteja lakukan untuk melindungi putri semata wayangnya dari keluarga yang sedang memperebutkan harta waris.

Bagaimanakah romansa di antara keduanya?
akankah mereka berdua hidup bahagia?
apakah Anaya akan betah tinggal bersama suaminya di desa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GoodHand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Mulai Dicari

Setelah semalaman demam, untungnya kondisi Raden Mas Mahesa membaik setelah semalaman Anaya mengompresnya. Ia juga merasa lebih segar setelah mandi dan melaksanakan sholat subuh bersama istrinya.

"Kamu tidur saja, Sayang. Semalam kan kamu gak tidur." Ujar Raden Mas Mahesa pada Anaya yang nampak mengantuk ketika mereka selesai sholat subuh berjamaah.

"Raden Mas gak apa - apa? Sudah baikan?" Tanya Anaya sambil kembali memastikan suhu tubuh Raden Mas Mahesa dengan punggung tangannya.

"Alhamdulillah, sudah jauh lebih baik." Jawab Raden Mas Mahesa sembari meraih tangan Anaya dan mengecup telapak tangannya.

"Aku siapkan sarapan Raden Mas dulu." Ujar Anaya yang hendak beranjak walaupun matanya terasa begitu berat.

"Gak usah, Sayang. Bik Sam bisa menyiapkan sarapan. Kamu tidur saja, aku gak mau kalau kamu sakit." Kata Raden Mas Mahesa sambil menahan tangan Anaya yang hendak beranjak.

"Tidur saja, ya. Terima kasih karna sudah merawatku semalaman." Imbuh Raden Mas Mahesa sembari mengusap sayang kepala Anaya.

Anaya pun menurut, ia langsung merebahkan diru di tempat tidur. Tak langsung beranjak, Raden Mas Mahesa menemani Anaya tidur sambil mengusap - usap punggung Istrinya agar ia merasa nyaman.

Anaya yang memang sudah mengantuk, langsung terlelap tak lama kemudian. Raden Mas Mahesa tersenyum sambil memandangi wajah Anaya yang tampak begitu damai.

Perlahan, Raden Mas Mahesa meninggalkan Istrinya yang tertidur lelap. Ia berjalan menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum.

"Loh, Raden Mas sudah bangun? Raden Ayu dimana, Raden?" Tanya Bik Sam.

"Raden Ayu baru tidur, Bik. Dia semalaman gak tidur karna menjagaku. Bibik tolong masak untuk sarapan ya." Pinta Raden Mas Mahesa.

"Raden Mas semalam demam?" Tanya Bik Sam yang di jawab anggukan oleh Raden Mas Mahesa.

"Alhamdulillah, itu tandanya racunnya sudah keluar. Yasudah kalau gitu Bibik masak untuk sarapan dulu. Raden Mas mau sarapan apa?" Tanya Bik Sam.

"Apa saja boleh, Bik. Aku bisa makan makanan apa saja." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Njih, nuwun sewu, Raden Mas." Pamit Bik Sam untuk mulai menyiapkan sarapan.

Raden Mas Mahesa kemudian kembali ke kamarnya untuk mengambil MacBooknya sekaligus memastikan kalau Anaya masih tertidur. Setelah itu, ia beranjak menuju teras rumah untuk menikmati udara segar di pagi hari sekaligus memeriksa pekerjaannya.

Walaupun luka bekas gigitan ular itu sesekali masih terasa nyeri, namun ia merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik dari semalam. Raden Mas Mahesa pun tak ingin semakin menumpuk pekerjaannya, hingga waktu luangnya kali ini ia gunakan untuk memeriksa pekerjaannya.

"Sendirian aja, Raden Mas? Raden Ayu kemana?" Tanya Raden Madana yang menghampiri kakaknya.

"Masih tidur." Jawab Raden Mas Mahesa yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"Tumben? Habis Raden Mas garap sampe subuh?" Goda Raden Madana.

"Lambemu, Dan! (Mulutmu, Dan!)" Sahut Raden Mas Mahesa dengan tatapan sinis ke arah Raden Madana.

Raden Madana sendiri hanya bisa tertawa melihat reaksi kakaknya. Ia memang sangat suka mengganggu Raden Mas Mahesa.

"Semalaman Raden Ayu gak tidur karna merawat aku yang demam." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Raden Mas demam? Kenapa gak bilang? Kita kan bisa cari Klinik atau Rumah Sakit." Ujar Raden Madana.

"Gak apa - apa. Kata pawang ular yang mengobatiku kemarin, itu reaksi yang wajar." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Sekarang masih demam, Raden Mas?" Tanya Raden Madana.

"Alhamdulillah sudah enggak." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Oh iya, kemarinnya ada seorang pria yang mencari Raden Mas ke Desa." Cerita Raden Madana.

"Siapa?" Tanya Raden Mas Mahesa sambil melirik ke arah adiknya.

"Entahlah. Aku belum pernah melihat orang itu sebelumnya. Dia bilang ada perlu dengan Raden Mas dan Raden Ayu." Jawab Raden Madana.

"Dengan Raden Ayu juga?" Tanya Raden Mas Mahesa yang di jawab anggukan oleh Raden Madana.

Raden Mas Mahesa berpikir sejenak. Jika mengenai pekerjaan, tentu tak mungkin jika orang itu mencari Istrinya juga. Jika berurusan dengan Pabrik produksi milik Anaya, orang itu pasti akan menghubungi Andini terlebih dulu.

Raden Mas Mahesa kemudian membuka ponselnya dan menunjukkan foto Paman dan juga beberapa sepupu Anaya.

"Apa salah satu dari mereka?" Tanya Raden Mas Mahesa.

"Nah ini! Orang ini yang kemarin datang mencari Raden Mas dan Raden Ayu." Ujar Raden Madana yang tentu mengenali wajah pria itu.

"Raden Mas kenal? Siapa dia?" Tanya Raden Madana.

"Sepupu Raden Ayu yang dulu ikut bersekongkol menculik Raden Ayu." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Lalu, kenapa dia mencari Raden Mas dan Raden Ayu?" Tanya Raden Madana lagi.

"Tentu karna semua usahanya sudah hancur dan dia mau meminta bantuan Raden Ayu." Jawab Raden Mas Mahesa sambil tersenyum smirk.

"Jangan bilang kalau itu semua ulah Raden Mas." Tebak Raden Madana dengan mata melotot.

Raden Mas Mahesa hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. Belum lama ini memang Bara mengabari mengenai keberhasilan rencana mereka. Bara memastikan jika satu persatu orang yang sudah menyakiti Anaya akan hancur, seperti apa yang diinginkan Raden Mas Mahesa.

"Wah gila! Aku gak nyangka ternyata Raden Mas bisa sekejam itu." Raden Madana menggelengkan kepala.

Pria yang selama ini ia kenal sebagai sosok yang tenang, baik hati dan tak tegaan itu ternyata bisa bertindak kejam juga.

"Kita harus membalas mereka yang jahat, Dan. Kita ini punya harga diri yang gak bisa sembarangan di injak - injak. Tunjukkan siapa kita, jika seseorang sudah berani menyentuh harga diri kita." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Apa harus sampai menghancurkan usaha mereka?" Tanya Raden Madana.

"Setidaknya biar mereka tau bagaimana susahnya mencari uang. Jangan hanya bisa merebut apa yang bukan milik mereka." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Apa Raden Ayu tau tentang semua ini, Raden Mas?"

"Tak sepenuhnya tau. Raden Ayu itu orang yang welas asih. Ia tak tegaan walaupun dengan orang yang sudah menyakitinya. Satu hal lagi, tolong sampaikan pada semua Abdi Dalem, jangan biarkan satupun keluarga Raden Ayu bertemu dengannya tanpa seizinku. Mereka harus bertemu denganku dulu sebelum bertemu dengan Raden Ayu." Ujar Raden Mas Mahesa.

"Njih, Raden Mas." Jawab Raden Madana.

"Beruntung sekali kamu, Raden Ayu. Di cintai ugal - ugalan oleh Raden Mas Mahesa." Gelak Raden Madana kemudian.

"Raden Mas..." Suara Anaya mencari keberadaan Suaminya.

"Nah itu, panjang umur, Raden Ayu." Kekeh Raden Madana.

"Jangan bilang apa - apa pada Raden Ayu." Pesan Raden Mas Mahesa pada Raden Madana.

"Dalem, Sayang. Aku di teras." Jawab Raden Mas Mahesa.

"Ada apa, Sayang? Kenapa kok sudah bangun?" Tanya Raden Mas Mahesa saat melihat Istrinya menghampiri.

"Rasanya gak nyaman. Aku kira Raden Mas masih menemani." Ujar Anaya sambil bergelendot di lengan Suaminya.

"Ayo aku temani tidur kalau gitu. Kasihan sekali Istriku ini masih mengantuk." Ajak Raden Mas Mahesa sambil menghujani puncak kepala Istrinya dengan kecupan.

"Astaga, suami istri bucin ini. Aku seperti demit loh di sini. Gak kelihatan, ta?" Omel Raden Madana.

"Dek Ayu, kamu dengar ada yang ngomong?" Tanya Raden Mas Mahesa yang malah mengejek Raden Madana.

"Ada suaranya, tapi gak kelihatan, Raden Mas. Hiiiiii merinding!" Sahut Anaya yang ikut - ikutan mengejek.

"Ayo kita ke kamar saja." Raden Mas Mahesa merangkul Anaya dan membawa Istrinya menuju ke kamar.

"Wooo Gudhel! Raden Mas, Raden Ayu! Aku beneran berasa jadi demit ini." Omel Raden Madana yang hanya di jawab oleh hembusan angin pagi yang sejuk.

1
Syhr Syhr
Akhirnya diberitahu juga
Syhr Syhr
Sebaiknya jujur aja, bicara pelan²
FDS
Bagus, berlatar di desa. alurnya juga menarik
Codigo cereza
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
GoodHand: terima kasih
total 1 replies
riez onetwo
Mupeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!