NovelToon NovelToon
CINTA ANTARA DUA AGAMA

CINTA ANTARA DUA AGAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:258
Nilai: 5
Nama Author: MUTMAINNAH Innah

Kamu anak tuhan dan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin aku menjadi makmum dari seseorang yang tidak sujud pada tuhanku? Tetapi, jika memang kita tidak berjodoh, kenapa dengan rasa ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUTMAINNAH Innah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 4

Mengatakan jika buku yang dipinjamnya sudah ku titipkan pada satpam. Aku pura-pura nggak tahu saja jika cafe itu miliknya.

[Terima kasih, ya. Nanti akan kuambil ke sana. Berapa hari nih aku boleh meminjamnya?] balasannya langsung masuk beberapa detik setelah pesan itu terkirim.

"Terserah saja. Aku boleh tanya sesuatu? Tapi mungkin agak sensitif." Akhirnya kuberanikan memancingnya. Karena aku akan mengemudi cukup jauh. Biasanya kalau ada pikiran mengganjal begini aku akan sulit fokus berkendara.

[Tanya apa? Tanya saja, bebas kok nggak bayar.] Dari gaya bicaranya benar-benar tidak mencerminkan jika dia ini seorang yang dingin.

"Kalau boleh tahu, kamu muslim atau bukan? Maaf ya." Kuakhiri kalimat dengan emotikon maaf.

Kulihat pesan yang kukirim sudah berubah menjadi centang biru. Tetapi belum ada tanda-tanda apapun jika dia sendang mengetik di sana. Ada apa? Apa benar dia non muslim?

Kalau dia benar non muslım, habıslah harapanku untuk bisa lebih dekat dengannya.

Abi sudah pasti melarang keras kedekatanku ini. Seagama saja belum tentu abi menyetujuinya, apalagi berbeda. Abi tidak akan mentolerir masalah ini. Sering sekali abi mengingatkanku soal ini, jangan sampai aku mengabaikan nasihat-nasihat beliau.

Beberapa saat kemudian akhirnya muncul tulisan 'sedang mengetik' di atas chat. Aku menunggu, sambil menetralkan perasaan yang mungkin sebentar lagi akan kecewa.

Tling! Bunyi pesan masuk.

Kenapa memangnya?] tanyanya singkat.

Kini aku pun melakukan apa yang tadi dilakukannya. Aku terdiam setelah membaca pesannya. Apa yang harus kujawab? Tidak mungkin kukatakan jika aku ingin jadi kekasihnya jika dia muslim. Apalagi jika kukatakan bahwa aku menyukainya dan hanya ingin menikah dengan orang yang seiman.

"Karena di season dua buku itu ada cerita tentang pesantren, kali aja kamu nggak nyaman jika non muslim," jawabku asal. Padahal cerita tentang pesantren di sana hanya sedikit saja. Sisanya menceritakan perjuanganku untuk bangkit setelah terpuruk ditinggal cinta pertama.

[Oh, nggak apa-apa. Aku muslim kok,] balasnya kemudian.

Demi apa aku begitu lega membacanya.

Aku lalu mengakhiri chat dan melanjutkan perjalanan ke luar kota. Tempat di mana aku selama ini menuntut ilmu dan mencari pengalaman hidup baru. Yang berbeda dengan kehidupanku sebelumnya yang terkekang, terlalu dibatasi semuanva. Di sana adalah kehidupanku yang bebas dari ceramah abi dan aturan-aturan umi yang terkadang terlalu menekanku. Namun walaupun berjauhan dengan orang tua, aku tentunya tau batasan-batasan dalam pergaulan.

Di sepanjang perjalanan aku sulit sekali konsentrasi. Cowok itu benar-benar nggak mau pergi dari pikiranku. Logika dan perasaan kini saling bersahutan di pikiran. Harusnya aku nggak dekat dengan siapapun lagi setelah mengalami kekecewaan yang dalam beberapa tahun lalu. Syukur-syukur saat itu abi nggak tahu, bagaimana jika kali ini abi mengetahuinya? tetapi jika aku menjauh, bagaimana jika dia memang jodohku? Di satu sisi aku berharap dia punya perasaan yang sama. Tetapi di sisi lain, aku masih di selimuti rasa trauma. Bisa jadi ini hanya akan seperti sebelum-sebelumnya. Aku menyukai seseorang sesaat saja, ketika diminta status hubungan yang lebih jauh, aku mati kutu.

Tak terasa, dua jam perjalanan kali ini terasa cepat sekali. Tiba-tiba aku sudah sampai di halaman kost. Sampai di kamar, aku langsung merebahkan badan. Langsung kubuka lagi aplikasi hijau andalanku. Hatiku

Berbunga-bunga ketika paling atas ada chat darinya.

"Kata-kata seindah ini, cara dapetinnya gimana?" tanyanya sambil mengirimkan foto salah satu halaman novelku.

[Aku nggak tahu, kata-katanya ngalir aja gitu dari perasaan,] balasku sambil tersenyum.

Ternyata dia sudah mengambil buku itu.

"Quote yang ada di media sosialmu juga bagus-bagus," pujinya lagi.

Aku hanya membalas dengan sticker sambil menetralisir rasa bangga atas pujiannya. Untuk saat ini, aku belum mau berkomunikasi lebihi banyak. Aku takut, terlalu jauh diriku terjatuh ke dalam perasaan ini.

***

Kutanya diriku sepanjang waktu yang terus berlalu. Ternyata memang, hati ini menginginkannya. Hari-hari berlalu begitu cepat kurasa. Obrolan-obrolan ringan selalu terjadi setiap hari meskipun belum menjurus ke arah yang lebih serius.

[Hari ini aku ada perlu ke Jakarta,

Kebetulan buku itu sudah selesai kubaca.

Kemana kuantarkan bukunya?] tanyanya di sela-sela obrolan chat pagi ini.

"Serius? Ada acara apa ke Jakarta?"

tanyaku dengan perasaan berbunga-bunga. Kupikir kami nggak akan ketemu lagi dalam waktu sedekat ini.

[Ke rumah kakakku, dia tinggal di sana sama suaminya,] balasnya.

"Kalau sudah sampai kabari aja, nanti aku kasih tahu di mana kita akan ketemu."

[Oke, sampai ketemu,] balasnya lagi dengan menyertakan emotikon senyum. Lalu kubalas dengan sticker senyum juga.

Sorenya, iseng aku jalan ke pantai sendiri. Aku memang sudah terbiasa kemana-mana sendiri di kota ini. Dia juga akan ke pantai ini katanya. Aku sengaja tidak memberitahunya, karena jujur aku ingin melihatnya dari jauh dengan siapa dia ke sini. Apakah benar dengan kakaknya atau hanya alasannya saja.

"Di mana?" tanyanya ditengah-tengah chat ketika aku sedang menikmati pantai di sebuah cafe.

Mau tau aja atau mau tau banget?]

candaku membalas pesannya. Sementara menunggu balasan darinya aku berpikir keras, apakah aku harus jujur? karena aku paling tidak suka berbohong.

"Jawab saja," balasnya lagi.

Aku menengok ke sekelilingku, apa jangan-jangan dia melihatku? Benar saja! Ternyata dia ada di cafe yang sama denganku. Ah! Hari ini aku sudah sukses mempermalukan diriku sendiri. Apa-apaan aku ini? Kenapa kesannya sekarang seperti aku yang mengejar?

Dia melambaikan tangan ke arahku setelah bangkit dari duduknya. Meninggalkan beberapa orang yang semeja denganya yang mungkin adalah kakaknya sekeluarga.

Aku grogi setengah mati. Dengan gaya khasnya memakai jeans dengan jaket tanpa diresleting dia terlihat begitu gagah berjalan ke arahku. Spontan aku juga berdiri sambil merapikan hijabku yang begitu kuat ditiup angin.

Sambil memandang ke arahnya, terlihat juga beberapa orang yang tadi semeja

Dengannya itu juga melihat ke arahku. Aku jadi benar-benar canggung.

"Kamu sendiri?" tanyanya setelah berhadapan denganku.

"Iya," sahutku beriringan dengan suara deburan ombak.

"Aku boleh duduk?" tanyanya sambil memandang sekilas ke kursi yang ada di hadapan kami berdua.

"Oh, iya-iya. Silahkan," ucapku sambil duduk serentak dengannya.

Setelah duduk, dia lalu mengeluarkan novelku dari tas kecil yang dibawanya.

"Terima kasih banyak, kalau sudah bisa di order kasih tau ya. Buat koleksi," ucapnya sambil menyodorkan novel itu padaku.

Aku menerimanya. "Sama-sama, nanti akan kuberi kabar," sahutku sambil tersenyum pada senyumnya. "Itu keluargamu?" tanyaku lagi sebelum suasana menjadi kaku.

"Iya," sahutnya sambil menoleh pada keluarganya yang masih memperhatikan kami.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!