Hidup sendirian setelah sang ayah meninggal, membuat Safira Johana tidak memiliki pilihan lain selain menuruti wasiat terakhir dari ayahnya untuk menikah dengan anak sahabatnya tersebut.
Namun, pernikahan itu hanya bersifat kontrak dan rahasia. Benny Zhen, sahabat dari ayah Safira dan merupakan ayah dari Virza Zhen, beliau mengidap penyakit jantung kronis.
Pria paruh baya itu mengancam Virza, kalau putranya tersebut tidak mau menikah dengan Safira, maka dirinya tidak akan mau menjalani operasi. Hingga pada akhirnya Virza melakukannya dengan terpaksa.
Bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka yang berawal tanpa adanya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur Bersama?
Bab 30
"Ayah percayakan sama, Safira?" tanya Safira dengan sendu seraya meraih tangan ayah mertuanya.
"Ayah percaya sama kamu, tenang aja." Benny mengelus kepala menantunya dengan lembut. Terlihat perhatian yang sangat dalam di berikan kepada Safira.
Saat keluar dari kamar mertuanya, Safira kaget melihat Virza membawa Agnes ke kamar tamu.
"Apa dia bakal bermalam disini?" tanya Safira dalam hati dengan mata mengikuti mereka berdua. Tak berselang lama Virza keluar dari kamar itu. Pandangan mereka bertemu tapi Virza acuh mengabaikan Safira yang masih mematung menatapnya. Tidak ada upaya menjelaskan apapun.
Entah kenapa kepalanya terasa banyak pertanyaan tentang sikap Virza. Terlebih hatinya merasa gusar. Bukannya harusnya bagus jika Virza tidak lagi memaksanya tetap bertahan. Jadi dia bisa pergi setelah kontrak selesai. Namun, hati kecilnya memang merasa cemburu setiap melihat kebersamaan mereka.
Hampir pukul sepuluh malam. Tapi Virza juga tak kunjung datang ke kamar. Safira sampai tertidur di sofa dengan posisi terduduk.
***
"Astaga! Lo harus tanggung jawab, Vir!" pekik seorang gadis di lantai dasar dengan suara bergetar hampir menangis. Safira terbangun dan menuruni anak tangga dengan cepat. Semua penghuni rumah sudah berkumpul di depan kamar tamu yang di tempati Agnes semalam.
Terlihat Agnes menggunakan baju yang sangat yang berantakan dan kemeja Virza yang tidak terkancing sama sekali. Banyak bekas merah di leher mereka berdua.
Benny terlihat sangat terpukul. "Ayah kecewa, Vir!" ucap pria itu lantas pergi.
"Ayah! Safira!" panggil Virza menghentikan mereka berdua. Sedangkan Safira mengantar mertuanya ke kamar.
Tercium bau alkohol saat Virza menahannya. Bisa jadi semua memang benar terjadi saat Virza tidak sadar waktu itu. Safira hanya menahan dirinya agar lebih kuat karena dia harus menenangkan Ayah mertuanya.
"Ayah, dengarkan Virza dulu," Virza bersimpuh di depan Benny meminta maaf.
"Virza juga nggak tahu kenapa bisa di kamar Agnes," elak Virza membela diri. tapi Benny tak Sudi menatap anaknya. Matanya menatap Safira yang berdiri tak jauh darinya. Gadis itu terlihat sangat tegar.
"Saf, Lo percaya sama gue kan?" Virza beralih kepada Safira.
"Om Benny!" sela Agnes yang berjalan sedikit terpincang-pincang. "Saya mau Virza tanggung jawab," tuntut Agnes.
"Apa lo yakin semalam kalian melakukan sesuatu?" sahut Safira.
"Lo mau bukti apa? Visum? Ayo! Gue mau!" jawab Agnes dengan menantang.
"Tutup mulut Lo! Gue nggak ngerasa nyetuh Lo, Nes!" sahut Virza murka.
"Lo mabuk, Vir. Gue juga nggak tahu kenapa Lo bisa masuk ke kamar gue? Lo jalan sempoyongan dan langsung aja lo...." Agnes enggan melanjutkan ceritanya dan menangis menutup wajahnya.
"Lo pernah seperti ini sebelumnya, Vir. Bisa jadi emang lo nggak sadar," sahut Safira dengan lirih. Air mata menetes di pipi, teringat kejadian serupa pernah terjadi padanya.
"Saf! Jangan bilang lo percaya? Gue––" kalimatnya terpotong melihat Safira pergi meninggalkan kamar ayahnya. "Saf! Safira!" teriak Virza tapi Safira tidak mengindahkan panggilannya.
"Saf!"
"Vir. Kamu selesaikan ini dulu, biar Safira tenang." ucap Benny mengehentikan Virza yang hendak menyusul istrinya.
"Gue udah telepon Papa. Setelah ini akan datang kesini," sahut Agnes.
Safira merasa kalut. Dia tertunduk menutup wajahnya dengan telapak tangan meluapkan tangisnya. Duduk di lantai lemas, memeluk kedua lututnya yang tertekuk di depan dadanya.
"Kenapa? Kenapa datang saat gue mulai suka sama Lo! Kenapa?" teriak Safira di kamarnya sendiri dengan pintu terkunci.
"Kenapa Vir lo suka sekali menjatuhkan hati gue setelah lo membawa gue terbang tinggi? Lo selalu mempermainkan gue, Vir...." tanyanya dalam tangis. terlihat Safira meluapkan semua dalam tangisnya. Meskipun hanya pernikahan kontrak awalnya, tapi perasaan itu mulai tumbuh liar. Kini harus di paksa hilang karena kehadiran wanita lain. Safira tidak ingin percaya, tapi semua yang dia lihat dan pernah dia alami memaksa dirinya untuk percaya.
Safira bingung dengan keputusan yang harus dia ambil setelah ini. Di sisi lain dia tidak ingin meninggalkan ayah mertuanya. Di sisi lain dia tidak mungkin bertahan jika memang Virza terbukti meniduri wanita lain.