Di masa tua nya, anak anak asih dengan tega nya membuang ibu nya ke tempat penitipan lansia. mereka tak ingin merawat ibu nya lagi. karena di anggap menyusahkan.
apalagi asih juga sakit sakitan, dan membutuhkan biaya pengobatan yang tak sedikit. bagaimana kisah cerita tentang asih. yuk simak bersama sama.....
kisah ini aku buat dengan penuh ketegangan, dan juga sedih ya. jadi kalau ga suka bisa langsung skip. selamat membaca!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.25
"Coba di ukur dulu tanah nya pak, lumayan luas dan lebar juga. Kalau bapak setuju kita bisa melakukan negosiasi." ucap Ida yang di dampingi oleh putra.
Hari ini, Ida dan putra menemui seseorang yang akan membeli rumah ibu nya itu. Kemarin dia sudah memasang pamflet atau keterangan bahwa rumah itu akan dijual. itu membuat para tetangga nya bu asih, kaget dan langsung menyebarkan rumor tentang kelakuan anak anak nya yang begitu tega nya.
Awalnya putra bingung, dan tak tau permasalahan istri nya saat ini. karena tugas nya menjadi kepala desa, membuat nya terus menerus sibuk dan mengecek kondisi beberapa warga di sekitar. tanpa tau bahwa mertua nya sedang sakit saat ini.
"Lumayan juga, tapi seperti nya rumah nya sudah tak layak di huni. Karena kalau pun saya jadi membeli nya, kemungkinan rumah ini akan saya robohkan."ucap bapak bapak itu, sambil mengamati situasi
"Saya tak masalah pak, karena kalau bapak jadi membeli nya, itu sudah menjadi hak bapak. Dan saya tak bisa mencegah nya, lagi.
"Kamu yakin mau jual rumah ibu kamu da?" bisik putra kepada istri nya itu.
"Iya mas, ini udah keputusan ku. Apalagi kak Farid udah setuju. udah kamu tenang aja. Cukup diam, dan perhatikan istri mu ini menjual nya." ucap Ida dengan santai nya.
putra sebenarnya tak tau apa apa tentang istri nya, bahkan dia kaget, saat rumah mertua yang itu akan dijual oleh istri nya. dan dia juga baru tau, bahwa mertua nya saat ini berada di rumah sakit kota. karena Ida baru memberitahukan nya kemarin.
Tak lama Bu Susi, yang baru pulang dari pasar pun, kaget melihat beberapa orang mengukur tanah nya Bu asih. Dia langsung menghampiri Ida yang berdiri santai di sana.
"Ida, kenapa kamu ke sini lagi?" ucap Susi dengan wajah tak suka nya.
"cih, memang nya kenapa Bu Susi, ini juga rumah saya bukan rumah ibu. Kenapa ibu yang repot ngurusin rumah orang lain." ketus Ida yang tak suka dengan Bu susi ini.
"Eh, saya ini cuman ga suka sama anak anak nya Bu asih. kalian mau menjual rumah ibu kalian ya. Kok tega banget. nanti ibu kalian tinggal dimana?" cecar nya dengan nada tinggi, sehingga membuat Ida begitu emosi saat mendengar nya.
"Gausah ikut campur ya, Bu. Ini urusan saya!" ketus nya lagi membuat putra begitu penasaran.
Putra yang berdiri di sebelah istrinya, langsung merasa heran, dan langsung bertanya kepada istrinya itu.
"Da, kenapa ibu itu marah sama kamu. ada apa sebenarnya, kamu punya salah sama dia?"
"Udah mas, gausah diladeni. Dia tetangga baru nya ibu di rumah. Suka ngusik hidup orang lain, orang nya jahat dan suka julid." ucap nya asal membuat putra hanya terdiam.
"Pak, bagaimana. apakah jadi mengambil rumah dan tanah ini?" tanya Ida kepada bapak bapak itu.
"Jadi, kita lakukan transaksi segera. Dan saya ingin sertifikat nya langsung ya. Agar sama sama enak."
"Kalau itu gausah khawatir pak, saya yang akan mengurus nya di kantor kelurahan. Oh ya, jadi harga nya sudah deal, ya pak?"
"baiklah, saya tak keberatan sama sekali."
Bu Susi Hanya bisa terdiam, dan merasa sedikit tak suka dengan anaknya bu asih ini.
Setelah transaksi selesai, barulah Ida tersenyum puas, dan merasa begitu senang. uang nya langsung masuk ke rekening nya. Dia langsung menatap sinis ke arah Bu Susi susi itu.
"Dengar ya Bu Susi, gausah ikut campur urusan, orang lain. ibu saya sendiri yang menyuruh nya nya untuk dijual. Dia akan tinggal di kota bersama kakak saya. Jadi stop buat kepo urusan orang lain. Ayo mas kia pulang " ucap nya berbohong, demi menjaga harga diri nya tetap baik.
susi terdiam dan hanya menggerutu kesal. Tapi dia merasa tak percaya dengan ucapan dari Ida. Bu asih sering menceritakan bahwa rumah nya itu, banyak sekali kenangan indah bersama suami nya asih. Tapi kenapa tiba tiba dijual. dia merasa ada yang tak beres dengan Ida saat itu.
Ida memang sengaja menyebarkan berita, bahwa ibunya akan pergi ke kota, dan diurus oleh kakak nya, agar orang orang desa ini, tak lagi mengusik nya. kini tinggal satu tahap lagi, yaitu memasukan ibu nya ke griya lansia.
Griya lansia( permukiman para lansia, yang dibuang atau ditelantarkan oleh anak anak kandung, mereka masing masing. griya ini juga memiliki syarat khusus kepada para keluarga pasien. Tak ada satu pun orang yang boleh mengunjungi, bila terjadi sesuatu dengan para orang tua mereka, maka tak ada diberikan kabar apapun. Dan untuk kedepannya anak anak nya, tak akan melihat bagaimana kondisi, dan situasi ibu nya lagi.)
....***.....
Para tim griya lansia, sudah sampai di sebuah rumah sakit, tempat asih di rawat. Sesuai alamat, dan rumah sakit yang tertera. Mereka langsung bergegas mencari tau keberadaan ibu asih.
Sebenarnya asih sudah bisa pulang beberapa hari yang lalu, tapi asih kembali memohon ke pada suster Wita, untuk di rawat disini hingga benar benar sembuh. Dia tak tau harus pulang kemana lagi. rumah nya sudah di jual oleh Ida, dan itu membuat nya merasa begitu kecewa berat terhadap anak anak nya.
Untung saja, ada coveran BPJS yang sangat membantu asih meringankan beban biaya perobatan nya selama ini. program pemerintah ini, benar benar membantu nya.
"Selamat siang, kami dari pihak griya lansia, ingin menanyakan tentang pasien bernama asih. Ada dimana ya?" tanya Arif sebagai ketua yayasan.
"ada di kamar*** nomor *** pak." ucap resepsionis yang memberitahukan.
"Mohon maaf bapak, kalau boleh tau ada apa ya. Pihak yayasan mengunjungi beliau?" tanya resepsionis itu, yang begitu penasaran. Bagaimana pun, Bu asih itu pasien rumah sakit nya, jadi mereka berhak tau, urusan kepentingan apa, yang membuat pihak Yayasan griya, datang mengunjungi nya.
Arif langsung mengambil beberapa dokumen, lengkap tentang asih. Dan bisa dia liat tanda tangan anak anak nya, disana.
"Astagfirullah, jadi anak anak nya_?" ucap sang resepsionis yang kaget mendengar ucapan pihak yayasan itu. Sungguh begitu tega anak anak nya bu asih.
"benar mbak, tolong kerja sama nya ya mbak, kami datang hanya untuk menjemput pasien. Dan saya minta tolong berikan berkas berkas riwayat pasien selama ini. Kami yang akan mengurus nya mulai sekarang." ucap Arif dengan Tersenyum tulus nya.
Usai Arif, masih begitu muda, sekitar 30 tahunan. Dia masih belum menikah, dan Masih memilih mengurusi para orang tua di sebuah yayasan milik keluarga nya itu.
Kasian wita suster yg baik semoga suatu saat wita bisa ktmu ma bu asih..