NovelToon NovelToon
Kau Hanya Milik ARUNA

Kau Hanya Milik ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aru_na

"aku pernah membiarkan satu Kalila merebut milik ku,tapi tidak untuk Kalila lain nya!,kau... hanya milik Aruna!"
Aruna dan Kalila adalah saudara kembar tidak identik, mereka terpisah saat kecil,karena ulah Kalila yang sengaja mendorong saudara nya kesungai.
ulah nya membuat Aruna harus hidup terluntang Lantung di jalanan, sehingga akhirnya dia menemukan seorang laki laki tempat dia bersandar.
Tapi sayang nya,sebuah kecelakaan merenggut ingatan Aruna,sehingga membuat mereka terpisah.
Akankah mereka bertemu kembali?,atau kah Aruna akan mengingat kenangan mereka lagi?
"jika tuhan mengijinkan aku hidup kembali, tidak akan ku biarkan seorang pun merebut milik ku lagi!"ucap nya,sesaat sebelum kesadaran nya menghilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aru_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19.

Di pantai, Aruna dan Arza masih duduk berdua, menikmati senja. Langit berubah warna menjadi oranye, merah muda, dan ungu, menciptakan lukisan alam yang memukau.

"Terima kasih untuk hari ini, Dokter Arza," kata Aruna, bersandar di bahu suaminya. "Aku sangat senang."

"Aku juga senang, Aruna. Ini baru awal dari kebahagiaan kita," bisik Arza. Dia mencoba memeluk istrinya, dan merasakan tidak ada penolakan dari Aruna sehingga mempererat pelukannya.

Aruna menyamankan dirinya di bahu Arza, memejamkan mata sejenak, menikmati aroma laut dan kehangatan suaminya.

"Aku merasa seperti mimpi," kata Aruna pelan, "Hidupku mendadak berubah. Dulu, aku tidak pernah membayangkan akan menikah, apalagi dengan dokter hebat sepertimu." Ia tertawa kecil.

Arza mencium puncak kepala Aruna, dan lagi-lagi Aruna tidak mencegahnya. Hal itu membuat Arza merasa sangat bahagia. "Dan aku tidak pernah membayangkan akan menemukanmu, Aruna. Kamu membuat duniaku terasa lebih berwarna." Ia mengusap lengan Aruna perlahan.

Aruna menatap Arza dengan tatapan serius, itu membuat Arza sedikit takut, apakah karena perlakuan dia tadi yang sudah disadari oleh Aruna. "Apa yang membuatmu menikahiku?"

Arza tersenyum, dia menatap mata indah yang sedang menantikan jawaban dari pertanyaannya barusan. "Emm karena... Aku mencintaimu, Aruna."

Aruna mengerutkan keningnya, dia tidak bisa percaya dengan kata-kata yang terlontar dari mulut suaminya. "Tidak mungkin, kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku," celetuknya asal. Dia lalu membuang tatapannya dari Arza.

"Kau tidak percaya? Apa kau masih berpikir aku ini antek-antek Walid?" Arza memiringkan kepalanya mencoba menggoda Aruna.

"Benar juga, tapi... semalam..." Arza terkekeh. "Jangan terlalu banyak berpikir, otak kecilmu tidak akan mampu menampung banyak beban." Arza meraih pipi Aruna, memaksanya menatap dirinya lagi.

"Yang harus kamu tahu, aku menikahimu, karena aku mencintaimu pada pandangan pertama," ujarnya jujur, menatap mata Aruna yang juga menatapnya. Mereka saling memandang sesaat, setelah itu kembali menatap ke laut.

"Jika aku percaya, maukah kamu berjanji satu hal padaku?" Arza mengangguk. "Baik. Apa itu?"

"Jangan ada orang ketiga, jangan ada pengkhianatan, dan jangan ada perpisahan," ujarnya lirih hampir berbisik. Dia lalu menunduk, menutup matanya dan membayangi perpisahan yang terjadi padanya dengan bibinya yang telah pergi untuk selama-lamanya.

Meskipun tidak ada ingatan apapun tentang bibinya, dia merasakan hatinya sangat sakit saat wanita itu meninggalkannya. Dia juga teringat pengkhianatan ayahnya yang berselingkuh dengan tantenya sendiri, dan yang paling menyakitkan, ayahnya berubah menjadi orang jahat.

Orang yang selama ini selalu ingin melindungi dan menyayanginya, tapi orang itulah yang ingin menghancurkan Aruna juga.

Air mata langsung menetes di pipinya, dia berusaha menahan, tapi tidak sanggup.

"Aku tidak mau dibodohi lagi," ujarnya. Arza tidak tahu Aruna menangis, karena gadis itu menunduk sehingga rambut panjangnya menutupi wajah cantiknya.

Arza mencoba meraih wajah yang terus menunduk itu, saat itulah baru dia sadari kalau Aruna sedang menangis.

"Hei, kenapa menangis? Aku berjanji akan setia dan tidak akan melakukan kesalahan apapun yang kau takuti." Dia membawa Aruna ke pelukannya, mengelus rambut panjang Aruna mencoba menenangkan.

"Ada apa? Katakanlah," hati Arza terasa sakit melihat Aruna menangis, bahkan dia membayangkan kehidupan Aruna selama ini pasti mengalami banyak kesulitan sehingga dia merasakan perasaan yang sangat sedih.

Aruna melepaskan pelukan itu, membuka mata, menatap Arza sesaat, setelah itu menatap langit senja yang mulai memudar menjadi ungu gelap. "Tidak ada. Hanya saja... aku merasa bersalah karena tidak sempat bertemu Ami sebelum menikah. Dia pasti menungguku."

"Ami?" tanya Arza lembut, "Siapa dia, Aruna?"

Aruna menghela napas. "Dia... dia Tanteku seperti ibuku. Meskipun dia sempat jahat padaku, tapi dia telah berubah menjadi sangat baik. Ami yang merawatku. Waktu kalian menemukanku, saat itu aku dan Ami berencana pindah ke desa yang pernah kukatakan padamu.

Tapi... kecelakaan itu memisahkan kami." Aruna tersenyum sendu. "Dia selalu bilang, dia ingin melihatku bahagia. Aku ingin sekali bertemu dengannya, Ami pasti sangat mengkhawatirkanku yang hilang tanpa kabar."

Arza menatap Aruna dengan penuh pengertian. "Tentu saja, Aruna. Kita akan menemuinya. Besok, bagaimana?"

Aruna mendongak, matanya berbinar. "Sungguh?"

"Sungguh, aku juga sudah berjanji bukan?" jawab Arza, mengangguk. "Lagipula, aku juga penasaran ingin bertemu dengan wanita hebat yang sudah merawatmu hingga sebesar ini. Terima kasih sudah mau menceritakannya padaku, Aruna." Aruna tersenyum, dia memeluk laki-laki yang berada di depannya itu, dia semakin yakin kalau Arza lah rumah ternyaman yang Tuhan hadiah kan untuknya.

Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang. Di dalam mobil, suasana terasa hangat dan nyaman. Aruna bersandar di kursi penumpang, sesekali melirik Arza yang fokus menyetir. Lampu-lampu desa mulai terlihat di kejauhan.

"Aku sudah membayangkan bagaimana reaksi Ami besok," kata Aruna, memecah keheningan. "Dia pasti akan sangat terkejut dan senang. Huff... Semoga dia dan Anara baik-baik saja."

"Dia siapa?" tanya Arza, tersenyum kecil. "Maksudmu, Anara?" arza mengangguk.

"Dia... dia adalah anaknya Ami." Aruna kembali sedih ketika menyebut nama Anara, anak itu adalah korban dari kesalahan kedua orang tuanya, tapi Aruna tidak mengatakan apapun tentangnya pada Dokter Arza.

"Tantemu? Kenapa kau memanggilnya Ami? Apakah itu namanya?"

"Bukan, namanya Naila. Kami memanggilnya Ami karena itu adat dari keluarga mereka, nama panggilan untuk tante yang paling muda." Arza mengangguk, sekarang dia sudah mengerti.

"Dia itu orangnya sederhana. Tapi hatinya sangat baik."

"Bukankah kau mengatakan dia pernah jahat?"

"Itu dulu, tapi sekarang dia telah berubah, mungkin pengalaman pahit yang telah merubahnya. Dia sekarang sangat baik, selalu memastikan aku dan Anara makan dengan benar, punya pakaian layak, dan dia selalu mengingatkanku untuk bersekolah dengan baik. Meskipun kami tidak punya banyak uang, dia selalu berusaha memberikan yang terbaik." Suara Aruna bergetar.

Arza menggenggam tangan Aruna sebentar, memberikan dukungan. "Aku yakin dia bangga padamu, Aruna."

"Aku juga ingin kamu bisa mengenalnya lebih dekat," lanjut Aruna. "Dia pasti sangat terkejut setelah tahu kalau aku sudah menikah."

Arza tertawa. "Aku akan menjelaskan semuanya padanya."

Aruna tersenyum, hatinya terasa lapang. "Terima kasih, dokter Arza. Terima kasih untuk semuanya."

Mobil melaju pelan, melintasi jalanan desa yang sepi. Malam itu, di dalam mobil yang melaju menuju rumah mereka, janji pertemuan dengan sang tante, terasa seperti harapan baru yang hangat, mengikat erat dua hati yang baru saja menemukan kebahagiaan.

Ddrrtt ddrrtt ddrrtt,

Di tengah kebahagiaan mereka. Tiba tiba, sebuah panggilan terlihat tertulis di layar handphone nya arza, Aruna melihat nya. "34 panggilan?" arza tertegun.

Dia langsung menepikan mobil nya dan menatap Aruna dengan rasa penasaran yang memuncak, dia takut kalo itu panggilan darurat dari puskesmas, meskipun hari ini dia masih libur, bisa jadi ada pasien darurat yang sedang menunggu pertolongan nya.

"siapa?" Aruna menatap layar handphone itu,lalu menatap arza dengan tatapan yang sulit di artikan.

"dari puskesmas?" Aruna menggeleng, sehingga membuat arza menghela nafas berat nya, bersyukur karena tidak terjadi apa apa disana.

"dari siapa?, tidak penting kan?" arza melirik istrinya,lalu kembali melajukan mobilnya, dia ingin segera sampai dan beristirahat bersama istrinya.

"Kalila..."

1
Zudiyah Zudiyah
,hemmm sangat mirissss
rofik 1234
Perasaan campur aduk. 🤯
Aruna: benarkah?😁
total 1 replies
Shinichi Kudo
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
Aruna: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!