Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Singkat cerita, kereta andong sudah memasuki desa selojati menjelang magrib. Pak surya mengantarkan mereka tepat di depan rumah rahendra.
"Terimakasih pak surya." Ucap mereka serentak setelah turun dari kereta andong.
"Sama sama." Balas pak surya yang langsung berlalu pergi menuju surau untuk melaksanakan sholat magrib.
Ayunda dan rahendra langsung masuk kedalam rumah serta menutup pintu, tak lupa mereka menghidupakan lampu.
Ayunda berlalu menuju kamar untuk mengambil handuk serta baju ganti, ia akan mandi.
Sedangkan rahendra memutuskan duduk diruang tamu seraya menghisap rokok nya, ia dibuat penasaran dengan pria yang bernama wijaya serta mantan suami ayunda itu.
"Ibu, dimana sebenarnya keberadaanmu?" Lirih rahendra, selama bertahun tahun ia menantikan kepulangan sang ibunda tercinta.
Sembari menunggu ayunda selesai mandi, rahendra menuju ke dapur untuk membuat makan malam, ia mengambil kangkung yang sudah di potong oleh ayunda tadi pagi.
Rahendra akan menumis kangkung, serta merebus jagung manis.
Pria itu menghidupkan api ditungku, tak lama api sudah hidup, cepat cepat rahendra meletakan dandang yang sebelumnya sudah di isi air, ia akan menunggu sampai air itu mendidih.
Ditungku satunya lagi, rahendra meletakan kuali yang sudah diisi oleh minyak goreng, sembari menunggu minyak panas. Rahendra memotong cabe, bawang merah, serta bawang putih di nampan.
Setelah minyak sudah panas, barulah rahendra memasukan bawang serta cabe yang sudah di irisnya terlebih dahulu, setelah itu barulah memasukan kangkung.
Air untuk mengukus jagung sudah mendidih, rahendra memasukan jagung itu kedalam dandang.
Tak lama kangkung sudah matang, rahendra menyajikannya di dalam piring lalu diletakan diatas meja makan, tak lupa ia mengambil dua piring, satu sendok, serta dua gelas yang sudah diisi air minum.
Rahendra berlalu ke dalam kamar untuk mengambil handuk, badannya sudah gerah karena seharian belum mandi.
"Nda, kalo kukusan jagungnya udah mateng kamu letakin di piring ya? Aku mau mandi dulu." Ucap rahendra saat berpapasan dengan ayunda.
"Oke ndra" Sahut ayunda memasuki dapur, ia melihat meja makan yang sudah ada tumis kangkung saja.
Ayunda membuka dandang itu untuk mengecek apakah jagung itu sudah matang, ternyata belum, ayunda langsung menutupnya kembali.
Wanita itu duduk diatas kursi sembari menunggu jagung matang, ia memainkan handponenya, membalas pesan dari bu ida.
^^^"Sebenarnya kamu sekarang lagi dimana ayunda?" ^^^
Ayunda terdiam saat membaca pesan dari bu ida, ia sengaja tak memberi tahu keberadaanya kepada bu ida
"Ayunda lagi cari kerjaan bu."
^^^"Cari kerjaan dimana sih nda?" ^^^
"Di jawa bu."
^^^"Jaga diri baik baik ya disana?" ^^^
"Tentu bu."
Balasan dari ayunda hanya di read oleh bu ida. Ayunda terdiam, ia sudah membohongi wanita yang sangat menyayanginya itu.
"Sudah mateng jagungnya, nda?" Tanya rahendra yang ternyata sudah selesai mandi.
"Belum." Jawab ayunda.
Rahendra mengangguk, ia duduk di depan ayunda sembari menyendok nasik kedalam piring serta tumis kangkung itu.
"Makan dulu nda."
Ayunda langsung mengambil nasi serta lauk, mereka makan dalam diam.
Singkat cerita, mereka sudah selesai makan malam dan jagung yang di kukus pun sudah mateng. Ayunda dan rahendra duduk di ruang tamu seraya menikmati jagung manis serta teh hangat.
"Aku tuh penasaran sama orang yang bernama wijaya itu, nda." Celetuk rahendra seraya nyengir kuda.
"Nanti juga ketemu." Sahut ayunda ketus ia sangat membenci nama wijaya beserta keluarga besarnya.
"Kira kira kapan ya nda, aku bakalan nginjakin kaki ke jakarta?"
"Kalo ke jakarta kita harus membawa diri buat ngehadapin wijaya itu."
Rahendra mengangguk, ia pun tentu tau akan hal itu.
"Aku tidur duluan ya ndra." Ucap ayunda, ia sudah sangat mengantuk sekali.
"Tidurlah nda"
Ayunda langsung berlalu masuk kedalam kamarnya meninggalkan rahendra yang sedang berkutat dengan jagung rebus miliknya.
****
Sementara itu di jakarta tepatnya di rumah milik keluarga wijaya, sedang terjadi perdebatan panas antara anak dan ayah.
Axel yang dikenal pendiam dan tak banyak ikut campur itu terlihat sedang menahan amarah, lelaki itu menatap wijaya begitu tajamnya.
"Dengar ya axel, jika bukan saya yang membawamu ke rumah ini mungkin saja kamu udah jadi gelandangan bahkan mati kelaparan diluar sana." Bentak tuan wijaya begitu keras.
Axel menatap papanya penuh kebencian, dadanya kembang kempis menahan amarah.
Sedangkan dipojok ruangan, ceysa, edward, serta nyonya emma sedang tersenyum puas melihat axel dimarahi habis habisan oleh tuan wijaya.
"AKU NGGAK PERNAH MINTA BUAT DIBAWA KERUMAH INI PA, PAPA AJA YANG MEMAKSA UNTUK IKUT BERSAMA PAPA. PADAHAL WAKTU ITU AKU SEDANG BERDUKA. GAPAPA KALO AKU JADI GELANDANGAN BAHKAN MATI SEKALIPUN, ASALKAN TIDAK MEMAKAN UANG HARAM" Teriak axel menggelegar.
PLAK!!
PLAK!!
"Dasar tidak tau di untung kau axel, menyesal saya membawa mu masuk kerumah ini, benalu." Ujar tuan wijaya menatap anak sulungnya tajam.
"Nggak tau bersyukur banget sih jadi manusia, dasar anak haram." Celetuk ceysa membuat axel naik pitam.
Lelaki itu menatap ceysa yang sedang tertawa mengejek kearahnya. Axel berjalan cepat menuju ceysa, tangannya terkepal erat, sorot matanya penuh kebencian.
Setibanya di depan ceysa dengan sekuat tenaga axel menjabak rambut gadis itu, menyeretnya kehadapan tuan wijaya.
"ARRGHH PAPAA MAMAAA TOLONG SAKIT." Teriak ceysa begitu kerasnya, kulit kepalanya serasa ingin tercabut, axel begitu kuat menjabaknya.
"LEPASKAN ANAKKU SIALAN." Teriak nyonya emma.
Edward berlari menerjang kearah axel membuat pria itu terhuyung kesamping, namun jambakan pada rambut ceysa belum terlepas.
BUGHH
BUGHH
BUGHH
JLEBB
Axel dipukul bertubi tubi oleh tuan wijaya, membuat wajah tampan itu sudah tak berbentuk, mata bengkak, pipi lebam, serta mulut berdarah. Perutnya ditusuk oleh edward menggunakan pisau lipat menyebabkan darah merembes membasahi lantai putih itu.
"RENOO, LINTANGG." Teriak tuan wijaya memanggil kedua anak buahnya.
Dua orang pria memakai pakaian serba hitam menunduk, mereka menatap sekilas kearah axel yang sudah babak belur serta pisau lipat yang masih tertancap diperutnya.
"Buang axel sejauh mungkin." Perintah tuan wijaya.
"Baik tuan."
Reno dan lintang menyeret tubuh tak berdaya axel keluar dari rumah, melemparkan tubuh itu tepat di bagasi mobil jepp hitam.
Mobil langsung meleset pergi meninggalkan halaman rumah keluarga wijaya. Mobil terus melaju kencang dijalanan kota jakarta hingga memasuki kawasan yang cukup sunyi dan gelap.
Mobil berhenti, reno serta lintang keluar dari dalam mobil lalu membuka pintu bagasi menampakan sosok axel yang sudah pucat pasi karena kehabisan banyak darah.
Dengan teganya mereka menyeret tubuh itu keluar dari mobil, mereka terus menyerer tubuh axel di aspal membuat tubuh mulus itu semakin mengalami banyak luka.
Axel di letakan di samping semak semak, mereka juga memastikan jika tak ada orang yang melihat aksi jahat mereka setelah itu barulah mobil jeep meninggalkan kawasan itu.