NovelToon NovelToon
Cinderella N Four Knight

Cinderella N Four Knight

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Naruto / Nikahmuda / Romansa
Popularitas:252
Nilai: 5
Nama Author: Vita Anne

Hinata di titipkan pada keluarga Hashirama oleh ayahnya yang menghilang secara tiba-tiba.

Di sana, di rumah besar keluarga itu yang layaknya istana. Hadir empat orang pangeran pewaris tahta.

Uchiha Sasuke
Namikaze Naruto
Ootsutsuki Toneri
Kazekage Gaara

Akankan Hinata bisa bertahan hidup di sana?

Disclaimer : All Character belongs to Masashi Kishimoto. Namun kisah ini adalah original karya Author. Dilarang meniru, memplagiat atau mencomot sebagian atau keseluruhan isi dalam kisah ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vita Anne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. She Is Come(Again)

"Bagaimana rasanya? Saat kau membawa kehidupan baru di sini?" Tanya Naruto seraya mengusap perut rata Hinata dengan lembut di depan wajah~nya.

Pria itu tangah berbaring di pangkuan sang istri di sini. Di sofa ruang tengah Apartemen~nya. Setelah mereka kembali dari rumah sakit untuk mengecek kandungan tadi. Hanya inilah kegiatan keduanya.

"Entahlah! Aku tidak merasakan apapun! Mungkin nanti saat dia mulai  tumbuh besar. Perlahan, aku mungkin akan mulai merasa kesulitan. Sepertinya begitu."Sahut Hinata seraya memicingkan hidung~nya.

"Syukurlah, Kau hebat. Kau wanita yang begitu kuat! Aku khawatir terjadi sesuatu karena kejadian kemarin."

Hinata terdiam sesaat. Mendengar Naruto membicarakan hal yang terjadi kemarin membuatnya menghembus nafas dalam. Sebelum akhirnya dia bicara sembari mengusap rambut tebal sang suami di pangkuan~nya dengan lembut.

"Maaf! Kakek meminta untuk bertemu hari itu. Aku,.. tidak bisa menolak karena aku merasa bersalah pada~nya. Lalu... Dia menceritakan kejadian yang terjadi di masa lalu. Dan alasan dia menginginkan perjodohan itu terjadi." Ucap Hinata pelan seraya memejamkan matanya sejenak. Menarik nafas dalam agar dadanya yang terasa sesak bisa sedikit longgar.

Dia merasakan sakit yang menghujam hatinya ketika dia mengatakan itu semua. Dia belum siap dengan rasa bersalah~nya setiap kali dia mengingat akan hal itu.

"Apa yang Kakek ceritakan?" Tanya Naruto antusias.

Pria itu memberi jeda pada kalimatnya. Sebelum dia kembali bicara setelah melihat reaksi Hinata yang tengah berpikir keras atas pertanyaan~nya.

"Jangan di lanjutkan jika itu membuat mu tidak nyaman. Tapi... Akan lebih baik jika kau mengatakan semua yang kau pikirkan agar semuanya menjadi mudah. Kau tahu, memendam sesuatu yang menyakiti mu tidak akan membuat hidup mu lebih baik. Luka nya hanya akan semakin besar secara perlahan."

Hinata menatap pria itu sembari menarik sudut bibirnya perlahan. Menciptakan sebuah senyum kecil di sana. Dia mengecup bibir tebal sang suami di bawahnya dengan gemas.

"Sejak kapan kau mulai pandai bicara seperti ini huh? Dulu, kau begitu dingin dan menyeramkan. Kini kau bahkan bisa mengucapkan kata-kata panjang yang menyentuh seperti itu? Woahhh!! Kau punya kemajuan paling pesat di antara semua saudaramu Tuan Namikaze!" Ucap Hinata dengan binar kagum di iris bulan~nya.

Naruto tertawa lebar yang mencapai kedua matanya.

"Aku banyak belajar dari mu. Kau tahu, Saat pertama kali aku melihat mu. Kau begitu lemah juga kuat di sisi yang berbeda. Kau kuat karena kau berani berkata untuk bertanggung jawab seperti itu di usiamu yang masih begitu muda. Lalu, Kau lemah karena rasa bersalah mu."

"Umm!! Apa aku mengucapkan kata-kata yang aneh saat pertama kali datang ke rumah Kakek?" Tanya Hinata. Dia mencoba untuk mengingat apa yang terjadi beberapa bulan lalu. Ketika dia pertama kali datang ke sana, ke rumah keluarga Hashirama.

Naruto menggelengkan kepalanya.

"Tidak! Saat itu, saat usia mu jauh lebih muda dari ini! Saat kecelakaan yang kalian alami. Kau dan sasuke. Mungkin kau belum mengenal atau bahkan kau belum pernah bertemu dengan ku. Tapi aku ada di sana. Melihat mu yang tengah menangis dan memohon pada istri korban. Aku terus menemani Sasuke di rumah sakit saat itu."

Jelas Naruto panjang lebar. Hinata tercekat atas penjelasannya.

Jadi, saat itu Naruto sudah melihatnya?

"Lalu, mengapa tidak menyapa ku jika kita sudah bertemu dulu?"

"Aku bukan pria yang mudah dekat dengan orang lain! Lagipula Kakek menyuruhku dan Sasuke untuk menjauh dari Segala hal yang berhubungan dengan kasus kecelakaan itu untuk sementara."

"Lalu, apa yang kau lakukan di sana? Bersama Sasuke?"

Naruto berpikir sejenak.

"Hari itu adalah hari yang penting! Rumah sakit dan pabrik akan beroperasi untuk pertama kali secara bersamaan. Dulu, Ayah kami mengelola keduanya bersama-sama. Aku sudah menjalani tahun kedua ku sebagai dokter magang saat itu bersama Sasuke. Dan Kakek meminta kami banyak belajar tentang bisnis dan rumah sakit. Dulu, Kami cukup dekat!"

Hinata tertegun, mendengar penjelasan Naruto yang jauh berbeda dengan keadaan sekarang membuat dia bertanya-tanya.

"Lalu, apa yang membuat hubungan kalian memburuk? Jika kalian bisa sedekat itu dulu?"Hinata kembali berpikir."Apa mungkin karena harta? Atau wanita? Atau keduanya? Lalu kenapa kau berhenti menjadi dokter?" Tanya Hinata dengan wajahnya yang polos.

Naruto terkekeh mendengar rentetan pertanyaan yang terlontar dari sang istri. Dengan polosnya semua pertanyaan itu terlontar dari bibir~nya yang kecil. Dia bahkan tidak menimbang lagi apa kata-katanya pantas untuk di ucapkan atau tidak.

"Harta bukanlah hal yang penting untuk seorang anak muda yang sedang belajar dan meniti karir."Jawab Naruto seraya berpikir."... Mereka hanya butuh pengakuan bahwa mereka mampu dan bisa! Lalu... Saat kau hampir menyentuh garis finish. Seseorang meminta mu untuk berhenti dan mengalah! Bagaimana perasaan mu jika itu terjadi?"

"Um..." Hinata berpikir keras atas pertanyaan Naruto tadi."Aku pikir, aku tidak akan perduli! Jika aku yakin aku mampu. Aku tidak akan menyerah meski orang-orang meminta ku untuk mundur. Bahkan jika semua orang berpikir aku tidak mampu. Aku tidak akan mau mengalah atau mundur. Setidaknya sampai aku tahu batas kemampuan ku sendiri saat itu."

Naruto terkikik geli seraya mengusuk rambut gadis itu gemas.

"Kau lebih baik dari ku! Kau punya Segala yang tidak aku punya kecuali Uang! Kau berani mempertahankan keyakinan mu. Kau berani berjalan dengan cara mu sendiri. kau bicara menurut hati mu. Di saat aku harus selalu memikirkan permintaan Kakek dan mengabaikan hidup ku sendiri sejak dulu."

Hinata tersenyum lebar Meski kini hatinya tercekat. Mendengar semua keluh kesah Naruto saat ini. Dia tahu pria ini telah banyak melalui hal sulit. Meski dia tidak bercerita banyak tentang kisah~nya. Namun, semua yang tersirat mengatakan bahwa dia pria kuat yang telah melalui banyak hal yang menyakitkan.

Menjadi cucu Kakek tidak selalu mudah atau indah seperti yang kelihatan. Benar apa yang cucu ketiga Kakek ceritakan saat itu. Otsutsuki Toneri, Saat dia memilih untuk menjadi dirinya sendiri. Meski hanya sesaat. Setidaknya dia bisa bernafas dengan lega dan mencoba banyak hal yang dia inginkan.

Hinata mendesah lelah.

"Kau bisa bercerita pada ku mengenai apapun mulai sekarang. Masa lalu mu mungkin berat. Tapi itu sudah berlalu bersama waktu yang juga sudah berjalan kedepan."Ucap Hinata seraya mengusap pipi Naruto yang kini memejamkan kedua mata~nya.

Merasakan sentuhan lembut jari jemari sang istri menyentuh wajahnya yang hangat. Hinata hanya berusaha memberikan ketenangan yang dia butuhkan.

"Rasa yang tertinggal hanya akan meninggalkan luka. Kita akan melangkah bersama mulai sekarang. Benarkan?"Tanya Hinata lagi.

Naruto membuka mata~nya seraya tersenyum lebar yang mencapai kedua mata~nya. Dia tidak pernah merasa bisa hidup se nyaman ini. Kehadiran Hinata di sini membuat dia menyadari banyak hal yang sudah dia lupakan sejak dulu.

Banyak hal yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata atau bahkan sebuah ungkapan cinta. Ini tentang rasa yang sebelumnya tidak pernah ada. Rasa tenang dan nyaman saat bersama~nya.

"Ya! Tentu saja!" Jawab pria itu sembari kembali memejamkan mata~nya dan dia mengusap kedua belah pipi hangat sang istri dengan lembut.

...°°°...

Sebuah pintu besar terbuka, menampilkan kedua orang Pria yang sedang berdiri di sana seraya menatap pemandangan yang ada di luar jendela. Kedua pria itu segera menoleh ketika dia melihat kehadiran seseorang yang bergabung bersama mereka di ruang ini.

"Lama menunggu ku?" Sebuah suara yang terdengar lembut di iringi sebuah senyum singkat menyapa kedua orang pria yang ada di sana.

Seorang wanita dengan dandanan Kasual melangkah masuk ke dalam dengan anggun. Iris lavender dan rambutnya yang pirang menambah kesan Classy yang bernilai pada dirinya.

"Selamat datang kembali!" Ucap pria itu, Toneri. Dia mengosongkan jadwalnya untuk hari ini karena dia memiliki janji temu dengan wanita itu. Yang pernah menjadi bagian keluarga mereka sebelumnya.

"Kau terlihat luar biasa. Seperti biasanya, Shion!" Sambung salah satu pria yang lain. Dia Gaara yang juga ikut hadir di sana.

Wanita itu tersenyum lebar memperlihatkan barisan giginya yang rapih.

"Terima kasih!"Sahut nya singkat dengan anggun seraya duduk di sofa yang ada di tengah ruangan.

Dia seorang supermodel yang juga seorang artis terkenal. Siapa yang tidak mengenalnya. Dia Shion, wanita yang bisa meluluhkan hati siapa saja dengan pesona~nya yang Anggun.

Wanita itu mengedarkan pandangan~nya. Mencari sosok lain yang seharusnya hadir di sana.

"Dimana Sasuke? Naruto?" Tanya wanita itu penuh tanya. Dia melirik Toneri maupun Gaara bergantian."... Apa mereka tidak akan datang untuk menyambut ku?"

"Sasuke punya jadwal sibuk di rumah sakit. Kau seharusnya meneleponnya secara pribadi agar dia mau datang." Sahut Toneri yang juga ikut menjatuhkan dirinya di sofa di depan Shion.

"Dia tidak akan mengangkat panggilan dari ku!" sahut gadis itu datar.

Wanita bermanik lavender tersebut bicara seraya mengangkat ponselnya. Dia punya aura yang sama seperti cucu kakek. Aura wanita anggun yang dingin.

"Kau pergi terlalu lama, sehingga dia mulai membuat masalah." sambung Gaara yang juga ikut duduk dengan santai sembari mengangkat kedua kakinya."... Aku harus menonton jadwal pacuan kuda hari ini." desis pria itu pelan.

Pria itu mengambil ponselnya dan mulai fokus pada apa yang ada di sana.

"Bagaimana dengan Naruto? Apa dia tahu aku kembali?" Tanya Shion acuh.

"Dia sedang bersama istri dan calon bayi~nya." sahut Toneri datar seraya memperhatikan expresi Shion yang langsung terdiam.

Wajah tercekatnya tidak bisa dia sembunyikan saat ini. Meski dia mencoba untuk bersikap biasa. Namun, dahinya yang terangkat mengatakan dia tidak senang dengan kabar yang baru saja dia dengar.

Istri? Calon bayi? Apa mereka bercanda? Apa dia telah Banyak tertinggal informasi tentang apa yang terjadi di sini?

"Kenapa? Kau terkejut? Kau tidak mendengar apapun karena terlalu jauh. Bahkan mengenai perjodohan yang kakek rencanakan! Yaa, kakek memang tidak pernah bicara apapun pada mu, iya kan?!" Sambung Toneri lagi.

"Banyak yang terjadi belakangan ini. Kau akan terkejut mendengar semuanya." sambung Gaara datar tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel.

Shion tertawa hambar atas apa yang baru saja dia dengar. Jika Toneri yang mengatakannya secara langsung. Maka, tidak ada alasan lagi untuk tidak percaya pada apa yang baru saja dia dengar.

"Dia telah menikah? Lalu perjodohan? "Tanya wanita itu terkekeh sarkas. Meski dia terkejut, dia memilih untuk memasang wajah biasa di depan Toneri dan Gaara. Meski jelas terlihat expresi kecewa di wajah cantik~nya."Aku benar-benar merasa seperti orang asing sekarang."

"Kau pergi terlalu lama!" Desis Toneri sarkas. Sebelum akhirnya dia kembali bicara."... Bagaimana hidupmu di Paris? Apa semua berjalan lancar?"

Shion kembali pada expesinya yang dingin. Dia dengan mudah menyesuaikan raut wajah~nya.

"Seperti yang kau lihat! Hidup membosankan yang ku jalani belum berakhir."

"Kau akan tinggal dimana setelah kembali ke sini?" Tanya pria itu lagi.

"Aku punya Apartemen yang bisa aku tempati di sini. Meski orang tua ku berbisnis di Prancis aku tetap punya aset di sini." Sahutnya datar.

"Kau bisa kembali ke rumah kami jika kau mau." Sambung Gaara."Aku akan bicara pada kakek soal itu."

Shion berpikir sejenak sebelum akhirnya dia bicara.

"Dimana Naruto tinggal?" Tanya gadis itu singkat seraya mencari sesuatu di tas kecil~nya.

Pertanyaan itu membuat Toneri maupun Gaara terdiam dan mereka menatap wanita itu bersamaan.

"Kenapa? Aku hanya bertanya! Apa ada yang salah?" Tanya wanita itu santai.

Toneri menaikan sebelah alisnya sebelum akhirnya pria itu menjawab. Benar! bagaimanapun juga, dulu, mereka semua adalah sahabat!

"Keadaan rumah sedang tidak baik! Naruto memilih untuk tinggal terpisah bersama istri~nya."

Shion tidak menjawab lagi apa yang baru saja dia dengar.

"Aku lapar, bisa kita makan malam sekarang?"

Tanya gadis itu seraya tersenyum lebar pada Toneri dan Gaara.

...°°°...

0xxxxx

Aku kembali! Bisa kita bertemu?

Sebuah pesan dari nomer tidak di kenal terpampang di layar ponsel~nya. Naruto berpikir sejenak sebelum akhirnya dia menutup layar ponsel~nya.

"Ada apa?" Tanya Hinata seraya mengiris beberapa sayuran di atas meja di dapur."Apa ada sesuatu yang penting?"

Celemek yang tersampir di depan tubuhnya membuat dia terlihat begitu imut. Dia tengah memasak makanan untuk makan malam mereka sore ini.

Sebelumnya, sang suami juga ikut membantu sampai suara ponsel~nya membuat pria itu beranjak.

Naruto kembali menaruh ponselnya. Pria itu tersenyum lebar sembari menghampiri sang istri dan memeluk tubuh~nya dari belakang. Tubuh tinggi pria itu membuat Hinata terlihat benar-benar kecil di dalam pelukan~nya saat ini.

"Bukan sesuatu yang penting!" Ucap Naruto seraya memberi kecupan-kecupan singkat di pipi Hinata hingga ke tengkuk yang membuat perempuan itu menggeliat geli.

"Hentikan! Aku sedang memegang pisau! Ini berbahaya!" Ucap Hinata seraya terkikik geli.

"Pisau tidak membuat ku takut Nyonya Namikaze! Aku lebih takut kehilangan mu!"

Kata-kata pria itu berhasil membuat Hinata membuka tawanya lebar-lebar.

"Haha!! Keduanya bisa membunuh mu kan?"Sahut Hinata tertawa lebar seraya menangkup pipi sang suami di belakangnya. Berusaha menghentikan kegiatan pria itu yang masih menganggu~nya."... Sudahlah! Jangan berisik! pergilah! Aku harus menyelesaikan ini"

Naruto menggeleng sarkas. Dia masih asik dengan kegiatannya memeluk tubuh Hinata dan kini dia mengecupi pucuk kepala sang istri dengan lembut.

"Kau harus minum obat kehamilan mu dengan teratur. Kalian harus tumbuh dengan sehat." Ucap Naruto seraya mengusap perut Hinata pelan.

"Baiklah! Baiklah Pak dokter! Kau bukan dokter kandungan kan? Tapi kau lebih cerewet dari dokter kandungan yang kita kunjungi tadi."

"Aku hanya ingin memastikan kalian sehat." Sangkal Naruto cepat.

Hinata menoleh, dia mencium pipi sang suami yang ada di perpotongan lehernya seraya tersenyum lebar.

"Aku mengerti!"Bisiknya seraya memicingkan hidung.

Naruto tercekat atas apa yang baru saja istrinya lakukan.

"Cepat selesaikan ini dan ayo kita pergi tidur! Aku merindukan mu!" bisiknya kembali menghujani pipi Hinata yang merona merah sejak tadi.

"Hentikan, hey!!" Protes Hinata seraya terkikik geli dan menggeliat. Menghindari serangan Naruto yang kembali menghujani pipinya dengan kecupan-kecupan singkat."... Ini bahkan masih sore! Kau akan terjaga hingga malam jika tidur sekarang Tuan Namikaze!"

"Bukan tidur yang seperti itu."Sangkal Naruto sembari menyusupkan kembali wajahnya di perpotongan leher Hinata.

"Apa itu? Hah?"Tanya Hinata dengan wajah polosnya sembari terkekeh.

Meski hanya ada mereka berdua di sini. Semua terasa lebih menyenangkan dan menenangkan. Hinata bersyukur keadaan mulai membaik. Meski kedepannya semua mungkin tidak semudah saat ini.

To be continuef

1
Aisyah Suyuti
menarik
Aisyah Suyuti
menarik
Novita ariani: terima kasih sudah mampir. semoga bersedia mengikuti kisah ini sampai akhir💙
total 1 replies
Kamiblooper
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Novita ariani: makasih banget udah suka😍😍😍
di tunggu chapter selanjutnya ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!