(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 Pria Aneh (Part 2)
Lebih baik setelah ini aku memasak untuk makan siang.
pikir Audrey sambil merebahkan dirinya di sofa.
Di apartemen ini dirinya bagaikan seekor burung di dalam sangkar emas. Tidak tau harus berbuat apa sekaligus tidak bisa melarikan diri kemana-mana. Audrey memainkan ponselnya sebentar untuk mengusir rasa bosan. Ada banyak notifikasi pesan dan komentar masuk dari group chatting divisi finance. Audrey penasaran dengan membuka dan membuka apa isi notifikasi itu. Ternyata Tasya dan Susan mengirimkan banyak foto dari resepsi pernikahan Ineke. Mereka juga sempat mengabadikan momen lucu dari ekspresi wajah Pak Rizal yang sedang menyendokkan ice cream ke mulutnya. Audrey tersenyum melihat komentar-komentar kocak yang diberikan kepada Pak Rizal. Di bagian terakhir ada foto dirinya yang berjalan keluar meninggalkan ruang resepsi sambil memegang ponsel. Susan memberikan komentar,
Mbak Audrey mau kemana ini? Buru-buru banget, ditelpon siapa sich? Pacar rahasianya ya?
Pak Rizal menambahkan jawaban di bawahnya.
Nanti juga bakal tau, ikutin aja Audrey ke parkiran.
Audrey tersenyum membaca komentar-komentar konyol dari teman-temannya. Sejenak ia larut dalam obrolan tak tentu arah itu sampai tidak menyadari kalau Reiner telah datang dan membuka pintu. Reiner memandang wajah Audrey yang sedang tersenyum sendiri dengan menyilangkan kedua kakinya di sofa.
Wanita ini memang aneh. Kemarin dia menangis di kamar semalaman. Sekarang malah senyum-senyum sendiri melihat ponsel. Apa pikirannya mulai terganggu?
pikir Reiner keheranan.
"Jadi setiap kali aku tidak ada, kamu bersenang-senang," sindir Reiner mengagetkan Audrey.
Audrey buru-buru menyembunyikan ponselnya di balik bantal sofa.
"Maaf, Tuan Reiner, saya tidak tau Anda sudah pulang," jawab Audrey gugup.
"Sekarang buatkan aku segelas susu cokelat hangat dan antar ke ruang kerjaku," perintah Reiner seraya berjalan meninggalkan Audrey.
Baru kalo ini ada pria dewasa yang minta susu hangat di siang hari. Seharusnya orang akan minta kopi atau teh. Seperti anak kecil aja.
gumam Audrey pada dirinya sendiri.
Audrey melihat sekaleng susu bubuk cokelat sudah tersimpan di lemari bagian atas kitchen set. Artinya Nicko sengaja menyiapkannya karena sudah paham akan kebiasaan bosnya itu.
Asisten yang sangat sempurna. Aku harus memberinya medali.
pikir Audrey kesal.
Setelah selesai membuat susu, Audrey mengetuk pintu ruang kerja Reiner dengan ragu-ragu.
"Masuk," terdengar suara Reiner dari dalam ruangan.
Audrey membuka pintu lalu meletakkan segelas susu cokelat hangat di meja kerja Reiner.
"Tunggu, cicipi dulu susu itu."
"Anda menyuruh saya mencicipi susu ini, Tuan?" tanya Audrey mengulang perintah Reiner.
"Telingamu masih berfungsi khan? Aku bilang cicipi dulu susunya. Aku tidak mau mati karena keracunan. Siapa tau kamu sengaja memasukkan racun ke dalam susu itu untuk membunuhku, supaya kamu bisa bebas dari hukuman."
"Tapi...Tuan, saya tidak membawa sendok yang bisa dipakai untuk mencicipi susu ini."
"Kamu itu seorang supervisor khan? Begitu saja tidak tau caranya. Minum langsung dari gelasnya! Kalau kamu baik-baik saja artinya tidak ada racun yang kamu masukkan," jawab Reiner kesal.
Memangnya dia pikir dia itu raja atau kaisar yang takut diracun oleh dayangnya. Lagipula apa dia tidak berpikir kalau aku minum susu ini artinya dia minum dari bekasku. Apa dia tidak merasa jijik minum dari bekas orang lain? Reiner Hilario memang seratus persen pria teraneh yang pernah aku temui.
batin Audrey memaki Reiner di dalam hatinya.
"Ayo, cepat minum kenapa bengong disitu," teriak Reiner. Karena takut akan dimarahi lagi, Audrey terpaksa meminum susu itu sedikit lalu meletakkannya lagi.
"Duduk dan diam. Aku akan menunggu sekitar sepuluh menit untuk memastikan kamu tidak mati keracunan," kata Reiner mengalihkan pandangannya kembali ke laptop. Audrey hanya bisa mematuhi perintah Reiner dalam diam. Dengan perasaan canggung sekaligus takut, Audrey tidak tau harus melakukan apa. Sesekali ia melirik ke arah jam dinding yang di ruang kerja Reiner, berharap sepuluh menit akan berlalu dengan cepat.
Reiner masih sibuk mengetik di laptopnya. Raut wajahnya berubah kesal ketika membaca sesuatu di layar laptopnya.
Kenapa dia belum menyuruhku pergi padahal ini sudah lewat sepuluh menit.
batin Audrey gelisah.
"Audrey, cepat kesini, ambilkan susunya dan pijat punggungku," kata Reiner dengan tiba-tiba hingga membuat Audrey kaget.
Secara spontan, Audrey berdiri dari duduknya dan mengambil nampan yan dipakainya untuk mengantarkan susu. Reiner memperhatikan tangan Audrey yang gemetaran ketika menyerahkan gelas itu padanya, "Memangnya aku akan memakanmu? Pegang yang benar, jangan sampai susunya tumpah di bajuku," kata Reiner mengambil gelas itu dari tangan Audrey. Dengan sekali teguk, Reiner mampu menghabiskan susu hangat itu.
"Sekarang pijat punggungku."
"Baik, Tuan."
Sesungguhnya, Audrey takut menyentuh tubuh Reiner, tapi ia tidak punya pilihan selain menuruti perintah pria itu. Ia bisa merasakan otot-otot tubuh Reiner yang kekar.
"Tekan yang benar. Apa kamu tidak punya tenaga?"
Audrey memperkuat pijatannya dan berharap tugas memijat itu segera selesai.
"Nanti buatkan aku steak untuk malam malam. Aku sudah makan siang di kantor. Sekarang, pergilah," kata Reiner menyuruh Audrey keluar dari ruangannya.
"Baik, Tuan."
Audrey buru-buru meninggalkan ruang kerja Reiner sebelum pria itu berubah pikiran.
...****************...
Audrey meregangkan kedua tangannya ke atas. Ia merasa puas melihat dua piring steak dan kentang goreng hasil buatannya yang tampak lezat di atas piring.
Akhirnya selesai juga. Semoga pria arogan itu menyukainya. Kalau tidak dia bisa memarahiku. Sebaiknya aku mandi dulu sebelum Reiner keluar dari kamarnya.
Audrey merasa lega karena Reiner belum memanggilnya sepanjang sore. Jadi dia bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor.
"Audrey, apa makanannya sudah siap? Audrey!" panggil Reiner, tapi tidak ada jawaban yang terdengar. Reiner keluar dari kamarnya dan mencari Audrey di dapur, tapi gadis itu tidak kelihatan. Reiner hanya melihat dua piring steak dan dua gelas juice lemon tersedia di meja makan.
Dia bisa masak juga, aku kira dia gadis manja.
Tapi kemana dia apa masih di dalam kamar?
Reiner memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Audrey yang masih tertutup.
"Audrey, cepat keluar! Aku lapar mau makan malam," panggil Reiner seraya mengetuk pintu kamar Audrey beberapa kali.
Audrey yang baru saja selesai mandi, cepat-cepat mengenakan bajunya dan membukakan pintu. Ia belum sempat mengeringkan rambut panjangnya yang masih basah maupun menutup lehernya dengan foundation.
"Makanannya sudah siap, Tuan," jawab Audrey membuka pintu kamarnya.
Reiner bisa melihat dengan jelas tanda kepemilikan yang dibuatnya di leher gadis itu.
"Kamu tau apa tugas yang belum kamu kerjakan?" tanya Reiner mengalihkan pandangannya ke wajah Audrey.
"Tidak tau, Tuan," jawab Audrey merasa bingung.
Reiner menarik tangan Audrey dan membawanya ke dapur.
"Cicipi dulu steak dan juice ini," perintah Reiner menunjukkan makanan yang dibuat Audrey.
"Sebelum kamu makan aku tidak akan memakannya. Jadi ingat tugasmu baik-baik! Cicipi setiap makanan dan minuman yang kamu hidangkan di hadapanku. Aku ingin memastikan semuanya aman. Cepat lakukan, aku lapar."
*Kalau dia s*elalu takut aku memberinya racun, kenapa menyuruhku memasak dan membuat minuman? Dia khan bisa memesan di restoran lewat aplikasi atau menyuruh asisten kesayangannya itu.
gerutu Audrey di dalam hatinya.
Reiner menunggu sebentar hingga Audrey selesai menelan makanannya, lalu merebut piring itu dari tangan Audrey.
"Kamu duduk dan makan disini bersamaku. Mulai besok pagi, siapkan semua keperluanku. Baju kerja, sepatu, dan sarapan pagi. Aku berangkat jam delapan, jadi semua harus sudah siap di jam tujuh pagi. Besok Bi Mila juga akan kesini mengambil baju kotor, jangan sampai lupa menyiapkannya."
Audrey menjadi gelisah mendengar perintah Reiner. Setiap hari, ia harus berangkat ke kantor paling lambat jam tujuh pagi agar tidak terlambat. Mana mungkin dia bisa mengurus keperluan Reiner di jam tersebut. Dia hanyalah karyawan biasa yang harus bekerja jam delapan pagi, bukan seperti Reiner yang merupakan pemilik perusahaan. Atau jangan-jangan Reiner tidak mengijinkannya bekerja lagi. Audrey tidak bisa membiarkan hal itu sampai terjadi. Gadis itu pun mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya.
"Ma..af Tuan, saya harus berangkat ke kantor jam tujuh pagi. Saya tidak bisa menunggu Anda sampai jam delapan. Tapi saya akan menyiapkan semua keperluan Anda sebelum saya berangkat. Saya akan bangun pagi-pagi. Saya mohon Tuan mengijinkannya," pinta Audrey menundukkan kepalanya. Audrey sungguh-sungguh berdoa di dalam hati agar Reiner kali ini berbaik hati padanya.
"Baiklah, aku mengijinkanmu tetap bekerja. Tapi aku akan mengawasi bagaimana tanggung-jawabmu terhadap pekerjaan yang aku berikan. Kalau kamu lalai melakukannya, aku akan membuatmu dipecat dari kantor," jawab Reiner ketus.
"Terima kasih, Tuan. Saya janji akan melakukan tugas yang Anda berikan setiap hari. Satu lagi, Tuan."
"Apa lagi???" tanya Reiner mulai tidak sabar.
"Saya minta password pintu apartemen, Tuan, supaya saya bisa berangkat bekerja besok tanpa mengganggu isitirahat Anda."
Reiner meraih ponselnya dan mengetikkan beberapa angka.
"Aku sudah mengirimkan passwordnya ke ponselmu. Ingat aku mengijinkanmu bekerja tapi bukan berarti aku membiarkanmu begitu saja di kantor. Kamu harus sudah berada di apartemen jam tujuh malam. Siapkan baju, air hangat untuk mandi, dan makan malam. Jika aku pulang dan semuanya belum siap, maka aku akan mengurungmu terus di apartemen ini."
"Baik, Tuan, saya berjanji mematuhinya."
Audrey merasa lega karena Reiner masih mengijinkannya bekerja. Audrey merelakan dirinya diperlakukan sebagai pembantu oleh Reiner, asalkan dia jangan sampai dikeluarkan dari pekerjaannya.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣