"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Dimalam yang penuh sukacita, para pelayan-pelayan Bellvana menyiapkan acara makan malam dengan sangat baik. Mereka menata ruangan tersebut dengan begitu indah. Sudut-sudut ruangan berhiaskan berbagai macam bunga hidup, yang berasal dari daerah-daerah tertentu.
Yarana mengamati ruangan yang penuh dengan berbagai dekorasi cantik itu. Seluruh bangsawan yang hadir menunggu kedatangan yang mulia raja. Ratu Reviya, Regina, Viola juga Nares sudah tiba di ruangan tersebut. Namun, Yarana tak melihat pangeran Leano yang sejak tadi dibicarakan. Detektif pikir, mungkin saja pangeran Leano akan datang bersama yang mulia raja Bellvana. Didalam bisingnya pikirannya, Yarana tanpa sengaja memutuskan duduk disamping pangeran Nares.
“Ibunda, lihatlah! Sepertinya semakin hari, mereka semakin dekat saja.” Bisik Viola pada ibunya, membuat hati Regina sedikit remuk mendengarnya.
“Tenanglah, Ibu pastikan kakakmu Regina, akan bisa dekat dengannya.” Ratu Reviya membalas bisikan Viola, kemudian ia memberikan tatapan yakin pada Regina.
Regina sedikit lega, walau sambil mencengkram gaun miliknya dikarenakan rasa irinya pada Yarana.
Seluruh bangsawan yang ada terus saja berdiri menunggu kedatangan yang mulia raja untuk memulai makan malam.
Drapp.. drapp.. terdengar beberapa langkah yang tidak lain berasal dari penguasa kerajaan Bellvana. Saat yang mulia raja memasuki ruangan, terlihat seorang bangsawan yang sedang membawa bunga ditangan kanannya.
Bangsawan itu memiliki mata hijau yang gelap, sesekali berkilau bila terkena cahaya lilin yang menerangi ruangan dari berbagai arah. Tingginya kurang lebih sama dengan Nares, hanya saja memiliki potongan rambut yang lebih pendek, serta warna kulit yang jauh lebih terang dari Nares.
“Itu adalah pangeran Leano.” Bisik Nares pelan. Yarana hanya menjawab dengan mengedipkan mata satu kali pada Nares, semacam isyarat mengerti.
“Selamat malam, para bangsawan Bellvana.” Raja Bellvana menyapa seluruh yang hadir di ruangan dengan berbahagia.
“Selamat malam. Hormat kami yang mulia raja.” Para bangsawan yang hadir mengucapkannya dengan sedikit menunduk. Raja tersenyum lebar, tanda bahwa ia menerima salam dan hormat dari bangsawan yang hadir.
“Mari pangeran Leano, silahkan bergabung dengan kami!” Seru yang mulia raja dengan penuh hormat.
“Terima kasih Yang Mulia, ini sebuah kehormatan bagiku.” Pangeran Leano menerima ajakan yang mulia raja, dan mengikuti langkahnya. Karena pangeran Leano adalah seorang tamu yang sedang berkunjung, maka ia akan duduk tidak jauh dari yang mulia raja.
Seluruh bangsawan yang ada memulai acara makan malam mereka, setelah yang mulia mulai menyantap makanan. Suara sendok dan pisau kecil yang mereka gunakan untuk memotong daging, beradu dengan merdu sebab cara makan mereka yang elegan. Semuanya makan dengan begitu anggun, kecuali Yarana. Terkadang ia sedikit kesusahan bila harus memotong makanan dengan pisau kecil begitu(Biasanya ia menggunakan garpu dan sendok didunia asalnya).
Di Sela-sela kegiatan makan malam berlangsung, Ratu Reviya mengatakan sesuatu pada pangeran Leano.
“Wah, bunga yang kau bawa cantik sekali.” Ratu Reviya menegur sekuntum bunga yang sejak Leano duduk, dipegang oleh pelayannya.
“Oh ya, aku hampir lupa. Terima kasih anda telah mengingatkanku.”
“Ini adalah bunga yang telah disiapkan untuk putri Yarana.” Ujarnya sambil mengambil alih bunga yang dipegang oleh pelayannya.
“Apa aku boleh memberikan bunga ini untuk putri Yarana, Yang Mulia.” Leano meminta izin lebih dulu.
“Ya, ya tentu saja. Silahkan, berikan padanya.” Yang mulia raja berujar dengan tersenyum.
“Ini untukmu putri Yarana. Aku menanam dan memetiknya khusus untukmu.” Leano menyerahkan sekuntum bunga yang sejak awal ia siapkan.
“Ah, ya. Terima kasih, pangeran Leano.” Yarana dengan ragu-ragu menerima bunga tersebut. Entah kenapa, hatinya merasa tidak nyaman.
Setelah Yarana menerima bunga tersebut, para bangsawan kembali menghabiskan makan malam mereka dengan beberapa obrolan santai. Diantara orang-orang yang sedang bercakap-cakap ini, ada seseorang yang sedang menahan rasa protesnya.
“Bohong sekali, mana ada bunga-bunga seperti itu tumbuh disana.” Nares berceloteh kecil dihatinya. Daerah Pellvanna memiliki tanah yang kurang subur. Jadi, tak mungkin ditanami oleh sebuah bunga, apalagi yang menanamnya adalah seorang pangeran yang manja.
******
Setelah acara berakhir, para bangsawan telah kembali ke kamar mereka masing-masing.
Begitu juga dengan ratu Reviya beserta anak-anaknya. Ibu dan anak itu berkumpul disebuah ruangan membahas sesuatu yang penting.
“Ibu, kenapa semua orang yang ada didunia ini harus menyukai Yarana.” Viola mengomel kecil dikamarnya.
“Benar, entah itu pangeran Nares, pangeran Leano, semuanya menyukai Yarana.”
“Apa dia se-istimewa itu?” Regina menimpali ucapan Viola yang juga sama kesalnya dengannya.
Sementara ratu Reviya hanya tersenyum penuh arti seraya menyelesaikan bidak caturnya.
“Ibunda..”
“Ibu, kenapa ibunda hanya diam sejak tadi.” Regina menatap ibunya dengan kesal. Viola juga sama herannya dengan kakaknya. Ibu mereka sejak tadi hanya fokus pada bidak catur yang ada dihadapannya.
“Putriku, bila kalian ingin mengalahkan bidak ratu, maka kalian harus membawa bidak ratu pada posisi yang jelek. Bisa menjebaknya menggunakan pion atau kuda agar ia harus mundur atau bahkan membuka sebuah cela.” Ratu Reviya menggeser sebuah pion yang membuat kondisi seorang bidak ratu terjebak dalam permainan catur.
“Ibunda, kami sedang tidak membahas permainan catur ini.” Viola menatap ibunya tak mengerti.
“Ibunda tahu. Bidak ratu ini, ibarat Yarana. Karena dirinya sekarang lebih kuat, maka kita harus memancing dirinya, agar terjebak dan lemah.” Ratu Reviya menatap kedua putrinya yang sedang duduk dihadapannya.
“Apa maksud ibu?” Regina sama sekali tidak paham dengan rencana ibunya.
“Bukankah kalian sudah bertemu dengan pangeran Leano tadi?” Ratu Reviya mengajak dua putrinya untuk berpikir.
“Iya ibunda, lalu ada apa dengan pangeran Leano?” Regina bertanya dengan sedikit ragu.
“Kalian pikir, pangeran Leano datang tanpa tujuan dan hanya untuk mengharapkan cinta yang tulus dari Yarana?” Setelah mendengar ucapan ratu Reviya, anak-anak nya sedikit mengerti kenapa ibu mereka terlihat begitu santai.
“Jadi, ibu yang meminta pangeran Leano mendekati Yarana?” Regina menebak rencana ratu Reviya.
“Benar.”
“Tapi kenapa ia mau bu?” Regina tahu, ibunya pasti telah menawarkan sesuatu pada pangeran Leano.
“Ibu menawarkan kekuasaan yang ada didaerah benteng pertahanan Cillvana.” Ratu reviya menjawab sambil meneruskan permainan caturnya. Benteng pertahanan Cillvana adalah salah satu benteng berharga milik raja Bellvana. Benteng tersebut sangat bersejarah, sebab penaklukan benteng itu, adalah awal persatuan seluruh kerajaan-kerajaan yang ada di kota Bellvana.
“Tapi, bukankah itu perjanjian berbahaya bu. Benteng tersebut telah ditaklukkan oleh yang mulia raja Bellvana.” Viola menyahut percakapan ibu dan saudarinya itu.
“Percayalah, ibunda bisa mengatasi hal tersebut.” Balas ratu Reviya. Mendengar hal tersebut, sebuah senyuman penuh kemenangan tergambar diwajah Regina dan Viola.
Plakk.. ratu Reviya berhasil menjatuhkan bidak raja setelah mengalahkan bidak ratu.
***bersambung*
Author: Terima kasih buat yang sudah baca. Neomu neomu kamsahamnidaaa...
💙💙 love from author magang:) joahandago yeoreobun..
😁🔥