Ajeng merasa lega setelah mengetahui jika foto mesra suaminya dengan seorang wanita yang diterimanya dari seorang pengirim misterius hanyalah sebuah rekayasa. Ada seseorang di masa lalu suaminya yang ingin balas dendam. Namun, rasa lega itu tak berlangsung lama karena ini hanyalah pembuka dari sebuah pengkhianatan besar yang telah dilakukan oleh suaminya. Bisakah Ajeng memaafkan suaminya setelah mengetahui kebohongan itu.
Cakra, seorang pengusaha sukses yang mendambakan kehadiran seorang anak dalam pernikahannya, tapi istrinya yang merupakan seorang dokter di sebuah rumah sakit ternama belum ingin hamil karena lebih memilih fokus pada karirnya terlebih dahulu. Suatu waktu, Cakra mengetahui jika istrinya telah dengan sengaja menggugurkan calon anak mereka. Cakra murka dan rasa cinta pada istrinya perlahan memudar karena rasa kecewanya yang besar.
Dua orang yang tersakiti ini kemudian dipertemukan dan saling berbagi kisah, hingga benih-benih cinta muncul di hati keduanya.
Bagaimanakah kisah mereka selanjutnya? Ikuti ceritanya dalam 2 Hati yang Tersakiti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa A.R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Shattered
...🌷Selamat Membaca🌷...
"Jeng, ada yang inginku berikan padamu." Tania membuka obrolan setelah mereka diam cukup lama.
"Apa?" Ajeng mengangkat kepala, menatap lawan bicaranya yang duduk di seberang sana.
Tania membuka tas jinjingnya dan mengeluarkan amplop yang waktu itu diberikan oleh Bagas. Disodorkannya amplop itu ke hadapan Ajeng.
"Aku dititipi ini oleh seseorang," beritahu Tania.
Ajeng terdiam, ia merasa penasaran akan isi amplop yang diberikan Tania. Dengan pelan, ditaruhnya tubuh lelap Arka ke atas sofa empuk di sampingnya, baru setelah itu meraih amplop yang tergeletak di atas meja.
"Jeng!" Tania menghentikan aksi Ajeng yang akan membuka amplop. Sejujurnya ia sangat khawatir membayangkan bagaimana reaksi Ajeng setelah melihat isi amplop itu, ia takut jika hal itu membuat Ajeng kaget hingga berpengaruh pada kandungannya.
"Kenapa?" Kening Ajeng mengkerut melihat reaksi Tania yang mencurigakan. Hal itu membuat ia semakin penasaran akan isi dari amplop tersebut.
"Apa kau siap dengan sesuatu yang akan kau lihat nanti?" tanya Tania.
"Memang apa isinya? Kenapa kau terlihat takut begitu, Tan?"
"Aku tanya apa kau siap?" ulang istri bagas itu.
"I-iya, aku siap." Dengan ragu Ajeng mengangguk. Ia jadi cemas membayangkan apa yang akan dilihatnya nanti.
"Sekarang bukalah!"
Ajeng segera membuka amplop coklat yang mencurigakan itu. Ia melihat ada beberapa lembar foto di dalamnya, lantas diserakkannya isi dari amplop itu ke atas meja.
Deg
Di sebuah foto, Ajeng bisa melihat potret Radi di dalamnya. Pria itu tidak sendiri, ada seorang wanita di hadapannya. Lalu beralih ke foto berikutnya, Radi dan wanita itu berpelukan. Foto lainnya, Radi mencium perut buncit si wanita.
Ajeng melempar semua foto itu ke lantai. Napasnya memburu hebat. "Apa maksdunya ini, Tania!" Ajeng menatap nyalang pada Tania, menuntut jawaban.
"Sudah ku bilang, tenangkan dirimu!" Tania mendekati Ajeng dan mengelus punggung wanita itu, menenangkannya.
Wanita hamil itu menghela napas dan melepaskannya berulang kali, berusaha menormalkan kembali emosinya yang sempat tersulut. "Jelaskan, Tan! Ku mohon."
"Seperti yang terlihat, suamimu memiliki wanita lain. Dia membelikan wanita itu sebuah rumah di kota Bandung. Dan saat ini wanita itu tengah mengandung darah daging suamimu."
Penjelasan Tania membuat hati Ajeng tercabik-cabik. Dadanya tiba-tiba sesak, tenggorokannya tercekat. "Ke-kenapa?" Perlahan cairan hangat turun mengalir dari sepasang netra indah wanita itu.
"Sabar, Jeng." Tania memeluk tubuh bergetar temannya. Ia bisa merasakan betapa terlukanya hati wanita itu akibat ulah Radi. "Bukannya aku ingin membuatmu bersedih, hanya saja kebohongan harus tetap diungkapkan. Cepat atau lambat, kau memang harus mengetahui semua ini. Radi sudah mengkhianatimu."
Tangisan Ajeng menjadi semakin kencang. Sedu sedan wanita malang itu membuat Tania mempererat erat pelukannya. "Tenangkan dirimu. Jangan berlarut hanya karena pria brengs*k seperti itu. Kau harus semangat, ingat anak yang ada di dalam perutmu."
Tangan Ajeng terangkat menyentuh perutnya yang masih rata. "Kenapa ayahmu tega pada ibu, Nak." Dirinya membatin pilu.
.......
"Aku akan memberimu satu kesempatan lagi." Setelah berpikir matang, akhirnya Cakra telah memutuskan untuk memberikan Silvia satu kesempatan lagi. Itu artinya, mereka akan memperbaiki rumah tangga yang sempat goyah. "Tapi dengan beberapa syarat," lanjutnya.
"Apa syaratnya, Mas?" Silvia yang duduk di sebelah pria itu mencicit pelan.
"Kurangi aktifitasmu di rumah sakit dan segera lahirkan anakku dalam kurun waktu satu tahun ini. Jika itu tidak kau lakukan, maka perpisahan akan tetap menjadi jalan keluarnya," kata Cakra tegas.
Silvia mengepalkan kedua tangannya yang berada di pangkuan. Ia kesal mendengar syarat yang diajukan oleh suaminya. Yang ada dipikiran pria itu hanyalah anak, anak dan anak. Sejujurnya, Silvia tidak ingin memiliki anak, anak itu merepotkan dan anak hanya akan menghambat langkahnya menuju kesuksesan. Namun, jika ia tidak menyetujui syarat itu, maka Cakra akan menceraikannya.
"Ah ... Sial," umpat wanita itu dalam hati. Mau tak mau ia harus menerima semua syarat dari Cakra daripada harus berpisah dan kehilangan suami potensial macam Cakra yang sangat susah dicari.
"Baiklah Mas, aku akan menerima semua syarat darimu."
"Bagus." Hanya itu yang Cakra ucapkan. Setelahnya pria itu bangkit dan masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di dalam kamar, Cakra memilih duduk sejenak di ranjangnya. Ini sudah menjadi keputusannya untuk memberi kesempatan pada Silvia, tapi ... setelah semua hal yang terjadi, perasaannya pada wanita itu sudah tidak lagi sama. Selanjutnya pernikahan ini hanya akan menjadi formalitas semata, tidak ada lagi cinta melainkan hanya tuntutan untuk segera memiliki momongan.
.... ...
Di kantor, Radi sama sekali tidak berkonsentrasi pada pekerjaannya. Pikirannya terus tertuju pada Ajeng yang berada di rumah. Entah kenapa, perasaannya tiba-tiba tidak enak, ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Radi mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja kerjanya. Ia mendial nomor ponsel sang istri. Beberapa kali memanggil, namun tidak satu pun panggilannya yang diangkat. Hal itu membuat Radi semakin cemas. Segera dibereskannya meja kerja lalu bersiap untuk pulang.
"Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi."
.......
Ajeng terduduk lemas bersandar pada sofa. Ia masih shock setelah menerima informasi juga semua bukti perselingkuhan suaminya. Ajeng pikir, Radi adalah pria setia karena sama sekali tidak terpengaruh oleh godaan Tania waktu itu, tapi ternyata suaminya itu sudah lebih dulu bermain api di belakangnya.
Coba bayangkan, wanita mana yang tidak akan sakit hati dan terluka, di saat dirinya tengah mengandung buah hati yang sudah lama dinanti, ternyata sang suami lebih dulu mendapatkannya dari wanita lain.
Ajeng mengusap perutnya yang sedikit kejang, pikirannya yang kalut begitu berpengaruh terhadap kandungannya. Ia coba untuk bersikap tenang, tapi tetap saja bayangan Radi yang mengkhianatinya terus mengganggu pikiran.
"Jeng, Radi menelpon." Tania yang setia berada di samping Ajeng memberitahu saat melihat ponsel milik temannya itu yang tergeletak di atas meja menyala beberapa kali.
Ajeng melirik sekilas ponselnya, sama sekali tidak ada niatan untuk mengangkat.
"Tan, sebaiknya kau pulang sekarang. Aku yakin saat ini mas Radi dalam perjalanan pulang. Aku takut jika nanti dia melihatmu berada di sini," pinta Ajeng.
"Baiklah. Tidak apa kan, kalau kau ku tinggal?" tanya Tania yang masih mengkhawatirkan kondisi Ajeng setelah mengetahui semuanya kebusukan suaminya.
"Tidak apa, dan satu lagi, tolong kau bereskan foto-foto itu dan bawa pergi dari sini. Aku minta kau menyimpannya terlebih dahulu."
"Tentu saja." Tania segera membereskan foto yang berserakan di atas meja juga lantai dan memasukkannya kembali ke dalam amplop.
Tania menggendong Arka yang masih tertidur lantas menjinjing tasnya.
"Maafkan aku harus memintamu pergi padahal Arka masih terlelap," ucap Ajeng lesu.
"Tidak masalah, kalau begitu aku pamit."
...Bersambung...
...Jangan lupa Vote & Comment ya, Readers......
...🙏🏻😊...
...Terima kasih...