NovelToon NovelToon
OBSESI BOS MAFIA

OBSESI BOS MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Dark Romance
Popularitas:67.5k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi_Gusriyeni

Cinta seharusnya menyembuhkan, bukan mengurung. Namun bagi seorang bos mafia ini, cinta berarti memiliki sepenuhnya— tanpa ruang untuk lari, tanpa jeda untuk bernapas.
Dalam genggaman bos mafia yang berkuasa, obsesi berubah menjadi candu, dan cinta menjadi kutukan yang manis.

Ketika dunia gelap bersinggungan dengan rasa yang tak semestinya, batas antara cinta dan penjara pun mengabur.
Ia menginginkan segalanya— termasuk hati yang bukan miliknya. Dan bagi pria sepertinya, kehilangan bukan pilihan. Hanya ada dua kemungkinan dalam prinsip hidupnya yaitu menjadi miliknya atau mati.

_Obsesi Bos Mafia_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 : Sembuh

Marchel bangun dan tersenyum melihat Hulya sadar, dia segera memanggil dokter.

Setelah dokter menyatakan keadaan Hulya baik-baik saja, tim dokter pun keluar meninggalkan mereka berdua.

“Apa salahku? Kenapa ... kau menyiksaku begitu?” tanya Hulya dengan suara lemah, karena memang dia tidak mengetahui apa yang terjadi. Marchel memeluk Hulya dan menumpahkan tangis penyesalannya.

“Maafkan aku Hulya, aku salah sangka padamu, aku terlalu bodoh termakan fitnahan ini.” Tangis Marchel sambil menatap wajah sedih istrinya.

“Apa yang terjadi? Aku tidak pernah mengkhianatimu, aku sangat mencintaimu dan tidak pernah terpikir untuk berkhianat.” Air mata Hulya mengalir dari sudut matanya, Marchel menghapus air mata itu dengan ibu jarinya.

“Aku tahu Hulya, aku yang bodoh! Aku bodoh! Tolong maafkan aku, aku mohon maafkan aku.” Marchel menciumi wajah istrinya lalu menciumi kaki memar itu sebagai bentuk penyesalan luar biasanya.

“Aku memaafkanmu, eum ... kau tidak memberikan aku kado? Aku belum menerima kado ulang tahun darimu, Marchel.” Marchel memejamkan matanya saat sesak menguasai hati sekarang, dia kembali mengusap wajah Hulya dengan lembut.

“Aku sudah mempersiapkan kado untukmu, aku sudah menyiapkannya Hulya. Aku sudah menyiapkannya.” Marchel menempelkan pipinya ke kening Hulya, sambil terus menangis penuh sesal, air mata Marchel membasahi kening itu.

“Kepalaku sakit, perutku juga, aku pikir malam itu akan mati,” tukas Hulya dengan lemah.

“Kau tidak boleh mati, aku tidak mau kau mati,” sesal Marchel.

Hulya menghembuskan nafas beratnya, memejamkan mata, dia kembali pingsan dan kondisinya semakin memburuk.

Marchel segera memanggil dokter dan Hulya dibawa ke ruangan ICU. Sekitar satu jam penanganan, dokter menyatakan kondisi Hulya cukup parah sehingga wanita itu koma, luka di rahim juga Hulya alami saat ini dan itu cukup parah.

...***...

Aarav datang ke rumah sakit, dia mendapati Marchel duduk di ruang tunggu dengan wajah serta penampilan yang begitu kusut, kantung mata terlihat jelas dan tatapan mata Marchel kosong.

“Bagaimana keadaan Hulya?” tanya Aarav saat baru duduk di samping Marchel.

“Aku tidak pantas untuknya, aku menyakitinya lagi Aarav. Aku hampir membunuhnya dan ini kali yang kedua aku melakukan perbuatan keji padanya, aku sudah membunuh anakku sendiri.” Aarav bisa merasakan kepedihan Marchel saat ini.

“Sudahlah, lebih baik kita fokus pada Hulya, dia pasti membutuhkanmu.”

“Bagaimana kau bisa mengetahui semua fitnahan ini?” tanya Marchel karena Aarav yang sudah membongkar semuanya.

“Justin yang memberitahuku, saat kita kembali ke mansion. Justin mengabarkan padaku kalau dia melihat Hulya di dekat kantormu, dia sendirian,” tutur Aarav, Marchel mendengarkan semuanya dengan jeli dan serius.

“Lalu?”

“Justin membawa Hulya ke rumah sakit tapi Hulya menolak, dia meminta Justin untuk membawanya pulang. Justin terus menghubungimu tapi ponselmu tidak aktif lagi. Hulya yang saat itu ketakutan dan kesakitan, dibiarkan oleh Justin untuk istirahat di markas karena dia selalu menolak untuk diobati. Kau bisa cek cctv markas, aku sudah melihatnya. Saat Hulya bangun, dia meminta diantarkan pulang dan saat itu dia tidak bisa bicara sama sekali karena tenggorokannya sakit.” Baru saja menjelaskan semua itu, Justin datang membawa kabar mengenai Mathew sehingga pembicaraan mereka terhenti.

“Dia tidak mau bicara mengenai siapa yang menyuruhnya, kami sudah memaksa tapi dia tetap bungkam,” lapor Justin pada Marchel.

“Biarkan saja dulu, nanti biar aku yang memaksanya.”

Marchel meminta Justin menjelaskan semuanya, ternyata cerita Justin sama dengan Aarav, mereka juga memiliki bukti cctv. Marchel bukan orang yang mudah percaya begitu saja, jadi statement mereka disertai dengan bukti yang jelas.

“Kenapa kau tidak membawanya ke rumah sakit, Justin?”

“Dia tidak mau, bahkan dia sampai menangis tidak ingin dibawa, istrimu juga sangat ketakutan saat itu.” Marchel menggenggam kuat rambutnya sendiri.

“Kau cari tahu mengenai semua ini, aku yakin, orang di balik semua ini pasti sangat licik dan aku pastikan kalau dia mati di tanganku.”

“Oke.”

...***...

Setiap hari Marchel selalu menemani istrinya, tidak meninggalkan Hulya barang sedetik pun, semua keperluannya diurus oleh Aarav.

Marchel menatap tubuh lemah yang terbaring di atas hospital bed dengan berbagai alat menempel di tubuhnya. Marchel menggenggam tangan Hulya, menciuminya dan terus berdoa agar istrinya segera sadar.

Setelah lebih dari dua minggu Hulya koma, kondisi fisik Marchel juga terganggu, tak ada yang bisa dia perbuat selain menangis dan menyesali perbuatannya itu.

Informasi mengenai siapa dalang di balik semua ini juga belum diketahui. Marchel belum ingin fokus ke sana, dia masih ingin fokus pada kesembuhan mantan istrinya tersebut. Ya, mantan istri karena Marchel telah menjatuhkan talak pada Hulya, malam di mana Hulya hampir meregang nyawa.

“Bagaimana Justin? Apa sudah ada informasi terbaru terkait hal ini?” tanya Marchel pada orang kepercayaannya itu. Justin baru saja memasuki ruangan tersebut.

“Belum, aku pikir, dalang di balik semua ini adalah orang yang sangat berkuasa juga dan bukan orang sembarangan. Buktinya semua jejak dan bukti sangat sulit ditemukan.”

“Jika ada kabar baru segera beritahu aku.”

“Baik. Bagaimana kondisi Hulya?”

“Seperti yang kau lihat, dia belum sadarkan diri tapi kondisinya menurut dokter sudah mulai membaik.”

“Aku tidak tau harus menyalahkan siapa, tapi yang jelas, kau harus belajar mengendalikan emosimu itu, Marchel. Kau sudah membahayakan nyawa istrimu sendiri.” Marchel menunduk lalu menciumi tangan Hulya, menaruh tangan itu di keningnya.

“Aku tahu, aku salah dan sangat bodoh, semoga saja dia bisa memaafkan aku.”

Justin menepuk pelan pundak Marchel, memberikan semangat agar Marchel tidak ikut sakit juga selama merawat Hulya.

Dengan perlahan, kelopak mata yang terpejam itu mulai terbuka, jarinya bergerak sedikit demi sedikit, Marchel langsung menatap penuh harap begitu juga dengan Justin.

Marchel bergegas memanggil dokter untuk memeriksa Hulya, dokter menyatakan kondisinya sudah membaik dan masuk dalam tahap pemulihan.

“Aku pulang dulu, kalau ada apa-apa kau bisa hubungi aku.”

“Ya, terima kasih, Justin.” Justin meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah tegap. Di pintu, Justin menoleh sedikit pada Hulya. Tatapannya sendu, nafasnya tercekat dan rasa aneh bergelayut di hatinya melihat istri Marchel dengan kondisi seperti saat ini.

“Ternyata aku masih hidup,” kata Hulya dengan lemah, hampir tidak terdengar tapi masih sampai ke telinga Marchel.

“Jangan bicara seperti itu, jika kau tidak hidup, aku akan menyesali semua ini,” sahut Marchel.

“Aku haus, Marchel.”

“Sebentar.” Marchel mengambilkan air mineral lalu meminumkannya pada Hulya dengan sedotan.

“Apa kamu lapar? Mau makan apa?” tanya Marchel dengan lembut sambil mengusap kepala Hulya, mantan istrinya itu hanya menggeleng lemah.

Seminggu setelah masa pemulihan, kini Hulya sudah diperbolehkan untuk pulang. Marchel mengemasi barang-barang Hulya sedangkan perempuan itu duduk di atas kasur sambil menatapnya.

“Memangnya aku mau dibawa ke mana?” tanya Hulya dengan lembut, Marchel yang selesai mengemasi semua barang, kini menatap Hulya lalu tersenyum.

“Pulang ke rumah sayang, ke mana lagi memangnya? Kamu harus banyak istirahat.”

“Rumah? Rumah siapa?”

“Hulya, apa kamu amnesia? Ya rumah kita, memang rumah siapa lagi?”

1
Emilie Sopyan
Marchel lebih takut sama hulya kayaknya 🤭
Emilie Sopyan
Alicia kayaknya sama dengan Hulya, bakalan luluh dia kalau dipepet dexter terus deh
Julia Anjani
Langsung dokter pribadi yg dia minta datang dong
Julia Anjani
Tersentuh banget
Ciyoxi Radelly
Dexter tersentuh banget sama alicia pastinya, secara tifani aja gak peduliin anak mereka dlu
Ciyoxi Radelly
Kasian juga Ario harus metong begitu
Adhisty Madrie
bidan menolak ya dokter bertindak 😍
Adhisty Madrie
Reha belum ngerasain dia kenak mulut si hulya🤣
Jiwo Wiggu
Dexter bakalan gencar lagi nih buat nikahin alicia
Jiwo Wiggu
Hati marchel udah sepenuhnya utk hulya ampe gak bisa digoda siapapun
Sisca Cemeniy
Reha mending mundur deh, gak guna lu deketin marchel
Sisca Cemeniy
Kerasa banget sakitnya jadi alicia terpisah dari anak
Azizah Nurlia
Sekejam kejamnya marchel, dia gak gampang tergoda sama cewek lain. Buat dia sekali hulya ya tetap hulya
Azizah Nurlia
Liat tuh, tulus loh alicia buat anakmu
Syami Girly
Marchel paling takut yg begini nih 🤭
Syami Girly
Marchel udh jdi suami siaga banget sekarang, semoga aja dia emang beneran berubah ya
Kenzia Dira🦋
Marchel takut istrinya tantrum🤣
Kenzia Dira🦋
Alicia gak bakalan dilepas lagi sama Dexter ini mah
Latifa Andriani
Belum tau dia mulut hulya kalau merepet kek mana🤣
Latifa Andriani
Si reha emang bikin naik tensi ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!