Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.
Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.
Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!
FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKCD BAB 19_Ancaman Amelia
Begitu jet pribadi Abimana mendarat di Jakarta, Abimana langsung menyalakan ponselnya.
Pesan dan panggilan masuk dari Rendra tak terhitung jumlahnya, wajahnya langsung mengeras.
"Ada masalah?" tanya Rania yang kini sudah duduk tegap bersiap kembali ke realitas.
Abimana menunjukkan ponselnya dan halaman depan sebuah majalah gosip bisnis elit terpampang di sana, menampilkan foto Rania dan dirinya yang diambil di pasar seni Ubud.
Foto itu sangat kuat, di foto itu Rania tersenyum lebar sambil memeluk selimut tenun, terlihat gembira dan sederhana.
Sementara Abimana, yang berdiri di sebelahnya tampak menatap Rania dengan ekspresi yang sangat langka yaitu campuran antara proteksi dan rasa kagum.
Jemari Abimana berada sangat dekat dengan pinggang Rania seolah siap merangkul dengan begitu mesra nya.
Judul di bawah foto itu berbunyi: "Momen Langka CEO Abimana: Cinta Sejati di Pasar Tradisional Bali. Pasangan Sanjaya Tak Peduli Kemewahan?"
"Ini buruk, lebih buruk dari yang saya duga." gumam Abimana sambil menyerahkan ponsel itu kepada Rania.
Rania melihat foto itu, ia sendiri terkejut melihat ekspresi Abimana yang terekam.
Itu bukan acting yang ia suruh tapi itu adalah ekspresi tulus yang muncul saat ia melihat Rania berinteraksi dengan anak kecil tadi.
"Ini membuat sandiwara kita terlihat terlalu nyata Abi, keluarga mu akan berpikir kita benar-benar sedang dimabuk asmara." kata Rania.
"Itu bagus untuk publik, tapi buruk untuk bisnis Rania." potong Abimana.
"Telepon dari Mama sudah menunggu dan yang lebih serius adalah telepon dari Tuan Kusuma." ujar Abimana.
Setibanya di penthouse Rendra sudah menunggu dengan wajah tegang.
"Tuan Abimana nyonya Widiastuti sangat marah karena Anda tidak memberitahu bahwa anda benar-benar menghabiskan waktu di pasar tradisional. Beliau khawatir citra S.T.G. akan terlihat populis dan tidak eksklusif." lapor Rendra dengan sedikit takut.
"Lalu apa kata tuan Kusuma?" tanya Abimana segera melepas jasnya.
"Tuan Kusuma menelepon dan menuntut pertemuan, beliau mengatakan bahwa pernikahan anda ini melanggar perjanjian informal bisnis mereka dan beliau menduga ada motif tersembunyi dan Amelia Kusuma juga mengirimkan pesan kepada saya yang isinya... cukup mengancam, Tuan." ucap Rendra.
Abimana menatap Rendra. "Apa isinya?"
"Amelia mengancam akan membongkar 'aib' pernikahan ini ke media jika tuan tidak menceraikan nyonya Rania dalam waktu sebulan maka dia bilang kalau dia tahu anda tidak mungkin mencintai wanita dari kalangan biasa." ujar Rendra.
Mendengar itu Rania merasa darahnya mendidih dia merasa begitu direndahkan lagi, memang apa salahnya kalau dia bukan dari kalangan orang orang atas.
"Aku akan menghadapi tuan Kusuma danan Rania kamu harus ikut." putus Abimana dengan pandangannya yang tegas.
"Kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa pernikahan ini kokoh, tulus dan tidak bisa diganggu gugat, kita akan bertemu mereka malam ini Rania dan ini adalah ujian terbesar kita." ucap Abimana dan di angguki oleh Rania.
Malam itu Rania dan Abimana tiba di restoran mewah tempat ruan Kusuma dan Amelia menunggu.
Suasana dingin dan tegang, Abimana dan tuan Kusuma segera masuk ke ruangan pribadi untuk berbicara bisnis.
Rania ditinggalkan sendirian di ruang tunggu bersama Amelia, Amelia menatap Rania dengan ekspresi kebencian yang terang-terangan.
"Aku tidak tahu sihir apa yang kamu gunakan untuk menjerat Abimana Rania." kata Amelia suaranya pelan tapi bergetar.
"Apakah dengan pura-pura polos dan sederhana?" lanjutnya dengan menuduh Rania pura-pura.
Rania tetap tenang mengingat perintah Abimana untuk bersikap berkelas dan berwibawa.
"Tidak ada sihir nona Amelia hanya kejujuran, saya tidak pernah berpura-pura menjadi apa pun." jawab Rania.
"Jujur? Foto di Bali itu lelucon! Abimana tidak akan pernah mau menghabiskan waktu di pasar murahan, saya kenal Abi dan kami tumbuh bersama, dia adalah pria yang terukur, dia logis dan dia tidak akan pernah memilih wanita yang tidak bisa menopang kerajaan bisnisnya," seru Amelia.
"Saya setuju bahwa Abi adalah pria yang logis dan bagi saya keputusan Abi memilih saya adalah keputusan yang paling logis yang pernah ia buat," balas Rania.
Amelia tertawa sinis. "Logis? Kamu berani mengatakan itu? Kamu yang latar belakangnya bisa saya hancurkan hanya dengan satu panggilan telepon? Katakan padaku, apa kompensasi yang Abi berikan agar kamu mau menikahinya? Uang? Rumah? Atau janji palsu?"
Rania mengepalkan tangannya di bawah meja, ia merasa sangat marah karena harga dirinya diinjak-injak.
"Saya tidak menerima uang Nona Amelia, saya hanya meminta Abi untuk menjamin kesehatan ibu saya dan itu saja," kata Rania matanya menatap Amelia lurus-lurus.
"Saya tidak merusak reputasi Anda, jadi saya minta Anda berhenti mencampuri kehidupan saya dan suami saya. Saya bangga dengan diri saya yang sederhana dan Abi menghargai itu, anda boleh berpikir saya tidak layak tetapi Abi yang memilih." lanjutnya dengan percaya diri.
Amelia terdiam dan terkejut dengan ketegasan dan kejujuran Rania, ia mencari celah dan ia menemukannya.
"Kamu pikir saya percaya? Dengarkan baik-baik Rania saya tahu Abimana tidak menyentuhmu dan pernikahan ini palsu, saya akan mencari bukti dan ketika saya menemukannya maka seluruh dunia akan tahu bahwa kamu hanya istri kontrak yang direkayasa untuk mendapatkan proyek Bali. Dan ketika itu terjadi kamu tidak hanya kehilangan Abimana kamu juga akan kehilangan semua yang ia janjikan termasuk kesehatan ibumu." Ancaman Amelia kini menjadi sangat serius.
Saat itu pintu ruangan dibuka dan Abimana keluar bersama tuan Kusuma wajah Abimana tampak lebih santai.
"Amelia, Ayah dan Abimana sudah sepakat bahwa pernikahan Abi sah dan tidak bisa diganggu gugat, kita harus menghormati keputusan Abi," ujar Tuan Kusuma suaranya penuh kekalahan.
Amelia sangat marah. "Tapi Ayah! Abi hanya main-main!" serunya tidak terima.
"Cukup Amelia!" bentak Abimana.
Ia berjalan mendekat ke Rania, kali ini ia tidak hanya memegang pinggang Rania ia juga memegang kedua pipi Rania dengan lembut menundukkan kepalanya dan mencium bibir Rania di depan Amelia dan Tuan Kusuma.
Ciuman itu singkat, dingin dan penuh perhitungan, tetapi bagi Rania itu adalah kejutan yang sangat besar karena itu melanggar Pasal 7 perjanjian mereka secara telak.
"Jangan pernah meragukan cinta kami Amelia dan jangan pernah mengancam istri saya." kata Abimana dengan nada formal dan dingin dengan melepaskan ciumannya, tatapannya kepada Amelia penuh peringatan.
Rania yang jantungnya berdebar kencang, hanya bisa memaksakan senyum di depan Amelia.
Ketika mereka kembali ke mobil Rania langsung marah.
"Anda melanggar perjanjian Abi! Anda tidak boleh menyentuh saya!" seru Rania memukul lengan Abimana dengan cukup keras namun bagi Abimana itu hanya pukulan ringan dengan tubuhnya yang gagah dan berotot itu.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
ayak ayak wae...
di tunggu updatenya