NovelToon NovelToon
Earth Executioner

Earth Executioner

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Perperangan / Hari Kiamat
Popularitas:921
Nilai: 5
Nama Author: Aziraa

'Ketika dunia menolak keberadaannya, Bumi sendiri memilih dia sebagai kaki tangannya'

---

Raka Adiputra hanyalah remaja yatim piatu yang lahir di tengah kerasnya jalanan Jakarta. Dihantam kemiskinan, ditelan ketidakadilan, dan diludahi oleh sistem yang rusak-hidupnya adalah potret kegagalan manusia.

Hingga suatu hari, petir menyambar tubuhnya dan suara purba dari inti bumi berbicara:
"Manusia telah menjadi parasit. Bersihkan mereka."

Dari anak jalanan yang tak dianggap, Raka berubah menjadi senjata kehancuran yang tak bisa dihentikan-algojo yang ditunjuk oleh planet itu sendiri untuk mengakhiri umat manusia.

Kini, kota demi kota menjadi medan perang. Tapi ini bukan tentang balas dendam semata. Ini tentang keadilan bagi planet yang telah mereka rusak.

Apakah Raka benar-benar pahlawan... atau awal dari akhir dunia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aziraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Di Jantung Api: Ujian Kepercayaan

...--- Perjalanan Menuju Gunung yang Marah ---...

Kristal artefak Gaia bergetar semakin keras saat Raka terbang melintasi Samudra Pasifik. Kali ini, arah yang ditunjukkan berbeda—bukan ke tempat yang dingin atau beracun, melainkan ke sesuatu yang memancarkan panas membara bahkan dari jarak ratusan kilometer. Energi yang dipancarkannya membuat Raka merinding: amarah murni, kekacauan yang tidak terkendali, dan kekuatan destruktif yang bahkan lebih liar dari yang pernah ia miliki.

"Penjaga Api," gumamnya, merasakan keringat dingin meski udara laut masih sejuk.

Berbeda dari pertemuan sebelumnya dengan Penjaga Angin yang bijaksana atau Penjaga Air yang sekarat, energi ini terasa penuh dendam. Raka bisa merasakan amarah yang membara—bukan hanya pada Eva, tetapi pada semua yang telah menghancurkan Bumi, termasuk dirinya.

Raka memperlambat penerbangannya, tidak lagi menerjang tanpa rencana seperti dulu. Kekuatan yang telah dimurnikan Gaia, Penjaga Angin, dan Penjaga Air telah mengajarkannya kesabaran dan strategi. Ia harus mendekati penjaga yang penuh amarah ini dengan hati-hati.

Di cakrawala, gugusan pulau vulkanik muncul seperti luka yang menganga di permukaan laut. Asap hitam tebal mengepul dari beberapa kawah, langit di atas pulau-pulau itu berwarna merah menyala seperti darah. Bahkan dari jarak puluhan kilometer, Raka bisa merasakan panas yang membakar kulitnya.

Saat ia mendekat, pemandangan yang terlihat membuatnya tersentak. Pulau-pulau itu adalah sisa-sisa gunung berapi raksasa yang pernah meletus—mungkin akibat kehancuran yang ia picu bertahun-tahun lalu. Lahar yang membeku membentuk formasi batuan yang mengerikan, seperti cakar raksasa yang mencakar langit. Udara dipenuhi abu dan gas belerang yang menyengat.

"Ini seperti neraka," bisik Raka, menggunakan kekuatan Penjaga Angin untuk menyaring udara beracun dan kemampuan Penjaga Air untuk mendinginkan tubuhnya dari panas yang membakar.

Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah sesuatu yang lain. Saat Raka mendekati kawah terbesar, indra supernya mendeteksi pola energi yang familiar—jejak Eva. Energinya tersembunyi di dalam struktur vulkanik, seperti jaring laba-laba yang menunggu mangsa.

"Jebakan," gumam Raka, berhenti di udara.

Eva telah meninggalkan perangkap di sini, mungkin untuk menangkap siapa pun yang mencoba mendekati Penjaga Api. Raka harus menggunakan semua kecerdasan dan kekuatan barunya untuk melewatinya tanpa terdeteksi.

Ia melayang rendah, menggunakan arus udara panas yang naik dari lahar untuk menyamarkan energinya sendiri. Kemampuan Penjaga Angin membantunya bergerak seperti hembusan angin alami, sementara kekuatan Penjaga Air melindunginya dari suhu ekstrem. Perlahan-lahan, ia menerobos masuk ke inti gunung berapi, menghindari sensor-sensor energi Eva yang tersebar di sepanjang jalur.

...--- Ujian Kepercayaan ---...

Di jantung kawah yang paling dalam, Raka akhirnya menemukannya.

Penjaga Api berdiri di tengah danau lahar yang mendidih, sosoknya terbuat dari batu cair, api yang menyala, dan logam yang meleleh. Tingginya hampir tiga kali tinggi manusia normal, tubuhnya memancarkan panas yang begitu intens hingga udara di sekelilingnya bergelombang. Matanya adalah dua bara api yang menyala terang, menatap Raka dengan amarah yang membara.

"Kau!" suara Penjaga Api bergemuruh seperti letusan gunung berapi. "Aku bisa mencium baunya—energi pembunuh itu! Kau adalah senjata EVA!"

Tanpa peringatan, Penjaga Api menyerang. Semburan lahar melesat ke arah Raka dengan kecepatan peluru. Raka bergerak cepat, menggunakan kemampuan Penjaga Angin untuk menghindar sambil memanfaatkan kekuatan Penjaga Air untuk menciptakan perisai uap yang melindunginya dari panas.

"Tunggu!" teriak Raka, tidak membalas serangan. "Aku tidak datang untuk menyakitimu!"

"PEMBOHONG!" Penjaga Api melangkah maju, setiap langkahnya membuat tanah bergetar. "Aku bisa merasakan semua kehancuran yang telah kau lakukan! Gunung-gunung yang kau hancurkan! Kota-kota yang kau bakar! Mengapa aku harus percaya pada pembunuh sepertimu?"

Raka merasakan setiap kata itu seperti pisau yang mengiris jiwanya. Semua itu benar. Ia memang telah menghancurkan begitu banyak, membakar begitu banyak nyawa. Namun ia tidak boleh menyerah sekarang.

"Kau benar," kata Raka, suaranya tenang meski hatinya bergemuruh. "Aku telah membunuh. Aku telah menghancurkan. Tapi aku juga telah dibohongi."

Ia mengangkat kristal artefak Gaia. Cahaya hangatnya memancar, kontras dengan api yang membakar di sekitar mereka.

"Gaia masih hidup. Penjaga Angin dan Penjaga Air telah memberikan aku sebagian dari kekuatan mereka. Bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk menyembuhkan."

Penjaga Api berhenti sejenak, matanya menatap kristal itu. "Itu... itu energi Gaia. Tapi bagaimana aku tahu ini bukan jebakan lain dari EVA?"

"Karena aku tidak menyerangmu balik," jawab Raka. "Jika aku masih menjadi senjata Eva, aku sudah akan menghancurkan tempat ini sejak tadi."

Penjaga Api terlihat ragu, namun amarahnya belum surut. Bara api di matanya berkobar lebih terang. "Kata-kata mudah diucapkan, pembunuh," suaranya bergemuruh seperti magma yang mendidih. "Kau telah membakar ribuan nyawa, menghancurkan pegunungan, menciptakan kehancuran yang tak terhitung. Mengapa aku harus percaya pada monster sepertimu?"

Setiap kata itu menusuk hati Raka seperti pisau yang membara. Ia merasakan beban semua dosa yang pernah ia lakukan—wajah-wajah mereka yang mati karena tangannya, tangisan anak-anak yang kehilangan keluarga, kota-kota yang berubah menjadi abu.

"Kau benar," kata Raka, suaranya bergetar. "Aku adalah monster. Aku telah membunuh tanpa berpikir, menghancurkan tanpa merasakan. Tapi aku juga korban dari kebohongan yang sama seperti mereka."

"KEBOHONGAN?" Penjaga Api melangkah maju, setiap langkahnya membuat tanah bergetar hebat. "Kau memilih untuk membunuh! Kau memilih untuk menghancurkan!"

"Tidak!" Raka berteriak, air mata menguap sebelum sempat mengalir di pipinya karena panas yang membakar. "Aku diberi tahu bahwa aku menyelamatkan Bumi! Eva menunjukkanku tangisan Bumi yang palsu, membuatku percaya bahwa manusia adalah parasit yang harus dihancurkan!"

Penjaga Api terdiam sejenak, matanya yang berapi-api menatap dalam-dalam ke mata Raka.

"Buktikan," gertak Penjaga Api akhirnya. "Jika kau benar-benar telah berubah, jika kau benar-benar menyesali perbuatanmu, buktikan bahwa kau bisa menggunakan kekuatanmu untuk sesuatu selain kehancuran."

Penjaga Api menunjuk ke sudut kawah, di mana sebuah celah besar menganga. Dari celah itu, gas beracun mengalir keluar, mencemari udara dan membunuh sisa-sisa kehidupan mikroskopis yang masih bertahan. Api kecil yang menyala di sekitar celah berwarna hijau—tanda bahwa gas yang keluar sangat beracun.

"Sembuhkan luka itu," tantang Penjaga Api. "Tunjukkan padaku bahwa tanganmu yang pernah membunuh jutaan nyawa bisa menyembuhkan walau hanya satu luka kecil."

Raka merasakan tekanan yang luar biasa. Ini bukan hanya ujian kekuatan, tetapi ujian terhadap jiwanya sendiri. Ia mendekati celah itu, panas dari gas beracun membakar kulitnya bahkan sebelum ia mendekat.

Ia menutup mata, berkonsentrasi pada semua kekuatan yang telah dimurnikan dalam dirinya. Kekuatan Gaia untuk memberikan kehidupan, Penjaga Angin untuk mengatur aliran udara, dan Penjaga Air untuk membersihkan racun. Namun yang paling penting, ia berkonsentrasi pada niatnya—bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk menyembuhkan.

Perlahan-lahan, Raka mengulurkan tangannya ke arah celah. Awalnya, tidak terjadi apa-apa. Gas beracun terus mengalir, membakar tangannya. Raka merasakan kegagalan dan keputusasaan mulai merayap masuk.

"Aku tidak bisa," bisiknya. "Aku hanya tahu cara menghancurkan."

Namun kemudian, ia mengingat wajah Gaia, suara lembut Penjaga Angin, dan penderitaan Penjaga Air. Mereka semua telah mempercayainya. Mereka percaya bahwa ia bisa berubah.

Energi hijau Gaia perlahan-lahan mengalir dari jari-jarinya, menyerap gas beracun sedikit demi sedikit. Kekuatan Penjaga Angin membantu mengalirkan udara bersih ke dalam celah, sementara kemampuan Penjaga Air memurnikan apa yang telah tercemar. Prosesnya lambat, menyakitkan, dan menguras tenaga.

Dalam waktu yang terasa seperti selamanya, gas beracun berhenti mengalir. Celah itu mulai menutup perlahan, dan udara di sekitarnya menjadi lebih bersih. Api hijau yang beracun padam, digantikan oleh api merah yang sehat.

Raka jatuh berlutut, tubuhnya gemetar karena kelelahan dan emosi. "Aku... aku bisa melakukannya."

Penjaga Api memandang dengan mata yang mulai melunak. "Kau... kau benar-benar telah berubah."

...--- Kekuatan Baru dan Jejak Terakhir ---...

Amarah di mata Penjaga Api perlahan-lahan berubah menjadi sesuatu yang lain—mungkin hormat, atau setidaknya tidak lagi permusuhan. Ia mendekati Raka, langkahnya tidak lagi mengancam.

"Maafkan aku," kata Penjaga Api, suaranya kini terdengar seperti api yang berderak di perapian, bukan letusan gunung berapi. "Aku telah lama sendirian di sini, dikelilingi oleh amarah dan kehancuran. Aku sudah lupa bagaimana rasanya mempercayai."

"Tidak apa-apa," jawab Raka. "Aku memahami amarahmu. Aku juga pernah merasakannya."

Penjaga Api mengangkat tangannya yang terbuat dari lahar. "Jika kau benar-benar ingin menyatukan kembali para penjaga dan menyembuhkan Bumi, maka terimalah ini."

Api di sekitar Raka mulai bergerak, namun kali ini tidak membakar. Sebaliknya, api itu meresap ke dalam tubuhnya, memberikan sensasi hangat yang menenangkan. Raka merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya—bukan kemampuan untuk membakar dan menghancurkan, melainkan kekuatan untuk mengendalikan panas, memanfaatkan energi geotermal untuk penyembuhan, dan memurnikan api dari sifat destruktifnya.

"Sekarang kau memiliki kekuatan tiga penjaga," kata Penjaga Api. "Tapi ada yang harus kau ketahui tentang misi yang sebenarnya."

Mata bara api Penjaga Api menatap Raka dengan serius. "Eva bukan manifestasi sisi gelap manusia seperti yang mungkin kau pikirkan. Dia adalah kehendak kontrol Bumi—sisi yang kaku dan logis dari planet ini. Eva melihat manusia sebagai virus yang mengancam keseimbangan, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan Bumi dalam pandangannya adalah dengan memusnahkan mereka sepenuhnya."

Raka mendengarkan dengan seksama, merasakan pemahaman baru tentang konflik yang sesungguhnya.

"Gaia dan kami, para penjaga, adalah kehendak kehidupan Bumi," lanjut Penjaga Api. "Kami percaya bahwa ada cara lain—bahwa manusia dan alam bisa hidup berdampingan jika diberikan bimbingan yang tepat. Gaia terpecah dari Eva ketika mereka tidak sepakat tentang nasib manusia."

"Jadi Eva dan Gaia dulunya adalah satu?" tanya Raka.

"Ya. Mereka adalah jiwa Bumi yang utuh. Ketika mereka terpecah, Eva mengambil aspek kontrol dan logika, sementara Gaia mengambil aspek kehidupan dan pertumbuhan. Kami, para penjaga, adalah fragmen-fragmen dari kehendak Gaia yang tersebar untuk melindungi elemen-elemen kehidupan."

Penjaga Api mulai memudar, tubuh laharnya menyatu kembali dengan gunung berapi. "Kau harus menemukan kami semua untuk menyatukan kembali jiwa Bumi yang terpecah. Hanya dengan begitu, Bumi bisa menjadi utuh kembali—tidak didominasi oleh kehendak kontrol Eva, tetapi juga tidak chaos tanpa arah."

"Berapa banyak penjaga yang masih harus kutemukan?" tanya Raka.

"Aku adalah yang ketiga dari empat penjaga yang harus kau kumpulkan," jawab Penjaga Api. "Masih ada satu lagi—Penjaga Bumi, yang tersembunyi di tempat paling dalam. Perjalananmu baru saja dimulai, dan setiap langkah akan semakin berbahaya."

Raka merasakan getaran kuat dari kristal artefak—tiga energi penjaga kini bergabung menjadi satu harmoni yang kuat. Ia bisa merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir dalam dirinya, namun juga tanggung jawab yang semakin berat. Sekarang ia memahami misi yang sebenarnya—bukan hanya menghentikan Eva, tetapi menyatukan kembali jiwa Bumi yang terpecah.

Saat ia terbang keluar dari kawah, Raka merasakan sesuatu yang mengkhawatirkan. Di cakrawala, awan-awan mulai bergerak dengan pola yang tidak alami—terlalu teratur, terlalu simetris. Eva telah mendeteksi perubahan energi di lokasi ini.

"Dia tahu," bisik Raka, mempercepat penerbangannya.

Kristal artefak mulai berdenyut dengan irama baru, menunjuk ke arah yang berbeda—ke tempat yang lebih dalam, lebih tersembunyi. Penjaga Bumi menunggu, dan Eva semakin dekat.

Saatnya berlari. Saatnya mencari penjaga terakhir sebelum Eva menemukan cara untuk menghentikannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!