Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 Bian Paling Mengerti
Jawaban Namira sepertinya tidak sesuai dengan ekspresif Farah wajah datar.
"Tetapi bukankah sekarang posisinya sudah berbeda dan kami di sini bukan lagi sebagai keluarga yang berhubungan dengan kedua orang tua kamu tetapi keluarga karena kamu sudah menikah dengan orang yang ada di rumah ini," sahut Farah.
"Tetapi bagi Namira sampai kapanpun, Mama, Papa dan Kak Bian akan tetap menjadi keluarga Namira," jawab Namira.
"Apa kamu tidak bisa menghilangkan perasaan itu?" tanya Farah yang membuat Namira menghentikan memotong sayuran itu dan menoleh ke belakang melihat para ibu mertuanya itu yang memperlihatkan wajah serius.
Farah menghela nafas dan berjalan menghampiri Namira.
"Namira kamu harus menghilangkan perasaan bahwa kami adalah keluarga dan Bian adalah sepupu kamu. Kamu harus menanamkan di pikiran kamu bahwa Bian suami kamu dan kami keluarga dari suami kamu," ucap Farah dengan wajahnya yang sangat serius.
Namira justru sangat takut melihat wajah Farah seperti itu.
"Mama mau tanya sama kamu? Apa kamu berusaha untuk mencintai Bian?" tanya Farah.
"Bukankan Namira dan Kak Bian memang paling mencintai sejak kecil?" tanyanya.
"Bukan cinta seperti itu yang saya maksud!" bentak Farah yang jujur saja membuat Namira sangat kaget untuk pertama kali wanita yang sangat lembut itu tiba-tiba membentak dirinya.
"Mencintai seorang istri yang membuka hati untuk suaminya, kamu sudah menikah Namira dan seharusnya menanamkan rasa cinta itu untuk suami kamu dan melupakan masa lalu!" tegas Farah.
"Jangan-jangan kamu dan Bian belum melakukan tugas dan kewajiban kalian!" tebak Farah menatap serius ke arah menantunya itu dan jujur saja Namira semakin takut melihat tatapan mata yang tajam itu seolah mengintimidasi dirinya yang padahal dia juga tidak tahu apa kesalahannya.
"Namira jawab saya. Apa kamu dan Bian sudah melakukan hubungan itu?" tanya Farah memastikan dengan memegang kuat kedua bahu menantunya itu yang membuat Namira mendadak takut.
"Ma!" tegur Bian yang tiba-tiba saja datang dan langsung melepaskan tangan Farah dari bahu Namira.
"Apa-apaan Mama yang bisa-bisanya bertanya seperti itu kepada Namira," tegur Bian.
Namira sepertinya masih sangat schok yang sejak tadi menunduk.
"Kamu kekamarlah!" titah Bian yang membuat Namira menganggukkan kepala dan buru-buru meninggalkan dapur yang seketika dia menjadi orang ketakutan.
"Mama kenapa harus mempertanyakan masalah privasi kami?"
"Mama tidak berhak mengurus kamar kami seperti apa!" tegas Bian.
"Mama berhak mengetahui karena kalian berdua sudah menikah dan kamu tahu jika tidak menyentuh istri kamu dan maka itu adalah dosa besar!" tegas Farah.
"Aku tahu itu. Tapi aku tidak memanfaatkan situasi dan aku sudah mengingatkan kepada Mama untuk tidak mencampuri bagaimana pernikahanku dengan Namira!" tegas Bian.
"Mama lihat bagaimana ekspresi Namira tadi. Dia sangat takut kepada Mama. Mama berhenti terlalu terobsesi dengan Namira. Dia punya kehidupan sendiri dan jangan memaksanya melakukan apapun yang tidak dia inginkan!" tegas Bian yang membuat Farah menyibak rambutnya ke belakang yang sepertinya menyadari jika perbuatannya sudah kelewat bata dan bahkan membuat menantunya sampai takut.
"Aku tahu sejak Namira kecil Mama sudah menanamkan bahwa Namira akan menjadi milik Mama. Tapi jangan mengorbankan hidupnya dan terlalu terobsesi padanya dan sampai membuatnya tidak nyaman!" tegas Bian.
"Mama hanya ingin pernikahan kalian berdua baik-baik saja. Mama tidak bisa melihat Namira yang terus aja memikirkan masa lalunya dan....."
"Lalu Mama pikir aku masih murni merupakan semuanya," sahut Bian memotong pembicaraan itu.
"Sangat tidak ada memaksakan Namira untuk menerima kenyataan secepatnya itu dan sementara aku saja tidak semudah itu melakukannya. Jadi biarkan aku dan Namira pelan-pelan menjalani semua ini dan tanpa harus ada paksaan dan semua harus sesuai dengan keinginan Mama!" tegas Bian yang membuat Farah terdiam.
"Untuk ke depannya aku benar-benar sangat keberatan jika Mama harus mempertanyakan masalah privasi kami. Aku tidak akan bertanggung jawab jika pada akhirnya Namira tidak nyaman berada dirumah ini!" tegas Bian yang membuat Farah diam saja dan diam langsung berlalu dari hadapan ibunya kita.
Damian memasuki kamar dan melihat istrinya yang dulu di pinggir ranjang tampak terlihat masih sangat takut dengan tangan yang berada di atas bajunya yang terlihat saling menggenggam satu sama lain.
Bian menghela nafas dan langsung menghampiri Namira yang berjongkok di depan Namira dan memegang tangan yang sangat dingin itu.
"Kak. Apa Namira melakukan kesalahan?" tanyanya yang membuat Bian menggelengkan kepala.
"Kenapa Mama menatap Namira seperti itu. Namira benar-benar sangat takut," ucap Namira yang tiba-tiba saja air matanya jatuh.
Bian langsung mengusap air mata tersebut yang pasti tidak tega melihat Namira harus merasa tertekan seperti itu karena oksida dari ibunya.
"Jangan takut, Mama kalau marah memang sedikit galak, tetapi nanti juga akan baik lagi," ucap Bian.
"Kak. Mama mempertanyakan bagaimana hubungan kita. Namira tidak bisa menjawab dan Namira malah disalahkan. Kak Namira bukan tidak mau melakukan tugas sebagai seorang istri yang harus memberikan hak kepada suaminya,"
"Tetapi demi Allah, Namira belum siap melakukan hal itu dan Namira tidak ingin melakukan semua itu dengan keterpaksaan," ucapnya.
"Namira yang menikahi itu adalah kita berdua dan bukan kamu dengan keluarga ini. Jadi yang kamu hanya pikirkan itu cukup aku saja dan kamu tidak perlu memikirkan bagaimana dan siapapun yang ada di rumah ini. Aku sudah mengatakan kepada kamu sebelumnya jika aku tidak akan memaksa kamu dan aku juga tidak ingin memanfaatkan kamu dalam hal ini," ucap Bian yang berbicara begitu lembut kepada istrinya.
"Jangan bersalah dengan kondisi ini. Bukan hanya kamu yang memiliki masa lalu dan aku juga memiliki masa lalu," ucap Bian.
"Jadi apa itu artinya Kakak juga sebelumnya memiliki pacar?" tanya Namira yang membuat Bian menganggukkan kepala.
"Kakak juga juga tidak mudah melupakannya?" tanya Namira lagi.
"Butuh waktu, tetapi semenjak kita menikah aku sekarang sudah....."
"Kakak juga tidak perlu memaksakan untuk melupakan masa lalu," sahut Namira yang memotong kalimat Bian yang sama sekali belum selesai.
"Orang-orang tidak ada yang tahu apa yang kita rasakan. Segala sesuatu yang dipaksakan itu hasilnya sangat tidak baik," lanjut Namira yang membuat Bian menganggukkan kepala.
"Kak. Namira ingin tahu seperti apa mantan kekasih Kakak," ucap Namira tiba-tiba yang membuat Bian mengerutkan dahi yang bisa-bisanya istrinya meminta hal itu dan biasanya seorang Istri justru akan sangat sensitif jika sudah membicarakan mantan dari suaminya.
"Pasti sangat cantik bukan. Kakak begitu tampan dan pasti kakak juga memiliki selera yang sangat cantik," ucap Namira.
"Kamu belum menyelesaikan makan siang yang ingin kamu buat, kamu sebaiknya buat aja makan siang," ucap Bian yang sepertinya tidak ingin melanjutkan pembicaraan mengenai mantannya kepada istrinya.
"Tapi setelah itu ceritakan sedikit tentangnya kepada Namira," ucap Namira yang benar-benar sangat lempeng berbicara seperti tidak ada rasa marah sedikitpun dan justru malah Bian yang tanpa khawatir dengan perasaan Namira yang terlalu selow.
"Apa boleh?" tanya Namira yang membuat Bian mengganggukan kepala.
Bersambung......
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi