Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Keluar Kandang Buaya, masuk Kandang Macan
Seorang gadis cantik masuk ke salah satu restoran di hotel bintang lima. Dia sebenarnya sudah curiga, kenapa paman dan bibinya yang biasanya galak padanya, memperlakukan dirinya seperti pelayan di rumah mendiang neneknya itu, hari ini mengajaknya makan di restoran mahal begini.
'Wah, ini mencurigakan sekali! gak pernah-pernahnya kan? paman sama bibiku yang irit, pelit bin medit ini ngajakin makan pecel lele di luar. Ini ujug-ujug kenapa mereka ngajak makan di restoran bintang lima! jangan-jangan mereka mau jual ginjalku...'
"Maira, buruan! malah bengong!" tarik Rosmalina, bibi Maira.
Maira mendengus pelan. Tapi ini benar-benar mencurigakan. Selama satu tahun ini dia tinggal dengan paman dan bibinya yang menguasai rumah neneknya yang meninggal satu tahun yang lalu itu, baru kali ini memang keduanya mengajak Maira pergi makan. Biasanya Maira yang disuruh masak sepulang kerja paruh waktu setelah kuliah.
Dan debaran jantung Maira semakin tidak menentu. Ketika ketiganya berada di depan sebuah pintu yang ada tulisan vip room.
"Bibi, paman. Ini gak salah? memangnya paman baru menang judoll ya?"
"Husstt, kamu ini! jangan bilang begitu. Kita ini mau ketemu orang penting. Mau di ajak makan enak, ayo!" Rosmalina menarik tangan Maira lagi.
"Kalau makan enak kok, Rini sama Rido gak di ajak bi?" yang Maira lagi.
"Halah, mereka masih belajar. Mau ujian, buruan. Bawel sekali kamu ini!" kesal Rosmalina.
Meski agak enggan, pada akhirnya Maira diseret masuk ke dalam ruangan itu. Di sana, sudah ada Juragan Rusli, pemilik pabrik pipa yang cukup kaya di kota Cermai.
Firasat Maira sudah tidak enak, kenapa pria tua itu pakai jas yang ada bunganya di sebelah kiri. Kenapa dia merasa gaun yang dipakai olehnya juga modelnya sama dengan dasi yang dipakai oleh pria tua itu.
"Juragan! ini maira, keponakan saya. Masih 20 tahun, masih perawann!" Rosmalina memperkenalkan Maira.
Maira makin curiga, ketika Rosmalina memegang tangannya kuat. Seolah dia tidak boleh kabur kemana-mana.
"Ha ha ha, cantik. Benar dia yang kemarin aku lihat. Bawa sini, bawa sini calon istri simpananku itu!"
Mata Maira melotot, dia terkejut bukan main.
"Istri simpanan?" tanya Maira.
"Iya, paman dan bibimu menjual kamu 100 juta padaku. Kita akan menikah diam-diam, kamu akan jadi istriku yang ke empat, tapi istri yang lain tidak boleh tahu. Mereka bisa menyiksamu..."
"Tidak! tidak mau!" Maira berusaha memberontak.
Namun Rosmalina dan Ruslan menahan kedua tangan Maira. Membuatnya tak bisa bergerak.
"Sudah jangan melawan. Sudah bagus kamu jadi simpanan. Kamu bisa makan enak, pakai baju bagus, gak usah kerja di klub malam lagi!"
"Maira masih mau kuliah bibi, kuliah Maira tinggal satu tahun lagi. Maira juga kan cari uang sendiri, tidak menyusahkan bibi. Lepaskan Maira paman, bibi!" tangis Maira pecah.
Gadis itu merasa sangat ketakutan, dia masih mau mengejar mimpinya. Mimpi yang selalu menjadi cahaya dan penyemangat dalam hidupnya yang begitu sulit. Ayah dan ibunya sudah tidak ada sejak dia berumur 10 tahun, dia tinggal dengan neneknya. Satu tahun lalu, neneknya pun tiada. Dia hanya punya mimpi itu saja, kuliah, bekerja, menjadi manusia yang lebih baik, bisa mewujudkan keinginan neneknya, menjadi seseorang yang tidak direndahkan orang lain lagi.
Namun, jika dia harus menikah. Menjadi istri simpanan pula, hidupnya akan hancur dan direndahkan orang lain. Dia tidak mau.
"Lepaskan bibi!"
Plakk
Rosmalina emosi, dia menamparr kuat keponakannya itu.
"Heh, tidak usah di siksa begitu. Nanti tidak cantik lagi! kasih dia minum ini saja. Dia akan menurut dengan sendirinya ha ha ha!"
Pria tua bangka dengan perut buncit itu datang ke arah Maira. Membawa segelas minuman beralkohol, yang sudah dia masukkan sebuah obat berwarna merah muda.
"Minum, ayo minum!"
Rosmalina dan juragan Rusli memaksa Maira minum. Dengan kedua tangan di cekal ke belakang oleh Ruslan, pamannya Maira.
Glek
"Uhukk uhukk!"
"Sudah, sudah! kalian langsung bantu aku bawa dia ke kamar saja, ayo ikuti aku!"
Maira merasa tubuhnya mendadak menjadi lemas. Dia pikir, terus membuang tenaga disini juga percuma. Dia harus menyimpan tenaganya untuk melawan bandot tua itu nanti. Kalau dia berpura-pura lemah, ketiga orang ini pasti tidak akan menduga kalau dia akan melawan lagi kan?
Sementara itu, di tempat yang sama. Namun di kamar yang berbeda. Seorang pria juga tengah dalam keadaan yang tidak berbeda dengan Maira.
Makan malam ulang tahun perusahaan yang dia hadiri tadi, ada seseorang yang memasukkan obat ke dalam minumannya. Untung saja, dia cepat pergi dari ruangan vip yang diperuntukkan baginya tadi.
"Tuan, aku akan panggil dokter. Jangan kunci pintunya!" kata asisten pribadinya, Paul.
Pria itu mengangguk.
"Cepatlah!" katanya yang sudah merasa sangat tidak nyaman.
Saat Paul keluar untuk menjemput dokter, di koridor yang sama. Rosmalina dan Ruslan sedang menyeret Maira ke kamar yang sudah di sewa oleh juragan Rusli.
"Wah juragan, kamarnya bagus sekali!"
Rosmalina tidak bisa untuk tidak takjub. Karena memang kamar yang disewa oleh juragan Rusli itu sangat bagus.
"Aku kan mau malam pertama sama istri baruku, ya harus bagus! sudah kalian pergi sana! aku akan kirimkan sisa uangnya besok!" kata pria tua yang tampaknya sudah tidak sabar lagi itu.
"Iya juragan, kamu percaya! kamu pulang dulu!" kata Ruslan yang sama sekali tidak khawatir, pada keponakannya satu-satunya itu.
Katanya saja istri simpanan, bahkan mereka tidak menikah. Itu sih namanya benar-benar jadi simpanan.
Pintu tertutup, Maira mengintip ke arah pria tua itu. Dia hanya pura-pura pingsan.
"Cantik, sekarang kamu akan jadi pemuas.... agkhh!" pekik bandot tua itu ketika Maira menendang aset masa depannya itu dengan lutut Maira.
"Kamu... aduh!"
Pria itu sudah tua, mana bisa dia menahannya.
Dugh
Dugh
Brakk
Dua kali Maira menendang perut buncit pria itu sampai pria tua itu terkapar pingsan di lantai.
Maira berusaha untuk berjalan keluar, setidaknya dia harus benar-benar bisa lolos dari bandot tua itu.
Maira membuka pintu kamar itu, kepalanya pusing, pandangannya sudah kabur. Dia benar-benar tak bisa melihat dengan jelas.
"Aduh, lift-nya dimana. Yang mana ya, yang ini bukan..... agkhh!"
Maira melebarkan matanya, mencoba melihat dengan jelas. Tapi pengaruh obat itu membuat pandangannya kabur.
Tapi dia benar-benar tidak bisa bernafas, seorang pria penarik tangannya dan menciumnya dengan paksa.
"Aku tidak bisa menahannya, terlalu menyakitkan! aku pasti akan ganti rugi, berapapun yang kamu mau!"
'Gantu rugi, dia mau apa? agkhh!'
***
Bersambung...
lanjut up lagi thor