Kebangkitan Istri Tersakiti [Mengejar Cinta Janda]

Kini Leona mengambil cuti satu haru dan Bu Tantri memberinya izin, karena selama ini cara kinerja Leona selalu memuaskan, dan dia tidak pernah berlibur selama ini.

"Leona... kau yakin baik-baik saja kalau ku tinggal sendirian?tanya Veni sebelum berangkat kerja.

"Aku tidak apa-apa, pergilah, aku ingin santai hari ini, nanti aku masak kan kau makan malam"ucap Leona pada Veni.

"ah Baiklah makasih Nana sayang" ucap Veni. seraya berlalu karena ia sadar jam sudah tidak lagi mendukung nya.

Leona terlihat memangku wajahnya di dekat jendela, ingin melupakan tapi itu butuh waktu, ingin membenci, nyatanya cintanya masih melekat, Leona pasrah dengan hati nya, semoga hatinya bisa mendukung nya dan segera move on dari Mantan suaminya.

"Aku terlalu mencintainya, jadi sangat sulit untuk melupakan nya, ah... Leona... semangat lah, sekarang kau pergilah ke rumah sakit untuk menemani ibumu, dengan begitu kau akan melupakan masalah hatimu"

Leona kini bangkit dan segera bersiap-siap untuk kerumah sakit.

Penampilannya pun kini berubah, dulu Arsa sangat menyukai rambut lurusnya, tapi kini Leona sedikit membuat rambutnya bergelombang, dulu Arsa sangat menyukai Leona yang manis, tapi kini Leona berpenampilan jauh lebih dari sebelumnya, wajah tirusnya, membuat ia semakin terlihat menarik.

Kini Leona sudah berstatus Janda, ia tahu gelar itu akan membuatnya di pandang sebelah mata, tapi...Leona akan membuktikan bahwa Janda tidak semua ke ganjenan.

Hal yang ingin Leona lakukan pertama kali jika sampai di rumah sakit adalah, menanyakan berapa biaya pengobatan ibunya.

Karena Presdir nya tidak memberi tahu berapa perbulan yang harus ia bayar. secara logika, rumah sakit itu adalah rumah sakit terbesar di kota,tentu biaya nya akan sangat mahal.

*****

"Kau bilang apa? Cita-cita Leona sebenarnya ingin menjadi Desainer perhiasan?"ucap Tian tidak percaya.

"Iya tuan, hanya saja cita-cita itu terhalang dana, ini hasil coretan Nona Leona saat ia lagi santai"ucap Asisten Li seraya memberikan kertas yang selalu berada di meja kerja Leona.

"Lumayan, jika di asah pasti hasilnya bagus, serahkan gambar ini sama mami"ucap Tian seraya memberikan kertas itu kembali pada Li.

Li hanya mengangguk kan kepala nya lalu berlalu dari ruangan Tian.

Saat Leona ada di perjalanan, ia berhenti di saat lampu merah menyala, bertepatan dengan berhentinya mobil di samping mobil Leona.

Leona tersenyum saat mengetahui mobil siapa yang ada di sampingnya.

Leona bisa melihat dua sosok yang beberapa hari ini membuat suasana hati nya menjadi kacau.

Begitupun dengan Arsa, ia juga melihat Leona dari mobilnya, namun Leona tidak menoleh sedikitpun sehingga lampu kini berubah menjadi hijau.

"Mas... kenapa bengong?"tanya Arita yang duduk di samping nya.

"Ah tidak, kenapa kau tidak bilang kalau lampu nya sudah berubah"ucap Arsa seraya melajukan mobilnya.

"Mas, apakah Arita mengganggu waktunya mas ya? papa bilang__"

"Arita... aku akan selalu di sampingmu, kau fokus lah untuk pengobatan mu, setelah kau lulus,kita akan menikah"ucap Arsa seraya memegang tangan Arita.

"Menikah? benarkah...?"tanya Arita tak percaya.

"Ya... kita akan menikah kalau kau lulus, tetapi kau juga harus sembuh dari sakitmu"ucap Arsa,

"Sakit... sebenarnya aku tidak sakit mas, itu hanyalah alasan nenek dan papa saja"ucap Arita bergelayut manja.

Flash Back

Saat itu, Arsa menghadiri sebuah pesta di salah satu rumah temannya, tentu bersama dengan Leona pula, itu adalah pesta ulang tahun Putri dari teman bisnisnya Arsa.

Rupanya itu juga teman dari Arita, di sanalah awal Arita dan Arsa berdekatan.

"Kau Arita anaknya Candra kan?" sapa Arsa saat ingin ke toilet.

"Eh... kau mengenal papa ku?"tanya Arita yang gelagatnya sudah mencurigakan,

Arsa memergoki Arita yang tangannya meremas buah kenyalnya.

"Apa yang kau lakukan tadi?"tanya Arsa.

Dengan tatapan sengit, Arita mendekati Arsa, dan mencium bibir Arsa dengan penuh na*su.

Arsa berusaha menjauhkan tubuhnya dari gadis kecil yang sudah ia anggap keponakan nya itu.

Namun lagi-lagi Arsa juga di kuasai na*su saat tangan mungil Arita sudah menyentuh benda pusaka nya.

"Apa yang kau lakukan?"bentak Arsa dengan memegang kedua bahu Arita.

Arita masuk kedalam kamar mandi serta menarik tangan Arsa.

"Tolong aku, aku menginginkan ini" ucap Arita dengan mata sayu nya, tangannya kini sudah masuk kedalam celana Arsa,yang entah kapan sabuk nya sudah terbuka,

Arita melancarkan Aksinya dengan ******* benda pusaka milik Arsa, sehingga Arsa tidak kuat dan menyemburkan lahar nya.

Hingga terjadilah hal yang membuat Arsa ketagihan untuk mengulang dan mengulang lagi.

Andai saat itu ia kuat dan bertahan dengan kesetiaan, pasti hal semacam ini tidak akan pernah terjadi.

FLASH ON

Kini Arsa dan Arita sudah sampai di rumah sakit tempat neneknya Arita dulu membawanya.

Arsa berkonsultasi atas apa yang ia alami bersama Arita, Dokter itu tidak terkejut karena bukan hanya Arita yang mengalami hal demikian.

"Tuan, Arita butuh perhatian, seperti kata neneknya, ayah nya tidak pernah menyentuhnya, karena itulah, Arita mencari sentuhan seorang Pria, dia mengalami tekanan atas kematian ibunya, padahal bukanlah salahnya jika ibunya meninggal saat melahirkan nya, sebab itulah, beri di perhatian lebih" ucap Dokter itu.

"Cara yang dapat membantu pasien adalah Dukungan, dukungan orang terdekat lah yang mampu membantunya itu yang pertama tuan.

Ke Dua, menghindari hubungan badan atau suasana yang bisa membangkitkan g*ir*h s*ksualnya, beri dia kesibukan, agar na*su nya tidak timbul.

dan yang ke Tiga, yang anda lakukan, konsultasi pada ahlinya." ucap Dokter itu pada Arsa, yang mana Arita sedang menunggu diluar.

"Ini adalah obat untuk mengurangi rasa depresi saat ia tidak berhubungan,"ucap Dokter itu menyerahkan obat pada Arsa.

"Dokter terimakasih, 3 hari lagi kami akan datang lagi"ucap Arsa seraya berjabat tangan dengan Dokter itu.

Arsa pun keluar dari ruangan itu dan menghampiri Arita.

Arsa memandang lekat pada hadis kecil yang selalu memberinya kepu*s*n, ada rasa iba terhadap nya.

"Kau jenuh menunggunya?"ucap Arsa seraya mencium pucuk kepala Arita.

"Tidak, sudah selesaikan bagaimana keadaan ku?"tanya Arita.

"Kau akan sehat, asal menurut padaku" ucap Arsa seraya mengelus kepala Arita.

"Arita... kau ingin sembuh bukan?" tanya Arsa seraya berjalan menggandeng tangan Arita.

"Tentu" jawab singkat Arita,

Arsa menghentikan langkahnya, memegang kedua bahu kecil itu dan menatap nya dengan lekat.

"Kalau begitu, kita jangan melakukan hal itu untuk sementara waktu"ucap Arsa.

"tapi kenapa? apakah aku tidak bisa memberi mu kepu*s*n?"tanya Arita dengan mata berkaca-kaca.

"Bukan, kau yang terbaik, tapi kesembuhan mu adalah hal yang penting, setelah kau sembuh kita akan melakukan itu setiap hari bagaimana?" ucap Arsa.

"Berapa lama? kalau aku pingin, atau mas pingin gimana?"tanya Arita.