Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 19 Brawijaya
Happy reading
Gudang--bekas basecamp Geng Brawijaya masih berdiri kokoh, meski dinding-dindingnya diselimuti debu tebal dan berlumut.
Janji dan slogan geng yang tertulis di dinding pun masih utuh dan belum terhapus.
Di bawah panji Brawijaya, kami berjanji untuk selalu menjaga solidaritas, menjunjung tinggi kehormatan seluruh anggota geng, dan menolak perpecahan. Satu untuk semua, semua untuk satu!
Bersama Kita Kuat, Terpisah Kita Rengkuh Erat. --Slogan Geng Brawijaya--
Brawijaya nggak akan pernah mati. Dia selalu ada di hati. Tersirat dalam ucap dan sikap.
Slogan Geng Brawijaya menyiratkan makna ... bahwa persatuan membawa kekuatan. Dan bahkan ketika berjarak, ikatan yang mendalam dan saling mendukung tetap terjaga erat.
Manik mata Ryuga mengembun ketika membaca tulisan-tulisan yang masih utuh itu. Tangannya bergetar--meraba dan mengusap setiap huruf yang berjajar rapi.
Terlintas kenangan yang pernah tercipta beberapa tahun lalu. Masa disaat Geng Brawijaya yang dipimpinnya menjadi geng terkuat dan berkuasa di kota ini.
"Selamat datang, adik ipar."
Suara bariton terdengar, mengusik suasana hening yang semula menyelimuti seisi ruang dan memaksa Ryuga untuk mengalihkan perhatian.
"Kak Vier." Ryuga menarik kedua sudut bibir dan berjalan mendekat ke arah Xavier yang tampak berdiri di tengah ruang sambil melipat kedua tangan di dada.
Senyum tipis tersemat, membingkai wajah Xavier yang terkena pantulan cahaya lampu bohlam.
"Gue ngundang lo ke sini bukan mo ngajak reoni, tapi ada hal yang mo gue omongin. Mengenai perseteruan Geng Bima Sakti, BEM, dan Aluna."
"Ya, gue ngerti. Lo mau kita ngobrol sambil berdiri, atau duduk lesehan di lantai sambil nyesep rokok?"
"Ck, emang lo bawa rokok?"
"Nggak. Gue udah lama nggak ngerokok."
"Sejak kapan? Bukannya dulu lo penikmat rokok?"
"Sejak jadi ketua BEM dan kena omelan bini Bang Juna."
"Mantan Ketua Geng Srikandi yang pernah bikin lo tergila-gila?"
Ryuga mengangguk pelan, lantas membawa tubuhnya duduk di atas lantai berdebu, diikuti oleh Xavier.
Kedua lelaki itu duduk berhadapan. Raup udara dalam-dalam sebelum melanjutkan obrolan yang sejenak terjeda.
"Gimana keadaan adik gue? Dia baik-baik aja kan?" Xavier mencecar Ryuga dengan deretan kalimat tanya.
"Adik lo baik-baik aja. Tadi, gue titipin dia ke Ayu. Biar nggak kesepian dan ada yang diajak ngobrol."
"Lo masih berhubungan sama Ayu?"
"Masih. Sekedar sahabat sekaligus kerabat."
"Lo masih ada rasa?"
Ryuga mengendikkan bahu. "Gue nggak wajib jawab kan?"
"Lo wajib jawab, karena gue nggak mau ... Aluna cuma lo jadiin pelarian dan lo sakiti."
"Gue nikahin Aluna, bukan buat jadiin dia pelarian. Tapi, karena gue empati --"
"Gue bakal belajar mencintai adik lo. Gue juga bakal berusaha bahagiain dia."
"Gue pegang omongan lo. Kalau sampe lo nggak bisa bahagiain Aluna dan malah nyakitin dia, gue bakal ngasih lo hukuman yang nggak main-main."
"Gue siap nerima hukuman apapun dari lo, kalau gue nggak bisa bahagiain Aluna."
"Bagus." Xavier menarik satu sudut bibirnya dan mulai menyesap vape, rokok elektrik beraroma macchiato.
"Dua hari, gue ngumpulin anak-anak Geng Bima Sakti di Malang buat berunding. Nyegah perpecahan karena ada yang pro dan kontra dengan pernikahan lo sama adik gue," ujar Xavier lalu kembali menyesap vape dan membuang asapnya ke sembarang arah.
"Gue janji ke mereka, nggak bakal jadi anjing BEM yang tunduk dan patuh sama lo. Gue bakal tetap jadi Xavier, ketua Geng Bima Sakti yang punya pamor 'The Unbeatable' --"
"Gue bilang ke mereka ... musuh kita yang sebenarnya bukan BEM, tapi Geng Black Shadow. Geng yang sering mengacau kampus kita. Dan BEM, bukan tandingan Geng Bima Sakti. BEM lemah dan nggak punya kekuatan seperti Geng Bima Sakti."
"Apa tanggapan mereka?" Ryuga menyela.
"Ada yang setuju sama omongan gue. Tapi, ada yang enggak. Mereka bilang, gue sengaja ngomong kaya gitu buat ngelindungi lo dan BEM, karena adik gue nikah sama lo. Apa yang gue omongin ke mereka cuma akal-akalan aja, biar Geng Bima Sakti berhenti menyerang BEM."
"Tapi, gue nggak kehabisan cara buat ngeyakinin mereka. Gue bilang ... lo udah berlutut di kaki gue dan mengakui kehebatan Geng Bima Sakti. Lo udah nyerah dan nggak bakal lagi ikut campur soal perebutan wilayah antar geng di Kampus Cakrawala. Lo juga udah memvalidasi pamor gue --"
"Lo nggak keberatan kan, kalau lo dan BEM gue rendahin demi keutuhan Geng Bima Sakti dan buat mengakhiri perseteruan kita?"
Ryuga menerbitkan senyum. Samar, hampir tak terlihat. Dan mengunci pandangan mata pada objek yang duduk di hadapan. "Gue nggak keberatan. Tapi dengan syarat, jangan pernah lagi ngibarin bendera perang dan berusaha numbangin tahta gue di BEM. Silahkan berbuat apa aja yang kalian suka, asal jangan mengusik ketenangan Kampus Cakrawala dan mengacau proyek BEM," ujarnya. Nada suara Ryuga terdengar tenang, tapi tegas. Emosinya terkendali dan tidak meledak.
Mengalah bukan berarti kalah, diam bukan berarti bodoh, direndahkan bukan berarti hina.
Untuk saat ini, Ryuga menerima siasat yang dijalankan oleh Xavier. Bukan hanya demi BEM dan Geng Bima Sakti, tetapi juga demi ketenangan Kampus Cakrawala dan tentunya ... Aluna.
Xavier tersenyum miring. "Oke. Gue bakal penuhi syarat lo," sahutnya.
Sesaat, tidak ada lagi obrolan.
Xavier asik dengan vape-nya. Sementara Ryuga fokus dengan ponsel yang kini berada di genggaman tangan.
5 message from Aluna:
Kak ....
Masih lama jemputnya?
Kak Ryu nggak kenapa-napa kan?
Kak Ryu di mana dan sebenarnya ada keperluan apa?
Kak, aku ... khawatir. Please, bales ya
Bibir Ryuga melengkung ketika membaca deretan pesan yang dikirim oleh Aluna.
Seumur-umur, baru kali ini seorang Ryuga Mahesa merasa diperhatikan dan dikhawatirkan oleh makhluk Tuhan bergelar wanita. Tentunya, selain sosok 'mama'.
"Napa lu senyam-senyum? Kaya orang gila!" Pertanyaan sekaligus cibiran itu terlontar dari bibir Xavier disertai senyuman sinis.
"Gue lagi baca chat dari adik lo. Kaya' nya, dia udah mulai bucin sama gue."
"Ke-PD an lo! Nggak mungkin Aluna bucin sama makhluk galak kaya lo."
"Buktinya, dia ngirim lima pesan yang intinya 'khawatir' sama gue, suaminya."
"Ya wajar, Dodol! Aluna khawatir sama lo bukan karena bucin, tapi dia belum siap nyandang gelar janda muda dan dijodohin sama cowo spek Hamdan. Bisa aja kan, lo mati mendadak keserempet becak --"
Ryuga berdecih dan berusaha menahan tangannya yang serasa ingin menggeplak kepala sang kakak ipar.
"Ngomong-ngomong soal Hamdan, lo udah tau ... kebejatan yang dia lakuin ke Aluna?"
Tangan Xavier mengepal kuat. Rahangnya mengeras. Matanya menatap tajam dan tersirat amarah. Namun bukan marah pada Ryuga.
"Gue udah tau. Gue juga udah ngehajar dia. Gue bunuh mentalnya, biar dia gila atau ... mati bunuh diri."
"Maksud lo?"
"Gue kasih liat vidio adiknya yang lagi gue hancurin. Gue bales 'lebih' perbuatan yang dia lakuin ke Aluna. Gue --"
"Bodoh! Lo nggak ada bedanya sama Hamdan! Bahkan lebih be-jat! Sukma nggak bersalah. Kenapa malah dia yang lo hancurin?" Nada suara Ryuga naik satu oktaf. Kecewa sekaligus marah pada Xavier.
"Lo nggak mikir gimana hancurnya hidup Sukma. Lo juga nggak mikir gimana hancurnya perasaan Gea."
"Gea nggak tau. Gue udah minta Sukma buat tutup mulut dan ngasih anceman ke dia."
"Lo ... argh!" Ryuga membuang napas kasar dan menyugar rambut.
Permasalahan yang dihadapi bukannya berkurang dan mereda. Mungkin ... malah kian bertambah karena emosi dan kebodohan Xavier.
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini