Fiona Amartha Dawson, hidup berdua dengan kakak perempuan seibu di sebuah kota provinsi pulau Sumatera yaitu kota Jambi.
Jemima Amelia Putri sang kakak adalah seorang ibu tunggal yang bercerai dengan suaminya yang tukang judi dan suka melakukan kekerasan jika sedang marah.
Fiona terpaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal secara mendadak karena suatu insiden guna menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang perempuan lajang.
AKBP Laksamana Zion Nugraha tidak menyangka akan menikahi gadis gemoy yang tidak ia kenal karena ketidakadilan yang dialami gadis itu. Niatnya untuk liburan dikampung kakak iparnya menjadi melenceng dengan menjadi seorang suami dalam sekejap.
Bagaimana reaksi Fiona saat mengetahui jika suami yang ia kira laki-laki biasa ternyata adalah seorang kapolres muda di kota Medan?
Akankah ia bisa berbaur pada kehidupan baru dikalangan ibu-ibu anggota bhayangkari bawahan suaminya dengan tubuhnya yang gemoy itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta izin istri
Buenos Aires, malam hari
Tok, tok, tok...
Suara ketukan pada daun pintu terdengar jelas ditelinga seorang pria paruh baya dengan pangkat dan kedudukan yang tinggi di Organisasi besar dunia yang mempunyai kantor cabang di kota ini.
"Masuk," sahut pria itu dari dalam ruangannya.
Pintu terbuka dari luar lalu masuk seorang pria dengan pakaian dinas lengkap dengan pangkat di lengan tangannya berjalan tegap dan memberikan hormat seorang prajurit.
"Lapor, Jenderal! Anda memanggil saya?" tanya pria itu dengan tubuh tegap dan kepala tegak berdiri dihadapan pria yang ia panggil Jenderal.
"Tidak usah terlalu serius, Mayor! Duduklah disofa sana karena pembicaraan penting ini tidak bisa dibawa serius dan tegang begitu," jawab sang Jenderal sambil bangkit dari kursinya menuju sofa yang ia sebutkan tadi.
Mayor Andreas Zero Dupont, salah satu bawahan yang tidak bisa dianggap remeh karena dedikasinya yang luar biasa pada lembaga Organisasi rahasia ini sejak baru diangkat menjadi Komandan rahasia pasukan khusus. Salah satu anak buahnya yang paling kompeten dan jenius memilih resign dengan usia yang relatif muda karena alasan tertentu.
Mayor Dupont duduk mengikuti sang Jenderal dan masih diam menunggu sang Jenderal memulai pembicaraan mereka.
"Panglima Tertinggi beberapa jam lalu baru saja bertemu dengan Menteri Pertahanan guna membahas buronan yang menjadi berita penting dalam lembaga kita baru-baru ini! Ada dugaan jika buronan tersebut memasuki wilayah Asia untuk menjadi tempat ia bersembunyi. Dugaan nya mengarah ke Asia Tenggara yaitu Indonesia karena disana masih banyak pulau-pulau kecil dan terpencil yang menjadi sasaran para penjahat internasional untuk bersembunyi. Panglima mengirimkan tugas padaku untuk meminta salah satu orang terbaik kita untuk datang ke Indonesia khususnya ke Bali untuk bertemu dengan pihak Intelijen negera tersebut dalam pertemuan tertutup. Aku merekomendasikan anda Mayor Dupont untuk tugas ini. Anda bisa membawa satu bawahan yang menemani tugas ini karena anda adalah orang terbaikku dalam setiap misi. Apakah anda bersedia, Mayor?" ucap Jenderal Felix Albert Blake dengan panjang lebar sembari menanyakan kesediaan pria itu.
"Anda terlalu memuji, Jenderal! Padahal orang yang anda katakan terbaik itu tidak lain sudah resign beberapa tahun lalu dan itu adalah keponakan anda sendiri," sahut Mayor Dupont dengan sengaja menyindir sang Jenderal.
"Hahahaha, rupanya kau masih dendam karena aku mengabulkan resign bawahan terbaikmu itu!" kekeh sang Jenderal yang tidak merasa tersinggung dengan sindiran Mayor Dupont.
"Tentu saja! Karena anda saya kehilangan orang terbaik saya dan membuat keadaan kelompok rahasia Organisasi kita kacau balau karena pilar kebanggaan kita hilang tanpa meninggalkan jejak!" sahut Mayor Dupont mengeluarkan semua keluhannya.
"Ya, aku tahu! Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena anak itu begitu pintar memutar balikkan kata-kata sehingga aku terjebak dalam perkataan nya dengan imbalan pengunduran dirinya," balas Jenderal Blake dengan sedikit menyesal.
"Sudahlah, semua sudah terjadi! Saya akan melaksanakan perintah Jenderal dan akan pergi dengan membawa Letnan Grace Catherine Torres dalam misi ini!" sahut Mayor Dupont dengan pasrah dan mengiyakan tugas yang diberikan padanya.
"Ck, bilang saja kau mau sekalian liburan dengan istrimu!" cibir Sang Jenderal dengan memasang wajah sinis.
"Hehehehe, lumayanlah sekalian bekerja sambil liburan tipis-tipis!" kekeh sang Mayor dengan tersenyum lebar mendengar cibiran sang atasan.
"Hais, ini berkas orang-orang yang akan kau temui dalam pertemuan itu, dan dia juga bukan orang sembarangan," ucap Jenderal Blake dengan memberikan sebuah map diatas meja.
Mayor Dupont meraih map tersebut dan membukanya. Matanya menelisik tajam nama-nama dan informasi yang tertera dalam berkas tersebut.
"Ajun Komisaris Besar Polisi Laksamana Zion Nugraha! Wow, luar biasa sekali sudah menduduki jabatan tinggi dengan usia yang masih muda! Kemenangan dalam operasi besar PBB di Suriah adalah kerja keras beliau sebagai Komandan pasukan rahasia sebelum ia mengundurkan diri dari pasukan khusus tersebut," komentar Mayor Dupont dengan penuh kekaguman saat membaca isi map tersebut.
"Anak muda seperti itu yang sangat dibutuhkan oleh lembaga-lembaga Intelijen seperti kita untuk membasmi para penjahat internasional! Tapi, kenapa kisahnya mirip sekali dengan Pilar emas kita yang juga mengundurkan diri disaat namanya dipuncak kejayaan?" tambah ia lagi dengan penuh tanda tanya.
"Pemikiran anda benar, Mayor! Entah kenapa begitu mendapatkan informasi tentang siapa pria ini membuat aku seperti merasa ada yang menuntun kita padanya. Seolah-olah ada magnet yang menarik jika berhubungan dengan pria itu maka kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari yang kita inginkan," sahut Jenderal Blake ikut berkomentar.
"Itu bisa jadi, semoga saja isi pertemuan nanti kita bisa tahu titik terang dari masalah yang kita hadapi saat ini," ucap Mayor Dupont dengan harapan yang tinggi.
🌺🌺🌺
Kantor Polrestabes Medan.
Fiona dan Zion keluar dari ruangan unit administrasi di Kantor Polrestabes Medan dengan tersenyum lega.
"Alhamdulilah, berkas pengajuan kita sudah masuk! Mudah-mudahan bisa keluar sebelum pergi tugas minggu depan!" ucap Zion dengan wajah lega sambil terus menggenggam tangan sang istri.
Saat ini mereka berjalan menuju ruang kerja pria itu dilantai tiga.
"Iya, Mas! Mudah-mudahan sidang BP4R nanti bisa berjalan dengan lancar dan aku bisa jawab pertanyaan nya dengan baik. Eh, ngomong-ngomong Mas ada tugas apa minggu depan?" sahut Fiona sambil menoleh bertanya pada sang suami.
"Semalam Mas mau ngomongin masalah ini sama kamu, Dek! Tapi melihat kamu udah ngantuk banget, Mas urung bicara masalah ini. Minggu depan Mas diminta untuk pergi ke Bali karena ada pertemuan dengan pihak Intelijen luar negeri untuk membahas masalah internasional yang berhubungan dengan negara kita. Mas mau minta izin kamu karena Mas pergi lagi ninggalin kamu sendiri disini," jawab Zion dengan wajah sendu menatap sang istri.
"Ya Allah, Mas! Ya gak apa-apa kalau kamu pergi dinas keluar kota, kan ini bukan main-main. Ini menyangkut dengan keadaan negara kita yang tidak bisa dianggap sepele," sahut Fiona dengan bijak dan pengertian.
Grep!
"Eh, Mas!" pekik Fiona sedikit kencang karena kaget tiba-tiba Zion memeluk tubuhnya di tempat umum meskipun tidak banyak anggota polisi yang lalu lalang.
"Ekhem, Ndan! Maaf, disini masih banyak yang jomlo, jadi mohon pengertiannya untuk tidak mengumbar kemesraan!" celetuk Satria yang berdiri di belakang keduanya.
Bersambung...
biasalah tebak2 gak berhadiah 😀