"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlahir Berbeda
Lampu gantung kristal di ruang kerja Tuan Alfonso memantulkan cahaya pucat ke meja marmer hitamnya. Asap cerutunya naik perlahan, seperti benang-benang kabut yang enggan pecah. Ia duduk di kursi kulit hitamnya,auranya seperti badai yang dikekang.
Pintu diketuk satu kali. Tepat. Teratur.
Hanya satu orang yang mengetuk seperti itu.
Andreas masuk, jasnya rapi tanpa satu kerutan pun. Wajahnya seperti patung batu, tetapi langkahnya sedikit lebih berat hari ini. Di tangannya ada sebuah map cokelat tebal.
Ia tidak langsung berbicara. Ia menaruh map itu di atas meja Alfonso, tepat di depan cerutunya yang masih menyala.
“Tuan,” ucapnya rendah, “ini baru saja masuk dari pengadilan.”
Alfonso tidak menyentuh map itu. Ia hanya mengangkat tatapannya yang dingin, gelap, dan penuh ancaman senyap.
“Andreas,” suaranya datar tapi memotong udara seperti bilah, “katakan apa yang ingin mereka lakukan.?”
“Ini… gugatan dari pihak Nadira.”
Alfonso menyipitkan mata. Untuk pertama kalinya ada gerakan kecil di wajahnya,ia tidak terima.
Andreas melanjutkan, suaranya terkontrol, “Kasus kecelakaan orang tuanya. Mereka buka kembali. Dan…”
Ia ragu sepersekian detik, “…lawyer yang menanganinya adalah Albert Samuel.”
Cerutu di jari Alfonso berhenti mengepul.Keheningan jatuh seperti palu.
“Albert Samuel…” gumam Alfonso perlahan, seolah mencicipi namanya. “Pengacara Inggris itu?”
Andreas mengangguk. “Ya,Tuan. Pemenang kasus-kasus dunia. Dan dia berada di pihak Nadira sepenuhnya.”
Alfonso akhirnya menyentuh map itu pelan, namun jarinya seperti menekan dunia. Ia membuka halaman pertama. Matanya membaca cepat, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan kemarahan yang sangat terkendali… jauh lebih berbahaya."Jadi wanita yang di cintai anakku ini sudah mau mencari masalah denganku?"
"Pihak Nadira, menemukan bukti terbaru yang mengarah pada Anda Tuan"
“Kau biarkan ini terjadi?”Nada suaranya masih rendah, tetapi dinginnya menembus tulang.
Andreas menunduk. “Saya sedang menahan pergerakan mereka. Tapi sepertinya… mereka sudah selangkah lebih cepat.”
Alfonso menutup map itu,lalu mendorongnya ke samping seperti benda kotor.
“Kirim pesan ke semua divisi hukum,Aku ingin tiap celah kasus ini dibongkar. Tidak boleh ada yang luput"
Ia bersandar ke kursinya, mata hitamnya seperti jurang.
“Cari tahu siapa yang membawa lawyer itu masuk. Hancurkan jalurnya.”
Andreas menjawab tegas, “Baik,Tuan”
Saat ia hendak pergi, Alfonso menambahkan tanpa menoleh
“Andreas… mulai hari ini, kita tidak lagi menunggu. Kita menyerang.”
Andreas membungkuk hormat. “Perintah diterima.”
Pintu tertutup.Dan ruangan kembali sunyi,kecuali letupan kecil cerutu yang terbakar.
Alfonso mengambil map itu sekali lagi. Di ujung bibirnya, tersungging senyum tipis.
“Baiklah, Nadira…” bisiknya lirih, “kau ingin bermain di meja besar? Mari kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan.”
***
Di ruang operasi suara mesin monitoring berubah lebih cepat.Membaca setiap reaksi tubuh Devan yang terbaring tak bergerak di meja operasi.
Tubuh Professor Takeda sedikit condong ke depan, kedua matanya fokus pada layar yang menampilkan gambaran otak Devan dalam waktu nyata. Setiap jaringan, jalur saraf, hingga aliran listrik halus seperti alur cahaya biru tipis yang terus bergerak.
“Respon Neural meningkat… penyatuan chip mencapai empat puluh persen,” ujar salah satu asisten dengan suara pelan.
Chip yang ditanamkan kini mulai menyala samar, warna peraknya berdenyut seperti jantung kecil. Denyut itu menyalurkan gelombang mikro ke jaringan otak Devan, memaksa saraf-saraf tertentu untuk membuka jalur baru.
Takeda mengangkat salah satu alat bedahnya, neuro laser yang dirancang khusus untuk menghubungkan serat saraf dengan inti chip.
Setiap kali Takeda menyentuhkan alat itu, tubuh Devan memberikan respons kecil.Jarinya bergerak sepersekian detik, kelopak mata bergetar tanpa benar-benar terbuka.
Ia memasukkan perintah ke panel holografik. Grafik respons kognitif Devan melonjak lalu menurun drastis.
“Sinyal limbik kita kunci setengah. Tak perlu dia mengingat terlalu banyak.”Nada suaranya datar.
Asisten mengangguk, menyesuaikan pengaturan. Tampak jelas, bagian otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ikatan afektif mulai direm oleh sinyal chip.
Tubuh Devan merespons,detak jantung stabil, tapi gelombang otaknya bergerak seperti garis yang kehilangan lekukan lembutnya. Lebih mekanis… lebih patuh.
“Enam puluh persen integrasi berhasil.”
Suara mesin kembali berubah. Nada rendah, mendalam, menandakan chip mulai mengambil posisi dominan.
Takeda akhirnya mengangkat kepalanya, melihat Devan yang tetap terbaring dengan wajah tanpa ekspresi.
“Kita hampir sampai. Setelah tahap ini, Devan Alfonso tidak lagi sama seperti sebelumnya.Ia terlahir kembali dengan berbeda."
Ia meraih alat terakhir, perangkat kecil berbentuk lingkaran yang dipasang di pelipis Devan.Penghubung utama antara chip dan pusat kendali eksternal.Saat perangkat itu aktif, lampu indikator di chip menyala lebih terang.
“Mulai finalisasi koneksi.”
Di layar holografik, jalur saraf Devan perlahan berubah warna, satu per satu.Dari biru alami menjadi merah muda metalik, menunjukkan keberhasilan chip mengganti sistem komando biologisnya.
Asisten menelan ludah. “Profesor… Jika ini berhasil, maka Tuan Alfonso akan bisa mengendalikan beliau sepenuhnya.”
Takeda akhirnya menghela napas pendek.“Itulah tujuan semua ini.”
Operasi pun berlanjut, di bawah cahaya yang terasa lebih dingin daripada tadi.Devan bukan lagi hanya manusia. Ia sedang diubah menjadi sesuatu yang lain.
*
*
*
~Salam hangat dari Penulis🤍