NovelToon NovelToon
Dendam Keturunan Pendekar

Dendam Keturunan Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Action / Balas Dendam
Popularitas:695
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

Wira adalah anak kecil berusia sebelas tahun yang kehilangan segalanya, keluarga kecilnya di bantai oleh seseorang hanya karena penghianatan yang di lakukan oleh ayahnya.

dalam pembantaian itu hanya Wira yang berhasil selamat karena tubuhnya di lempar ibunya ke jurang yang berada di hutan alas Roban, siapa sangka di saat yang bersamaan di hutan tersebut sedang terjadi perebutan artefak peninggalan Pendekar Kuat zaman dahulu bernama Wira Gendeng.

bagaimana kisah wira selanjutnya? akankah dia mampu membalaskan kematian keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ratih dan Cincin Perak

"Eh? Tidak perlu terlalu formal seperti itu anak man-- aahhh lupakan. Siapa namamu?" Tanya Wira.

"Hmm... namaku Ratih kamu memanggilku dengan sebutan anak manis juga tidak masalah." Ucap Ratih sembari tersenyum menatap Wira.

"Eh... aku terpaksa memanggilmu dengan sebutan itu karena aku tidak tahu siapa namamu, aku harap kamu tidak salahpaham Ratih..." Jawab Wira dengan ekspresi sungkan.

"Sungguh aku tidak masalah jika kamu memanggilku dengan sebutan itu.." Ucap Ratih.

Wira menggaruk kepalanya dengan ekspresi sungkan, "ah sudahlah Ratih lupakan hal itu, lebih baik sekarang kita kembali, masih banyak anak anak lainnya yang harus di sembuhkan." Ucap Wira.

Wira kemudian berjalan meninggalkan Ratih.

"Hei tunggu aku!" Ratih langsung bangkit dan berjalan mendekati Wira, "Siapa namamu?" Tanya Ratih kepada Wira.

"Wira." Jawab Wira singkat dan tanpa menoleh.

"Wira... kenapa kamu bisa mengeluarkan petir seperti itu? Ajari aku dong."

Wira menghela nafas panjang, " Tidak semudah itu, Ratih. Kekuatan ini juga hanya warisan dari leluhurku bukan murni kekuatanku sendiri, oleh karena itu aku tidak bisa mengajarimu." Ucap Wira ia memang sudah mengetahui bahwa ia keturunan dari Wira Gendeng, Wira mengetahui ini dari Owo.

Wira terus berjalan dengan di iringi Ratih yang terus menerus bertanya seperti burung kicau yang tiada hentinya.

Hingga akhirnya Wira tiba di dekat gubuk milik Nenek Pakande, Wira merasakan ada banyak sekali aura orang di sekitar gubuk itu.

Ia langsung membekap Ratih yang terus berbicara kemudian bersembunyi di balik semak.

"Emmm... mmm!!" Ratih berusaha melepaskan berjalan wira namun sayang sekali ia kalah tenaga dengab tenaga Wira.

"Dialah Ratih, lihatlah di depan sana! Ada banyak sekali musuh." Ucap Wira kepada Ratih sembari melepaskan bekapan tangannya.

"Hah! Hah!" Ratih langsung menghirup udara dengan rakus ketika Wira melepaskan belakangnya.

"Hah! Aku hampir saja kehabisan nafas gara gara kamu wira!" Ucap Ratih dengab jengkel.

Wira menggaruk kepalanya kemudian berucap, "Ya maaf, aku refleks karena di sana ada musuh lihatlah, jika kamu berbicara terus seperti itu keberadaan kita bisa ketahuan." Ucapnya sembari menunjuk sebuah arah.

Ratih menoleh ke arah yang di tunjuk Wira, ia melihat ada Herlambang, Surya dan beberapa orang yang tidak ia kenal.

"Huh! Dia bukan musuh tau. Mereka adalah anak bu--" Ratih menghentikan kalimatnya, "hmm... Wira pasti akan menjauhiku ketika dia mengetahui bahwa aku adalah anak dari orang kaya." Batin ratih.

Wira mengendutkan matanya kemudian berucap, "Anak buah maksudmu?" Tanyanya.

"Tidak! Eh bukan! Orang yang memiliki kumis tebal itu adalah pamanku, orang yang memiliki rambut sedikit putih itu adalah teman ayahku, sementara orang orang sisanya aku tidak kenal. Intinya mereka bukan musuh." Ucap Ratih sembari menunjuk Surya dan Herlambang.

Wira menganggukan kepalanya, "oh seperti itu berarti mereka mengejarmu sampai ke sini?" Ucap Wira.

"Mungkin saja seperti itu." Sahut ratih.

"Hmm.. tapi bagaimana caranya mereka melewati pageran ilusi yang berada di pohon beringin itu?" Tanya Wira dalam hatinya, ia kemudian mengamati orang orang di sana dengan lebih mendetail lagi, "hmm, jadi pria dengan pakaian rapi dan pamannya Ratih bukanlah orang biasa, mereka memiliki kesaktian yang cukup mumpuni, pasti mereka sudah menyingkirkan pageran itu sebelum kesini." Imbuhnya.

Siapa sangka Ratih meraih tangan Wira, "ayo Wira, kita kesana." Ucap Ratih namun Wira menahannya.

"Hop! Aku tidak bisa Ratih, temanku mengatakan untuk merahasiakan kekuatanku saat ini, aku tidak ingin terlalu di kenal oleh publik termasuk oleh pamanmu dan rekan rekannya yang seperti polisi. Oleh karena itu aku akan menitipkan ini saja kepadamu.." Ucap Wira kemudian menyerahkan lipatan kain berisi penawar racun pelumpuh otot tersebut.

Ratih menerimanya, ia sedikit heran menatap Wira tidak mau di kenal publik dengan kekuatan seperti itu Ratih yakin sekali Wira akan menjadi sosok yang sangat terkenal.

Namun Ratih tetap menghargai keputusan Wira, ia menganggukan kepalanya kemudian bertanya, "lalu apa yang harus aku katakan kepada mereka ketika meraka bertanya siapa yang menyelamatkanku?" Tanya Ratih.

"Hmm..." Wira bergumam pelan kemudian ia berucap, "katakan saja kepada mereka kamu di selamatkan oleh seorang pemuda tampan yang sangat misterius! Haha..."

"Eh? Bocah gendeng!"

Hari itu juga semua masalah terselesaikan, semua anak anak sudah kembali ke orang tua masing masing termasuk adit.

Berkat usaha Wira ritual yang akan di lakukan nenek Pakande yaitu memakan 20 anak kecil gagal, berkat dia juga tidak ada korban yang jatuh.

Semua anak anak hanya mengalami lemas saja karena tidak di kasih makan.

***

Waktu berjalan dengan sangat cepat, benar benar sangat cepat. Hari demi hari berlalu, selama berada di desa Ratih selalu bermain dengan wira.

Keseharian mereka berdua hanya menghabiskan waktu bersama, berpetualang kesana kemari dari mengetapel mangga tetangga, memancing ikan, mencari tutu dan belut di sawah dan masih banyak kegiatan membolang lainnya yang di lakukan oleh Ratih dan Wira.

Ratih sendiri ketika bermain selalu ingin sendirian dan tidak ingin ada pengawalan, karena ia ingin di anggap oleh Wira sebagai anak orang biasa bukan anak orang kaya, karena Ratih sudah beberapa kali berpengalaman ketika ada teman ia entah itu perempuan maupun laki laki ketika mengetahui dirinya adalah pewaris keluarga Damian mereka pasti akan menjauhi Ratih.

Entah karena mereka takut dengan keluarga Damian yang merupakan keluarga Mafia dunia bawab tanah atau mungkin takut akan alasan lainnya.

Oleh karena itu Ratih tidak mau menunjukan latar belakang keluarganya di hadapan Wira, Ratih tidak mau Wira menjauhinya seperti teman temannya.

Hari ini adalah siang hari, terlihat dua orang anak kecil berusia sebelas tahun duduk berjongkok di semak semak yang berada di Alas Roban.

Mereka berdua tidak lain tidak bukan adalah Wira dan Ratih, Wira dan Ratih saat ini tengah mengawasi ayam hutan yang tengah mencari makan.

Terlihat Ratih menarik sebuah busur panah sederhana yang terbuat dari bambu, Ratih menarik busur panahnya sambil menutup satu matanya, ia membidik ke arah ayam hutan itu sepresisi mungkin.

"Kali ini pasti kena..." Ucap Ratih sembari membidik.

Sementara Wira hanya memperhatikan apa yang di lakukan oleh Ratih.

Wus...

Ratih akhirnya melepaskan anak panahnya, anak panah yang terbuat dari bambu itu melesat jauh ke dalam hutan. Ya kedalam hutan anak panah itu melesat sangat jauh dari targetnya.

"Sudah aku bilang bukan Ratih, kamu sama sekali tidak memiliki bakat memanah, lebih baik biar aku saja." Ucap Wira sambil menggaruk kepalanya.

Ratih menghembuskan nafas kasar kemudian mengambil kembali anak panah yang terbuat dari bambu, "ah biarkan aku mencoba kali ini saja, aku pasti bisa. Aku juga ingin menjadi kuat sepertimu Wira." Ucap Ratih yang masih ngotot dengan pendiriannya.

Wira hanya bisa menarik nafas dalam dalam melihat Ratih yang keras kepala.

Ratih kemudian menarik kembali busur panahnya, ia kembali membidik ayam hutan itu yang tengah mencari makan.

Siapa sangka sebuah tangan tiba tiba memegangi tangan Ratih, dan menuntunnya untuk membidik dengan benar.

"Posisimu masih terlalu miring Ratih.." Ucap Wira yang membantu Ratih untuk membidik dengan lebih baik.

Ratih berdebar ketika merasakan sentuhan Wira, namun itu berlangsung cepat ia kembali fokus membidik ayam hutan itu.

Wus...

Anak panah di lepaskan, anak panah itu langsung menancap tepat di sayap ayam hutan tersebut.

Kokokokok!!!

Ayam hutan itu berkokok kesakitan sembari berlarian tak tentu arah. Dengan cepat Wira melesat menuju ayam hutan itu dan menangkapnya.

Nampak Ratih berjingkat jingkat kegirangan, "haha.... aku berhasil!!" Teriaknya sembari mengangkat tangan ke atas.

Singkat cerita Akhirnya Ratih dan Wira duduk di bawah pohon sembari membakar ayam hutan yang sebelum ini telah mereka tangkap.

Ratih mengigit daging ayam di tangannya kemudian berucap, "Wira, kamu tahu bukan aku sebentar lagi akan pulang karena masa liburanku sudah selesai.." Ucap Ratih.

Wira menganggukan kepalanya, "lalu kenapa?" Tanya Wira dengan ekspresi polos.

"Emm.." Ratih terlihat bingung ingin mengucapkan apa, tiba tiba Ratih mengeluarkan sebuah cincin perak sederhana, Ratih langsung memakaikannya di jari Wira kemudian ia berucap, "aku ingin kamu berjanji padaku, ketika kita sudah dewasa kamu mau menjadi pasanganku.."

"Eh?" Wira terlihat menggaruk kepalanya dengan bingung.

1
Tini Nurhenti
ada yg ngompol gk thor 😄😄🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!