bagaimana jadinya jika seorang gadis desa yang sering dirundung oleh teman sekolahnya memilih untuk mengakhiri hidup? Namun, siapa sangka dari kejadian itu hidupnya berubah drastis hingga bisa membalaskan sakit hatinya kepada semua orang yang dulu melukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mas Bri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Satu tangan William mengusap kepala gadis di depannya yang sedang tertunduk. “Tidurlah, aku akan tidur di sofa,” ucapnya penuh kelembutan.
Tubuh Ayu sedikit merinding dengan perlakuan tuannya. Meski bukan kali ini saja perlakuan hangatnya, tetapi yang ini lebih ke penuh perhatian dan kasih sayang. “Sadar Ayu, sadar,” batinnya.
“Kenapa di sofa? Kenapa tidak di sini?” polosnya gadis satu ini.
William mengerutkan keningnya mendengar tawaran gadis cantik di depannya. “Kamu mau kita tidur bersama? Atau …”
“Bu-bukan begitu maksud saya. Ini adalah kamar Tuan, tidak pantas kalau saya yang berada di sini dan Anda di sofa,” jelas gadis berambut panjang itu.
“Skakmat gak tuh. Salah sendiri pakai tawar menawar. Ayu … dia laki-laki yang sudah dewasa. Bukan-bukan, dia bukan dewasa, melainkan sudah sangat matang untuk membuahi. Bisa jadi sekali tembak langsung bunting, kamu. Kenapa malah menawarkan diri, bodoh!” batin gadis cantik itu bermonolog sendiri.
Senyum samar terukir di wajahnya. “Tidak apa-apa, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Kamu tidur saja dulu,” balas William.
Gadis cantik itu pun akhirnya patuh. Dia tidur lebih dulu dan membiarkan tuannya untuk bekerja dan tidak mengganggunya lagi. Matanya kembali terpejam sambil memiringkan tubuhnya menghadap ke arah sofa tempat dimana laki-laki tampan itu duduk dengan dada yang masih terbuka.
Tanpa William tahu, gadis itu tidak benar-benar tidur. Matanya sedikit terbuka guna melihat roti sobek yang terus saja memanggil jiwa kewanitaannya. “Apa tidak dingin? Kenapa tidak memakai baju? Kalau sakit nanti malah menambah pekerjaanku,” batin gadis itu lalu tenggelam dalam mimpinya.
Laki-laki tampan itu masih sibuk dengan layar laptopnya yang sejak tadi masih menyala. Ada beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan agar besok dia bisa pulang lebih awal. Saat fokus dengan layar, tiba-tiba dia teringat gadis cantik yang saat ini terbaring indah di atas tempat tidurnya.
Hatinya menghangat melihat betapa lucunya dia saat tertidur. Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang berani menjarah tempat tidurnya tanpa perlu bersusah payah berusaha merebut hatinya. Karena hatinya sudah terpikat dengannya sejak pertama kali bertemu.
Wajah menyebalkan, pemarah, polos, dan lucu yang membuat anak sulung keluarga Issac tergila-gila sampai tidak bisa tidur nyenyak. Seumur hidupnya ini adalah hal yang paling gila yang pernah dialaminya. Dia taruh layar laptop itu di meja, kakinya melangkah mendekati tempat tidurnya. Memandangi wajah teduh gadis kecil yang usianya jauh di bawahnya.
“Tidak ada satu orang pun di rumah ini yang berani denganku. Jangankan di rumah, semua orang yang ada di luar sana begitu segan denganku walau baru mendengar nama saja. Kamu malah dengan beraninya tidur di sini tanpa rasa takut seperti yang lain. Dara Ayu, kamu berhasil mencuri hati yang telah lama membeku ini. Tanpa permisi, kamu memasuki hati ini dan menaburkan bunga di dalamnya,” lirihnya sambil satu tangannya mengusap pucuk kepala Ayu penuh kelembutan.
Laki-laki itu pun akhirnya mengikuti jejak gadis cantik ke alam mimpi. Yang awalnya dia ingin tidur di sofa, kini berubah haluan tidur di ranjang yang sama. Rasanya sungguh berbeda saat ditemani wanitanya. Tubuhnya terasa begitu rileks dan nyaman, tidak seperti saat dia tidur sendiri. Satu kecupan melayang tepat di kening gadis cantiknya.
“Bibir suci ini akhirnya ternodai juga gara-gara kamu,” lirih William. Dia pun ikut memejamkan matanya erat tanpa ada rasa ketakutan dan gelisah seperti biasanya. Kekuatan gadis itu mampu menyembuhkan penyakitnya perlahan.