NovelToon NovelToon
Aku, Kamu Dan Akta Nikah

Aku, Kamu Dan Akta Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Pernikahan Kilat / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Nara Anjani Sukma berada di situasi harus menikah dengan adik angkat pria yang akan melamarnya. Sakti Pradana tidak menduga ia akan bertukar jodoh dengan kakak angkatnya. Dua karakter bertolak belakang, pertemuan tak terduga dan pernikahan mendadak seperti tahu bulat, drama rumah tangga apa yang akan mereka jalani.

===

“Sudah siap ya, sekarang aku suamimu. Bersiaplah aku buat kamu bahagia jiwa dan raga.” Sakti Pradana.

“Aku penasaran, apa milikmu bisa sesakti namamu.” Nara Anjani Sukma

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Dia Siapa?

Bab 19

 

Seharusnya Nara menemui Sadewa bersama Sakti, tapi insiden kesiangan merubah rencananya. Mendatangi Go TV tanpa Sakti. Sudah mengirim pesan kalau ia sudah tiba di lobby dan diarahkan menuju ruang kerja Sadewa.

“Silahkan, mbak,” ujar sekretaris Sadewa membuka pintu dan mempersilahkan Nara masuk. Weni menunggu di luar ruangan.

“Pagi, bang,” sapa Nara.

Dewa mengalihkan pandangan dari tablet dan tersenyum.

“Pagi, Nara Wijaya. Loh, sendiri. Mana suami kamu?”

“Mendadak ada acara.”

Dewa beranjak dari kursi kerjanya dan menunjuk sofa. Hubungan mereka dekat seperti saudara karena kedekatan orangtua.

“Apa kabar Opa?”

“Opa baik. Papi Genta dan Mami Ajeng, apa kabar?”

“Sehat, mereka sehat. Meski papi masih rutin cek up, sekarang lagi di Bandung. Lebih sering tinggal di sana.”

Cukup lama mereka ngobrol, sampai akhirnya Dewa membuka ponsel dan menunjukan riwayat percakapan.

“Ini hasil investigasi. Media pertama yang mempublish, Suara Media. Lalu diikuti media lain satu naungan dengan Suara Media. Beberapa media sudah menarik pemberitaan tentang lo, karena tahu gue sedang selidiki. Akhirnya gue dihubungkan dengan jurnalis yang mengusulkan berita itu dan dia bilang dapat dari kontak ini. Lo kenal?”

Nara mengeluarkan ponselnya, mencari kontak tersebut dan nama Serli muncul dengan nomor kontak yang sama.

“Siapa?”

“Serli. Perempuan nggak tahu diri, jadi benalu di rumah. Kesalahan terbesar ayah adalah membawa Serli dan ibunya ke rumah.”

Dewa menghela nafasnya, rumit kalau masalah pribadi. Dia tidak bisa ikut campur lagi karena bukan ranahnya.

“Selesaikanlah di rumah, secara kekeluargaan.”

“Iya, pasti. Padahal Opa bisa siapkan mereka rumah, tapi dasarnya mereka tidak tahu malu malah jadi benalu dan sekarang lempar batu. Lihat saja nanti,” ujar Nara kesal. Kalau Serli ada di hadapannya mungkin sudah habis di unyeng-unyeng.

Urusan dengan Dewa sudah selesai, menyisakan emosi di hati dan pikiran Nara.

“Langsung ke kantor mbak?” tanya Indro saat mereka sudah berada di mobil.

Perlu saran dari suaminya, tidak ingin memutuskan seorang diri. Melibatkan opa pun akan percuma.

“Show room Sakti aja, cari pake GPS. Auto mobil Pradana, entah ada di mana,” sahut Nara. Gadis itu melayangkan pandangan ke luar jendela. Entah apa yang ada di pikiran Serli, kenapa selalu mencari masalah dengannya.

 

***

“Auto Mobil Pradana,” ucap Rosa membaca share location yang dikirimkan Samir. Hasil pencariannya memang showroom itu cukup besar. Namun, tidak dijelaskan siapa pemiliknya. Padahal belum dua tahun sejak ia menikah dengan Samir dan lalu berakhir cerai beberapa bulan kemudian. Apa mungkin Sakti sudah sehebat yang disampaikan Samir.

Berniat membuktikan sendiri kenyataan itu. Kalau membandingkan antara Sakti dan Samir siapa yang terlihat tampan, tentu saja Sakti. Merasa tertipu setelah memilih Samir yang dia pikir anak kandung dan bisa hidup enak dengan kekayaan keluarga itu. Nyatanya zonk. Pekerjaan Samir dan usaha keluarganya biasa saja.

Kebetulan Rosa berada tidak jauh dari lokasi yang dituju, keluar  dari taksi menatap bangunan di hadapannya.

“Besar juga,” ucap Rosa melepas kacamata hitamnya. Dengan dress mini yang begitu pas di badan lengkap dengan heels dan rambut bergelombang, melangkah dengan s3ksi memasuki pelataran showroom. Disambut oleh petugas.

“Pemilik showroom ini benar Sakti Pradana?” tanya Rosa.

“Betul kak. Ada yang bisa kami bantu?”

“Aku ingin bertemu dengannya, sangat penting. Sampaikan saja Rosa ingin bertemu."

Rina yang mendengar percakapan itu menghampiri, ia pikir calon customer. Dengan sapaan dan pelayanan standar menanyakan kepentingan Rosa.

“Silahkan tunggu dulu, kebetulan Pak Sakti belum datang,” ujar Rina lalu menuju meja informasi.

Sangat kebetulan, Sakti baru tiba. Menyapa karyawannya dan terkejut saat seorang wanita menghampiri.

“Sakti, kamu benar Sakti.”

Mimpi apa semalam sampai harus bertemu lagi dengan masa lalu yang sudah dianggap seperti sampah dan sudah ditinggalkan jauh di belakang.

“Ada apa?” tanya Sakti.

“Sudah lama sekali, akhirnya kita bertemu. Bisa kita bicara,” ajak Rosa dengan wajah penuh harap.

Sakti ingin sekali mengusir wanita itu, tapi tidak enak dengan karyawan dan ada customer yang baru saja datang.

“Kita bicara di atas.”

Rosa tersenyum senang mengekor langkah Sakti. Rina memperhatikan interaksi tersebut. Harus memendam perasaannya pada Sakti, bahkan Marko mengancam akan memecat dia kalau berulah seperti kemarin. Namun, penasaran siapa Rosa karena Sakti terlihat tidak nyaman. Berbeda dengan sikapnya ketika berinteraksi dengan rekan, bawahan dan konsumen.

“Mas,” panggil Rina saat Marko lewat.

“Hm.” Marko fokus dengan ponselnya.

“Rosa itu siapa?” tanya Rina sangat penasaran.

“Rosa?” Marko balik bertanya mengalihkan pandangannya menatap Rina.

“Ada tamu Bang Sakti namanya Rosa, baru aja naik.”

“Serius lo?”

“Barusan naik,” sahut Rina menunjuk ke arah tangga.

“Gil4, mau apa tuh cewek kemari. Bisa perang dunia.” Marko menatap tangga menuju lantai dua, di mana ada ruang pertemuan, ruang kerja Sakti, Marko dan bagian keuangan.

Rina mendekat. “Memang Rosa siapanya Bang Sakti?”

“Mantannya. Eh, ngapain pada ngumpul di sini. Bubar sana, kerja!” Ingin menyusul ke lantai dua, tapi urung. Sales lainnya mengajak Marko bicara.

Sakti langsung duduk di kursi kerjanya, tidak mempersilahkan Rosa untuk duduk.

“Ada urusan apa kamu kemari?” tanya Sakti.

Rosa menghela nafas lalu menempati kursi di depan meja Sakti. Duduk menyilang kaki membuat kedua kaki jenjangnya terekspos. Sakti menatap malas, apalagi Rosa sengaja mengibaskan rambutnya. Tertarik tidak, geram iya.

“Tempat ini milik kamu?”

“Hm.”

“Milik pribadi? Bukan keluarga atau kerjasama?” tanya Rosa lagi.

“Milikku. Ada investor, tapi sedikit demi sedikit modal mereka sudah aku kembalikan. Ada masalah?” tanya Sakti.

Rosa tersenyum. ternyata yang disampaikan Samir ada benarnya. Kalau Sakti sudah tidak miskin lagi. Kalau dilihat memang semakin dewasa dan matang, sepertinya ia bisa dekati untuk merajut lagi hubungan mereka yang pernah usai.

“Sakti, selama ini apa kamu tidak pernah merasa kehilangan?” tanya Rosa lirih, sudah memulai aktingnya dengan memelas dan wajah sendu.

“Kehilangan apa?”

“Kehilangan cinta dan kebersamaan kita.”

Sakti tersenyum sinis. “Tidak dan kenapa harus?”

“Tapi aku sangat kehilangan kamu. Di sini,” ujar Rosa sambil menepu dad4nya. “Masih ada kamu. Hanya saja aku malu untuk mengakuinya, tapi menahannya sungguh menyiksa. Kamu masih merasakan yang sama ‘kan?”

“Tidak.” Sakti menjawab singkat dan yakin, tanpa ragu dan berpikir dua kali.

“Sakti, apa hubungan kita selama ini tidak ada artinya?”

“Hubungan apa Rosa, nggak ngerti dengan pertanyaan kamu. Saat kamu tidur dengan Samir, urusan kita selesai dan kamu menikah dengan pria itu. Tidak ada lagi urusan denganku. Kamu pikir aku tidak waras masih mengharap dan menyimpan perasaan yang sama setelah apa yang sudah kamu lakukan. Dengan sombong kamu bilang Samir lebih pantas denganmu. Kenapa sekarang menanyakan arti hubungan kita. Sudah amnesia, rupanya.”

“Sakti, aku ….”

Pintu ruangan dibuka oleh Rina. “Silahkan mbak," ujar RIna. "Bang, ada tamu."

Sakti langsung berdiri mendapati Nara melangkah memasuki ruangan. “Sayang, kamu disini?”

“Sayang,” ucap Rosa lalu menoleh.

“Sepertinya aku datang di waktu yang salah,” ujar Nara menatap Sakti dan Rosa bergantian.

“Ah tidak, waktuku sepenuhnya untuk kamu.” Sakti langsung merangkul Nara.

Rosa berdiri dan menunjuk Nara. “Sakti, dia siapa?”

 

 

 

1
hiro_yoshi74
gemes kan gayanya aja yg judes abis tapi cemburunya keliatan wk wk wk 🤣🤣🤣🤣🤣 gengsi di gedeein yo ra 🤭
Quinza Azalea
buktikan🤣
mmh nengmuti
kera sakti di lwan🤣🤣
Shee
tersakti-sakti tar bisa salto, jumpalitan, dan terbang g ya sak😂😂😂
ada aja bahasa lo sak, kalau kata nara mah lebay tapi dia demen mesam mesem sendiri😂😂
Shee
ini harus syukuran kayanya dah dpt ciuman ya sak😂😂😂
Shee
si Samir ini minta di semir kali biar otaknya glowing😂😂
heran orang ko ribet banget ya biarin aja toh mereka ini yang nikah. situ kalau iri ya tinggal nikah nih sellir nganggur 😂😂
Hani
bagusssss
hiro_yoshi74
harus di cie cieeee in ini ma .......🤣🤣🤣🤣
gayanya ngentol abis ra ehhhhhh demen juga kan di sekop sekop kerasakti🤭🤣🤣🤣🤣
Quinza Azalea
next
mmh nengmuti
nara mulai mode pasrshhh
mmh nengmuti
siap2 kejet kejet ra
hiro_yoshi74
siap mureng muring ra
mery harwati
😄😄 Nara siap² hatimu terbakar tiap detik karena fans Sakti makin sakti & anti badai 🤣
hiro_yoshi74
heleh gayamu ra ngak jadi model di kerubutin uget" aje km dah bete gimana tar kalo dah terkenal 🤭🤣🤣🤣🤣🤣
Siti Nur Rohmah
lahh kukira yg bakal gantiin JD model Nara,ternyata si suami"kera sakti" 🤭
bakal gimana itu keseruannya???
Iccha Risa: bener kak bukan Nara tapi mas Sakti, serunya pasti bikin cemburu Nara...
total 1 replies
Siti Dede
Kera Sakti jadi model dadakan👍
aroem
bagus
hiro_yoshi74
serli . rosa . rina boleh juga tu rekrut jadi trio uget uget ra ...... 🤣🤣🤣🤣
Quinza Azalea
next
mmh nengmuti
nah kan apa sy bilang pasti s rosa pegang dada sambil ku menangisssss membayangkan,,,,,,,🤣🤣🤪🤪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!