Seorang gadis bernama santi anastasia yang berusia 24 tahun yang ditinggalkan oleh kekasihnya karna insiden kecelakaan yang terjadi dua tahun yang lalu tepat di hari ulanga tahunnya, yang membuatnya menutup diri dan memutuskan untuk pergi dari kota asalnya karna ingin melupakan kenangan bersama sang kekasih. dikota yang baru, santi menjalani kehidupanya dengan menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah yang terkenal di kota itu, hingga dia bertemu dengan seorang lelaki yang tak lain adalah pemilik sekolah tempat santi bekerja dan karna suatu kesalah pahaman membuat mereka terpaksa harus menikah.
Ruben Prasetya seorang pemuda yang berusia 29 tahun, dia seorang pengusaha yang terkaya dan tersohor dikotanya, namun sampai kini masih belum menikah akibat kegagalan percintaannya lima tahun yang lalu sehingga membuatnya menjadi pria yang kejam dan dingin bahkan tak akan segan menghancurkan orang yang telah menyinggungnya, hingga suatu saat terjadi sesuatu yang mengharuskan dia untuk menikahi gadis yang mengajar di sekolah miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon baene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Ruben yang kembali mendengar panggilan santi untuk riko seketika wajahnya kembali berubah masam.
" iy, gak apa aku bisa ambil sendiri kok, Kna aky tidak serti orang lain yang baru bisa makan jika sudah berada dalam piring." Kata riko menyindir sesorng.
" kenapa kau minta maaf padanya, Dia yang menumpang makan dan kita pemilik rumah ini, jadi kau tak perlu minta maaf." ketus ruben.
" aku cuma gk enak mas sam mas riko." ucap santi memberi alasannya melakukab itu.
" kenapa kau yangbmerasa tidak enak, harusnya dia yang merasa sepeti itu karna dia menumpang makan." ketus ruben.
Santi tidak menjawab lagi, ia memilih untuk diam karna tak mau memperpanjang masalah sepele seperti ini, sedangkan Riko yang melihat perubahan wajah sahabatnya hanga mengehla napas karna ia tau kalau saat ini suasana hati ruben sedang tidak baik.
" kau itu kenpa ketus sekali pagi ini." tanya riko tak kalauh ketusnya.
" kalau kau tdak mau melihat wajah masamku harusnya kau tidak datang kesini, merepotkan saja.!" ucap ruben berkacak pinggang.
riko hanya diam saja tidak mempedulikan sahabatnya ia sedang menikmati masakan santi yang sangat lezat.
" wowww... Masakanmu enak sekali." puji riko
Sedangkan ruben hanya bisa memput dalam hati dan decakan saja yang keluar dari mulutnya namu riko tidak peduli.
" benarkah.?" tanya santi girang karna mendapatkan pujian.
" ia benar aku tidak bohong, dan kalau aku mampir kesini lagi boleh aku makan masakan mu lagi.?" tanya Riko
" hei..! rumahku ini bukan warung." sergah ruben namun riko tetap cuek dan tidak mempedulikan ruben.
Lagi dan lagi dia cuam bisa mengumpat dalam hati sedangkan riko berusahan menahan tawanya agar tidak pecah karna melihat wajah masan temannya itu.
Dan Santi hanya tersenyum menyaksikan pertengkaran itu.
Dan sepanjang sarapan mereka terusa san mengobrol, lebih tepannya Santi dan Rikolah yang mengobrol sedangkan ruben makan dalam diam.
" oh iya, dari mana kamu kenal manusia dingin ini san.?" tanga riko pada santi tetapi matanya melirik kearah ruben.
ruben diam saja dan tidak bicara karna ia ingi mendengar jawaban santi, sedangkan santi sudah bingung ingin menjelaskan apa.
" em, emm aku bekerja di sekolah milik mas ruben." jawab santi menunduk tak berani menatap mereka.
" oh ya lalu bagaimana kalian bisa menikah " tanya riko lagi yang sebenarnya sudah tau penyebab pernikahan mereka namun ia mau mendengar dari santi.
"em tanya sama ruben saja ya mas riko."
" yahh,,, sayang sekali ya padahal aku ingin mendengar dari kamu loh." ucap riko dengan muka dibuat sekewa mungkin.
" maaf ya mas."
" baik lah tak apa." kata riko.
Sedangkan ruben sedari tadi hanya menjadi pendengar setia tanpa berniat untuk bergabung dengan obrolan tak penting itu, meskipun ruben masih dongkol dengan panggilan santi untuk riko tapi ia memilih diam.
" eh, aku dengar kamu berasal dari kota M." riko kemabali saat teringat sesuatu.
" iya mas aku dari sana, ada apa memangnya.?" tanya santi tidak mengerti.
" em tidak tidak, mungkin kamu tidak akan mengenal dia karna kurasa kotamu juga lumayan besar kan.." ucap riko memilih tidak bicara.
" memangnya siapa.?"
" seseorang yang dijodohkan dengannya." sahut ruben cepat.
" maksudnya seseorang yang berasal dari kotaku." tanya santi.
" emm iy dia berasal dari sana." ucap riko.
" bagus dong, nanti kenalkan dia padaku ya mana tau kami bisa akrab." ucap santi antusian mendengarkan kata riko.
riko menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karna permintaan Santi, bagaimana dia mau mengenalka wanita itu sedangkan dia saja tidak mengenalnya.
Ruben yang melihat itu tersenyum licik " mana mungkin dia mengenalkan jodohnya padamau, itu tidak akan terjadi. Pun kalau itu terjadi maka haru menunggu entah kapan." kata ruben dengan senyum mengejek yang ditunjukan kepada riko.
" maksudnya." tanya santi binggung akan ucapan dari suaminya.
" karna dia belum melihat wanita itu." jawab ruben lagi.
" haa,, jadi mas belum bertemu dengany.?" tanya santi kaget melihat kearah riko pertanda mempertanyakan kebenaran dari ucapan suaminya.
"Heheh,,, iya San aku belum bertemu dengannya." jawab riko menyengir.
" lalu bagaimana mas akan bertemu dengannya." tanya santi.
" aku juga tidak tau tapi kata orang tuaku dia akan datang ke kota ini juga nanti.
" kenapa tidak dipertemukan saja sih mas, kenapa harus dengan cara ini.? seerti mencari garta karun saja. Geleng santi tak habis pikir dengan cerita sahabat suaminya.
" katanya sih biar ada kesan jha nanti untuk perjalan rumah tangga."
Santi langsung meredup saat mendengar kata terakhir riko, ia merasa tersindir dengan perkataan itu karna mengingat keadaan rumah tangganya yang tidak ada kejelasan. Mungkin benar seharusnya dia dan ruben salung mengenal terlebih dahulu agar tidak seperti sekarang.
Santi menyudahi sarapanya dan langsung melenggan pergi setelah pamit kepada suaminya dan rio, ia berangkat kerja menuju taxinyang sudah memunggu didepan rumahnya, sedangkan riko dan ruben menuju mobil ruben karna riko ingin menumpang Di mobil ruben karna mau kekantor ruben juga.
" kenapa kau tidak mengantar istrimu.,?" tanya riko saat sudah berada dalam mobil.
" apa kau tidak punya mata sehingga tidak bisa melihat kalau dia terburu buru bahkan belum sempat aku menjawab perkataannya dia sudah langsung pergi begitu saja." jawab ruben menghela napasnya kasar.
" itu karna kau terlalu dingin sehingga dia tidak berani kepadamu." kekeh riko.
" kau..!! kenapa malah menertawakanku." sentak ruben.
" tapi kalau aku lihat dari caranya sepertinya dia menyukaimu." kata riko mengabaikan wajah masam sahabatnya.
" jangan sok tau." sergah ruben yang tidak ingin berharap lebih.
" aku serius, aku melihat matanya dan juga caranya bertindak memancarkan ketulusan dan aku melihat ada cinta disana." ucap riko serius memberi pendapat.
Ruben tertegun mendengar ucapan riko , ia bertanya dalam hati apakahbbenar yang dikatakan riko tapi akalnya seolah menolak pernyataan itu mengingat semua yang terjadi selama ini tapi itu hanya dari sudut pandangnya saja.
" iayalah dia tulus agar aku mau menerima pernikahan kami dan membiarkan dia memasuki hatiku yang pada akhirnya harus sakit karna meneriman bahwa kenyataan persaanya bukan untukku." kata ruben membuang nafasnya kasar.
" kenapa kamu bisa seyakin itu." tanya riko ingin tau alasan ruben.
" karna aku sudah sering memergoki dia menangis diam diam dan memandangi foto mantan kekasihnya dan mengucapkan kata maaf terus terusan.
" bagaimana kalau tangisannya bukan untuk mantannya melainkan untukmu." tanya riko lagi.
" itu mustahil." jawab ruben cepat.
" kenapa."
" jika memang dia menangis karna aku, lalu kenapa dia selalu memandang figuran mantan kekasihnya itu dan selalu meminta maaf pada bingkai sialan itu apalagi jika kalau bukan karna dia cinta." ucap ruben yang masih kekeh pada pendapatnya.
" mungkin dia hanya curhat saja memberitahukan tentang keadaan rumah tangga kalian, bukankah kau bilang makam kekasihnya itu letaknya berada dikota kelahiran santi.," tutur riko yang ingin sahabatnya berpikir lebih jauh.
Ruben hanya diam saja tidak menjawab perkataan sahabanya, pikirannya sekarang sedang tertuju pada wajah sang istri dan juga pada perkataan sahabatnya.
" apa benar kamu menagisiku dan kamu hanya curhat pada mantanmu itu.? batin ruben tapi sejurus kemusian ia mwnyadarkan lamunannya. Tidak mungkin tidak itu pasti buak karna aku." kekeh ruben dalam hatinya.
Bersambung....
Salam kenal dariku para pembaca tercinta
Tinggalkan jejak ya di karya baru author😊😊
Like, koment, dan vote yang banyak ya..🙏🙏