Rio Baswara diceraikan istrinya karena dianggap bangkrut dan gagal. Satu hari kemudian, dia dapat sistem informasi paling akurat. Seminggu setelahnya, dia jadi miliarder.
Mantan istri yang sombong kini hanya bisa menangis menyesal. Sementara Rio sibuk bangun kerajaan bisnis dan dekat dengan adik kandung mantannya yang jauh lebih baik—cantik, baik hati, dan setia.
Saatnya dunia tahu, pria yang mereka remehkan kini jadi penguasa baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26: MANTAN ISTRI HANCUR MENDENGAR KABAR
Keluar tiga ratus dua puluh juta lebih, Rio gak ngerasa nyesek sama sekali, yang ada cuma excited. Mungkin gara-gara duitnya dateng terlalu gampang, makanya gak kerasa sakit ngeluarinnya.
Setelah semua dokumen beres, Rio tetep belum bisa bawa pulang mobilnya hari ini. Harus nunggu dua hari lagi.
Rio kasih alamat ke Fiona, suruh dia antar mobilnya langsung ke parkiran basement apartemen Sudirman. Begitu denger Rio tinggal di kompleks itu, pandangan Fiona ke Rio langsung naik beberapa tingkat.
'Nadya kok bisa sehoki ini sih dapet cowok kayak gini,' pikir Fiona dalam hati sambil senyum kecut.
Perceraian? Itu bukan minus, malah plus banget!
Nadya cuek aja sama tatapan iri Fiona. Sekarang dia lagi excited ngobrol sama Rio soal hal lain. Tadi abis gesek kartu, Rio nanya Nadya punya SIM atau enggak, begitu Nadya bilang punya, Rio langsung usul mampir ke dealer BMW di sebelah. Nadya gak goblok, langsung paham Rio mau beliin dia mobil.
Cowok sendiri yang mau belanjain, masa iya ditolak? Nadya udah mikir mau beli mobil apa. Dia orangnya tau diri, gak mau minta yang terlalu mahal. Bukan gak mau yang lebih bagus, tapi takut Rio nganggep dia serakah.
"Sayang, gimana kalau kita beli BMW seri 3 aja? Aku juga cuma pake buat pergi kantor pulang kantor doang. Seri 3 udah lebih dari cukup kok," usul Nadya sambil megang lengan Rio manja.
"Mendingan seri 5 deh. Seri 3 itu compact, kabin dalemnya sempit, gak beda jauh juga harganya," balas Rio santai.
"Terserah kamu aja, sayang!" jawab Nadya sambil cium pipi Rio.
Fiona yang ngeliatin interaksi mereka pengen muntah gara-gara iri. Kalau bukan gara-gara Rio klien gede dan masih ada peluang kerja sama lagi ke depannya, Fiona udah kabur dari tadi. Tapi sekarang? Terpaksa tahan.
Setelah mereka berdua selesai mesra, Fiona maju sambil senyum dipaksain. "Pak Rio, hari ini Bapak udah kasih saya komisi gede banget, gimana kalau saya yang traktir makan siang buat Bapak sama Nadya? Kebetulan saya juga kenal orang di dealer BMW. Bisa saya kenalin," tawar Fiona dengan nada excited palsu.
Rio ngelirik Nadya. Begitu Nadya ngangguk, Rio jawab singkat, "Boleh."
Meskipun Rio ngidam kaki jenjang Fiona, tapi bagaimanapun juga Nadya itu cewek pertama yang Rio sentuh setelah cerai, harus dikasih muka dikit lah.
Mereka bertiga pergi makan siang bareng. Mungkin buat bikin Rio terkesan, Fiona beneran keluar duit gede, dia pesen paket untuk tiga orang seharga satu koma lima juta. Jakarta emang kota besar, tapi biaya hidupnya gak semahal itu. Satu koma lima juta itu udah termasuk mahal banget.
Setelah makan kenyang, mereka langsung menuju dealer BMW. Pas masuk, suasananya masih ceria dan santai. Tapi begitu ketemu sales yang dikenalin Fiona, muka Rio langsung berubah jadi aneh. Temen-temen kuliah Rio dari dulu udah jarang ketemu. Sebelum dikeluarin dari grup, Rio juga udah lama gak liat mereka, tapi mereka kan bareng bertahun-tahun, pas gak ketemu mungkin lupa, tapi begitu liat langsung inget.
Rio senyum sinis sambil natap Hansen. Ini cowok yang pertama kali ngeluarin Rio dari grup alumni, posisinya wakil ketua kelas. Kalau Rio beneran judi atau gagal invest saham, yang malu pasti Rio sekarang, tapi kenyataannya Rio malah untung dua puluh miliar. Sekarang yang malu ya mereka-mereka.
Hansen bahkan gak berani tatap mata Rio. Mukanya nunduk penuh rasa bersalah. Nadya sama Fiona gak goblok, liat situasi kayak gini, langsung paham mereka kenal.
Nadya bisik ke Rio dengan nada khawatir, "Sayang, kenapa? Kalian kenal?"
Rio ngangguk sambil jawab santai, "Beberapa minggu lalu, dia yang pertama ngeluarin gue dari grup alumni."
Begitu denger itu, muka Nadya langsung dingin. Dia noleh ke Fiona sambil ngomong dengan suara agak keras, sengaja biar semua orang di toko denger, "Fe, ganti orang. Aku gak suka urusan sama orang yang karakternya bermasalah!"
Nadya ngomong dengan volume keras banget, semua yang ada di toko langsung denger.
Diserang secara publik kayak gitu, muka Hansen jadi pucat pasi bergantian. Tapi dia gak berani protes, kalau sampai bikin pelanggan marah, dia pasti langsung dipecat.
Hansen lagi dalam proses ngelamar cewek. Rencana tahun depan mau nikah, kalau dia kehilangan pekerjaan sekarang, pasti rencana pernikahannya ancur. Hansen cuma berdiri di situ kayak patung, mukanya penuh penyesalan, keliatan kayak pelanggan yang gak masuk akal lagi nyusahin dia.
Manajer toko denger keributan langsung lari keluar. Begitu liat Hansen lagi berhadapan tegang sama pelanggan, jantungnya langsung deg-degan.
Dia langsung berlari kecil sambil senyum lebar ke arah Rio. "Maaf sekali, Pak. Ada yang salah dengan pelayanan kami?" tanya manajer dengan nada sopan dan khawatir.
Nadya udah mau ngomong, tapi Rio nahan dia.
Rio senyum tipis sambil ngomong kalem ke manajer, "Gue sama dia ada masalah pribadi sedikit, gue gak nyaman liat dia sekarang. Bisa gak dia jangan muncul di depan gue dulu?"
Manajer langsung noleh ke Hansen tanpa ragu. "Hansen, kamu udah lama gak cuti kan? Gue kasih setengah hari libur. Pulang aja istirahat dulu."
Hansen mukanya kaku. Dalam hati gak rela banget, tapi dia cuma bisa ngangguk pasrah. Dia ngelirik Rio dengan tatapan penuh dendam sebelum akhirnya pergi.
'Mungkin dia lagi mikir soal jangan remehkan orang miskin atau semacamnya,' pikir Rio sambil senyum mengejek dalam hati.
Setelah orang yang mengganggu pergi, urusan jadi lancar. Rio suruh Nadya pilih warna yang dia suka, terus langsung pilih model top spec. Sayangnya mobil ini gak ready stock, harus nunggu seminggu lebih.
Ngeliat Rio gesek kartu puluhan juta tanpa kedip, Nadya sama Fiona ngerasa Rio kayak lagi bersinar.
Keluar dari dealer BMW, Fiona pamit balik kerja dengan berat hati, sementara Nadya malah excited narik Rio masuk hotel terdekat. Pas masuk, Nadya masih ceria. Pas keluar, dia harus dipapah Rio, tapi dari tatapan matanya yang penuh cinta ke Rio, jelas dia sangat puas sama performa cowoknya.
Setelah antar Nadya pulang pake taksi, Rio ikutan balik ke rumah sendiri. Begitu buka pintu masuk, Rio denger Kiara lagi telepon, mukanya gak enak, suaranya juga lebih keras dari biasanya, jelas banget lagi berantem sama orang. Yang bisa bikin Kiara marah cuma satu orang: mantan istri Rio.
Rio sengaja teriak keras biar kedengeran lewat telepon, "Kiara! Gue baru beli dua mobil nih! Terus dapet apartemen juga di Sudirman! Nanti kita bareng-bareng pilih furniture ya!"
Kiara sebenernya gak terlalu peduli soal rumah mewah atau mobil mahal, tapi Vanya beda.
Gara-gara punya sahabat yang gila harta, Vanya hapal luar kepala semua kompleks orang kaya di Jakarta. Mimpi dia dari dulu pengen tinggal di tempat kayak gitu. Sekarang denger mantan suaminya mau bawa adiknya sendiri sama anak mereka pindah ke kompleks elit, mental Vanya langsung jebol.
