Benih Siapa Di Rahimku

Sonia mulai masuk ke dalam rumahnya tanpa peduli dengan Dion yang masih mematung di depan teras, sebagai seorang istri siapa yang tidak sakit hati mendengar suaminya bermain gila dengan perempuan lain, hal itu benar-benar membuat hati Sonia teriris.

   Apalagi dengan kesembuhan sang suaminya yang dirinya tidak tahu sama sekali, bukannya ini merupakan pembodohan, dua tahun sudah dia di bohongi oleh Dion mengenai impoten nya merasa kalau sang istri sudah tidak ada gunanya lagi, dan hal itu hal yang paling merendahkan harga diri wanita, bagi Sonia.

  "Kesalahanmu sudah fatal Mas, kebohonganmu, memang benar-benar membuat diri ini tidak ada artinya, dan hal itu yang membuatku sulit untuk melupakan rasa sakitnya itu," gumam Sonia.

  Saat ini keputusan Sonia sudah bulat, ingin hidup mandiri di usianya yang sudah tidak muda lagi serta menghidupi anak yang saat ini tengah dia kandung, anak yang waktu itu sempat membuatnya bingung karena tiba-tiba hadir, dan ternyata benih ini milik suaminya sendiri.

  Tapi meskipun begitu hati Sonia sudah ikhlas meninggalkan semua kemewahan yang ada di rumah suaminya itu.

   "Anakku semoga kau baik-baik saja, terlalu banyak guncangan hidup yang kau rasakan di saat kau baru tumbuh di rahim ibumu ini Nak," ucap Sonia sambil mengelus perutnya yang sedikit membuncit.

  ******

  Hari demi hari sudah Sonia lewati, meskipun selalu mendapat gangguan dari suaminya dan hal ini membuat Sonia tidak bisa tenang dalam menjalani kehidupan setiap hari, lihat saja setiap hari Dion selalu datang meyakinkan hati Sonia bahkan setiap hari juga pria itu selalu membawakan bunga untuk Sonia, tetapi hal itu bukan membuat Sonia luluh, melainkan membuatnya ilfil dan merasa terganggu dengan Aksi Dion yang seperti ini.

Seperti pagi ini, Dion mulai datang kembali membawa bunga dan mencoba untuk meyakinkan lagi hati Sonia, dihadapan kedua orang tuanya, bahkan meskipun Nehru sudah menentang keras akan tetapi teguran itu tidak berarti apa-apa bagi Dion.

  "Sonia, aku mohon kau terima maaf ku dan ayo kita kembali lagi membina rumah tangga seperti dulu, aku janji tidak akan pernah memperlakukanmu seperti dulu lagi," ungkap Dion.

 Sedangkan Sonia hanya terdiam tatapannya nanar, Dion tidak mengerti kalau wanita ini sudah tidak ingin kembali lagi padanya, akan tetapi pria itu seolah menganggap kalau istrinya itu butuh di perjuangkan.

   "Aku sudah tidak mau lagi kembali padamu, percuma kamu membuang tenaga dan waktumu untuk berusaha meyakinkan ku kembali, karena sejatinya hatiku sudah hancur dan itu semua penyebabnya ada dalam dirimu, jadi aku mohon ini kali terakhirnya kamu menemui ku, karena aku membutuhkan ketenangan mental agar anak yang ada di kandunganku tidak terpengaruh," sahut Sonia dengan tatapan nanar.

  "Son, apa sudah tidak ada tempat, untukku di hatimu?" tanya Dion.

  "Tempat itu sudah kau rusak sendiri Mas, dan pengkhianatan itu benar-benar membuatku trauma, kamu tidak pernah memikirkan bagaimana sakitnya aku, ini bukan tentang mempertahankan sebuah keutuhan rumah tangga, akan tetapi ini soal hati, hatiku tidak sekuat istri yang masih mempertahankan suaminya di saat suaminya itu sudah mulai mengkhianatinya, dan bagiku kata maaf terlalu mudah untuk pelaku pengkhianat, mereka berpikir dengan adanya maaf, dan janji-janji semua akan aman, tapi itu semua tidak berlaku untukku," ujar Sonia.

 Dion hanya terdiam, dia pikir Sonia akan sama dengan perempuan di luaran sana, yang merasa rugi melepas suaminya dan rumah tangga yang sudah dia bina puluhan tahun ini.

  Saat ini suasana mulai hening, tidak ada lagi kata-kata yang terlontar dari mulut keduanya, semuanya terdiam seolah bisu, sedangkan Sonia hanya mampu memandang wajah Dion dengan tatapan hambar, sudah tidak ada lagi tatapan sayang untuk lelaki yang dia cintai selama puluhan tahun itu.

  Cermin yang sudah retak memang sulit untuk diperbaiki lagi, kalaupun Dion memaksa untuk meminta kembali, percuma karena rasa cinta itu sudah tidak sama seperti dahulu, lagian tidak mungkin seseorang mampu mengembalikan kepingan kecil itu utuh kembali, terlalu sulit dan mustahil.

   "Son, baiklah jika kau memang ingin mengakhiri hubungan ini, tapi aku mohon, biarkan aku menemanimu dan calon buah hati kita sampai dia lahir ke dunia ini," pinta Dion.

  "Tidak usah Mas, aku bisa menyiapkan semuanya sendiri, kau tidak perlu repot-repot untuk menjadi yang terbaik, bersikaplah seperti biasa seolah anak ini bukan benihmu," ucap Sonia.

  Entah kenapa ucapan dari Sonia itu benar-benar menyakiti hatinya, bagaimana mungkin seorang ayah tidak bisa menjadi garda terdepan untuk anak perempuannya.

  "Son, kamu tidak boleh begitu, aku ayahnya," cegah Dion.

"Ayah yang tidak mengakui, itu terlalu menyakitkan untuk anakku, sudahlah jangan pernah bahas masalah dia, dia hanya milikku," tegas Sonia.

"Baiklah, kalau memang itu kemauanmu, dan mulai saat ini aku pun juga akan berhenti mengganggu mu dan anak itu, dan ingat kalau suatu saat kamu membutuhkan apa-apa jangan pernah kau datang meminta bantuan kepadaku," ancam Dion yang sudah merasa perjuangannya tidak di hargai.

"Baiklah, aku akan rawat anak ini sendirian, dan mulai sekarang pergi dari rumahku, dan jangan pernah lagi kau temui aku," sahut Sonia.

Dion pun langsung pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun, bagi Dion ini merupakan penghinaan yang di lakukan oleh Sonia, sudah satu Minggu ini dirinya meminta maaf, dan mendatangi rumahnya, akan tetapi Sonia masih belum menunjukkan perubahan sikapnya, dirinya malah semakin acuh seolah tidak membutuhkan perannya sebagai suami dan juga ayah dari anak-anaknya.

"Baiklah Sonia jika memang ini mau mu, sampai kapan pun aku tidak akan pernah muncul di dalam kehidupanmu lagi, meskipun nanti kau dan aku berpapasan di tengah jalan, aku akan menjadi orang asing, rasanya diri ini sudah tidak ada harga dirinya lagi dihadapan mu," gumam Dion sambil mengendarai mobilnya.

******

Setelah kepergian Dion tadi Sonia mulai kembali mencari-cari ide untuk membuka usaha kecil-kecilan, agar hidupnya tidak bergantung kepada siapa pun, apalagi tadi Dion sudah bilang tidak akan memberikan bantuan, dan hal itu cukup menjadi tamparan keras bagi Sonia dalam mengasuh dan membesarkan anaknya ini sendirian.

Setelah berkelana di sosial medianya, akhirnya Sonia menemukan ide bisnis yang tidak terlalu susah dan setara dengan dompetnya.

"Ah, aku akan mencoba membuat usaha kecil-kecilan dulu," pikirnya sambil mencatat resep yang sudah dia temukan itu.

Sonia begitu antusias, untuk membuka beberapa outlet cemilan kekinian yang nantinya akan menjadi penghasilannya, sebenarnya dulu Sonia begitu jago di bidang marketing seperti ini, maka dari itu dirinya akan mencoba lagi dunianya yang sempat dia tinggalkan berpuluh-puluh tahun itu.

"Semoga saja, rencanaku ini bisa membuka lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan," ucap Sonia dengan penuh semangat.

Bersambung .....