Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.
Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.
Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.
Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa yang Tak di Hibau dan Bisikan Hati Yang Terdengar Lirih.
.
.
Beberapa hari belakangan ini sudah turun hujan dengan intensitas yang rendah namun tidak ada hentinya secara terus menerus. Suhu udara begitu dingin bahkan lebih dingin dari pada biasanya.
Terlihat gadis itu tengah meringkuk dalam selimut tebalnya di atas ranjang yang telah berantakan pada ruangan bernuansa biru miliknya itu.
Tubuhnya kembali bergoyang kuat akibat menahan rasa dingin in, bahkan giginya terus bergemeletuk dari bibir mungil yang tampak pucat bahkan hampir membiru.
Untuk dirinya....
Hari-hari seperti ini, dia harusnya sudah terbiasa.
Tubuhnya terlalu lelah...
Dia bahkan merasakan tidak memiliki tenaga sedikit pun saat ini.
Tubuhnya benar-benar terasa berat dan dingin.
UUUhhh.....
Sial....
Benar-benar tubuh sialan!!!
Kenapa hari terus-terus saja hujan tanpa henti!
Tuhan!!!!
Dengan samar dia dapat mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah kamarnya itu. Dia tidak tahu siapa itu, karena dirinya bahkan tidak memiliki cukup tenaga untuk menggunakan otaknya hanya untuk berpikir.
Uuuhhhh.....
Tak lama terdengar ketukan pelan dari pintu kamarnya itu. “Dek?” panggil sang ibu dari seberang sana dengan cukup kuat.
Suara yang cukup kuat bahkan berhasil membuat kedua telinga dirinya berdengung kuat dan menambah sakit kepalanya.
“Dek? Sudah bangun dek?” panggil sang Ibunda lagi, sedikit lebih keras.
Uhh.....
Bisakah ini semua segera berhenti?
“Ada apa bu?” jawabannya dengan suara serak, berusaha bangkit dari tidurnya.
Seketika dunia terasa berputar dengan cepat, pandangannya tidak jelas, dan rasa mual begitu kuat hingga membuatnya susah bernafas.
UUuhhhh........
Gagang pintu itu bergerak dengan sedikit kasar. “Dek?” panggil wanita yang ada di seberang pintu itu lagi.
“Sebentar bu....” dengan tertatih dia meraih kunci pintu kamarnya, membukannya dengan perlahan, hingga menampilkan sosok wanita paruh baya yang sendari tadi berdiri di depan pintu kamarnya.
“Sudah bangun kamu?” dia bisa merasakan pandangan yang kurang mengenakkan itu di lemparkan dari sang ibunda di hadapannya. “Tidak pergi keluar juga hari ini?”
Revander menggeleng pelan. “tidak bu...”.
Sang Ibunda masih menatap dirinya dengan pandangan aneh, namun menilai dalam dan itu membuatnya tidak nyaman. “Ada apa memangnya bu?” tanya gadis itu lagi berusaha mencari lebih tahu tujuan dari datangnya sang Ibu ke kamar pribadinya.
Walaupun dia sudah tahu pasti alasan sebenarnya akan kedatangan wanita itu.
“Ya sudah, walaupun kalu tidak keluar lagi hari ini, pergilah berbesih diri, jangan di kamar dan tertidur terus.”
Uuuhh....
Seperti yang sudah di duga bukan?
“Iya bu, sebentar lagi adek mandi. Harinya masih terlalu pagi, dan air masih dingin sekali untuk adek mandi.” Sang gadis berusaha memberi sedikit penjelasannya, kepada sang ibunda dengan nada sepelan mungki, seakan setiap kata demi kata yang keluar dari mulutnya itu....
“Kamu ini anak gadis Reva!!! Jangan malas-malas dan harus tetap rapi walaupun di rumah!!!”
Ah.....
Ini akan mulai kembali bukan?
“Umur sudah hampir dua puluh lima, tapi kelakuanmu masih sama saja tidak berubah, sudah sana bangun mandi dan pakai-pakaian yang rapi.” Titah wanita itu sambil berjalan meninggalkan dirinya yang kini tengah bersandar lemah pada pinggiran rangka pintu kamarnya.
Ya Tuhan.....
Apa lagi ini....
Dia hanya lemas dan tidak enak badan karena cuaca dan suhu yang terlalu dingin.
Tapi.....
Apa yang bisa dia lakukan melihat wanita yang seharusnya, dan masih dia harapkan berada di sisinya itu hanya mengatakan hal-hal yang menyakiti hatinya?
Tubuh ini sakit....
Kepala....
Mata....
Telinga...
Hidung....
Tangan....
Dada...
Perut...
Dan kaki....
Semuanya terasa sangat sakit.
Kuatkan saja dirimu, memang jika kamu terus bermenyeh-menyeh seperti itu mereka akan kasihan padamu?
Dan sialnya pikirannyalah yang masih menjadi sesosok jahat, namun sialnya lagi walaupun itu terdengar jahat namun itu lah kebenaran.
Tentu saja benar, sudah berapa lama kamu menderita sepeti ini, dengan alasan dan waktu yang sama?
Mereka hanya berpikir kamu hanya membuat-buat itu. Jadi lupakan saja jika, kamu berpikir akan rasa simpati.
UUuhhhh....
Tarik nafas yang dalam.....
Lalu keluarkan dengan perlahan.
Tarik nafas yang dalam....
Lalu keluarkan dengan perlahan.
Sudahlah, cobalah ke belakang dan ambil air panas untuk di minum?
Mungkin itu akan sedikit membantumu.
AAaaahh.....
Ya......
Mungkin itu adalah ide yang tidak buruk.
Tapi apakah kamu tahu, bahkan untuk berjalan sama rasanya tubuh ini tidak mampu?
Dan kuatin saja!!!
Gerakan tubuhmu Revander!!!!
Gerakan... Gerakan....!!!
Sang gadis menghela nafas panjang dan kuat. Perlahan bangkit dari sandarannya, berjalan dari kamar pribadinya ke arah belakang dengan tetap berpapah pada dinding rumah yang seakan lebih bisa mengerti rasa sakitnya di banding dari orang-orang yang ada di rumah ini.
Sampai di dapur rumah itu, iris hitam setengah terbukanya itu kini mulai mencari-cari cangkir ataupun gelas, dan sebuah termos hijau yang ia tahu itu berisi air hangat.
Dia menuangkan air yang masih menguap itu dari termos hijau ke pada cangkir plastik putih itu, lalu perlahan meminumnya.
Ya.....
Air hangat ini, berhasil membuat merasakan tubuhnya sedikit lebih hangat. Namun sayangnya itu tidak menghapus fakta rasa sakit lain pada tubuhnya terasa hilang ataupun berkurang.
Bahkan....
Kini dia dapat merasakan rasa ngilu yang sama pada punggung tubuhnya.
Haaahhh.....
Apa lagi yang sedang terjadi?
Dirinya sendiri tidak tahu.
Dan dia tahu, tidak akan ada yang percaya jika dia merasakan hal ini.
.
.
.
Ya sudalah.....
Dirinya terlalu lelah untuk memikirkan apapun dalam beberapa hari yang terus hujan ini.
Jika sudah nasibnya memiliki tubuh sialan seperti ini harus apa lagi yang dia katakan?
.
.
.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Revander berusaha menggunakan baju dan celana yang lumayan tebal untuk menghangatkan tubuhnya yang terasa seperti membeku.
Rasa ngilu pada punggung, juga kantuk yang luar biasa saling sahut-menyahutan dan dia tidak tahu mana dan yang mana harus indra perasanya lebih fokuskan.
Dia kembali merebahkan tubuhnya itu, menarik tinggi selimutnya, tapi dia tidak bisa tertidur walaupun matanya sudah terasa begitu mengantuk.
.
Dengan malas dia membuka ponselnya itu, hanya untuk memastikan beberapa hal yang mungkin saja telah dia lewatkan.
Terutama pesan dari pria itu.
Dan benar saja....
Dari sekian notifikasi pesan yang masuk ke dalam perangkatnya ini.
Salah satunya adalah nama Flauza Evangrandene tertera di sana.
Pesan yang di terima sekitar tiga puluh menit yang lalu.
UUhhh....
Dalam beberapa hari ini, pria itu tidak memberikan kabar apa pun kepadanya. Dan itu juga menjadi alasan kenapa dirinya tidak pergi selama beberapa hari ini pula.
Atau lebih tepatnya sudah lima hari dia tidak mendapat kabar dan tidak pergi ‘bekerja’ ke tempat pria itu.
Dirinya tidak tahu apa dan kenapa pria itu tiba-tiba saja menghilang seperti itu.
Dan lagi dengan cuaca dan kondisinya yang seperti ini, dirinya tidak ingin tahu apapun mengenai urusan hidup pria itu terlalu dalam.
Saat dirinya membuka dan membaca isi pesan Flauza, seketika alisnya sedikit terangkat melihat isi pesan itu.
‘My Revander, bagaimana dengan kabarmu?’.
Dia tidak menyangka jika pria seperti Flauza bisa mengirim pesan kepada orang dengan isi yang terlihat ‘normal’.
UUhhh.....
Apakah dia harus menjawab pesan ini.
Tapi pria itu adalah ‘atasanya’ dan dia sangat amat yakin jika dia tidak menjawab atau mengabaikan pesan ini, yang ada dia akan mendapat masalah pelit di kemudain hari.
Dan di dalam hidupnya ini sudah terlalu banyak masalah yang melilit dan menekan dirinya, jadi menambah orang seperti Flauza menjadi salah satu masalah dalam hidupnya....
Bukankah kamu sudah melakukan itu?
UUUhhhhh....
Revander mulai mengetik balasan pesan itu. ‘aku baik, bagaimana denganmu Flauza?’.
Ini hanya sekedar basa-basi semata bukan?
Mungkin.
Tidak terlalu lama, ponselnya kembali bersuara menandakan pesan masuk.
‘Sangat membosankan, tidak ada hal-hal menarik di sini, hanya sebuah makhluk-makhluk bodoh dan serakah yang berusaha bermain-main dengan diriku. Apa yang sedang kamu lakukan saat ini, Reva?’
Makhluk-makhluk?
Apa maksudnya orang-orang berusaha mencari investor kepada pria itu lagi?
‘aku hanya lebih banyak beristirahat, dan membaca beberapa buku cerita, tidak kurang dan tidak lebih. Apakah kamu, sedang bekerja juga saat ini?’
Sejujurnya dirinya tidak tahu harus mengetik apa untuk membuat percakapan di antara mereka. Tapi juga seperti yang dia pikirkan seperti sebelumnya, sangat tidak mungkin untuk tidak menjawab pesan dari pria yang menjadi ‘atasannya’ ini pula.
Dia kembali mengetik sedikit pesan susulan.
‘beberapa hari ini, hujan terus menerus membuatku mudah lelah dan mengantuk, jadi tidak banyak hal yang bisa ku lakukan’ belum lama dia mengirimkan pesan selanjutnya....
Ponsel sang gadis itu bergetar panjang dan sebuah panggilan masuk tertera pada layar smarthphone miliknya.
Tentu saja Revander langsung panik dengan semua hal yang terjadi begitu cepat itu, bahkan dia hampir saja menjatuhkan ponselnya, sebelum dia berhasil mengangkat panggilan itu.
“H-Hallo”
Sial..!!!
Dia tidak dapat menyembunyikan suara serak dan lemahnya ini.
“My Revander......” dan suara berat dan lembut dari pria di seberang sana membalas dengan begitu ceria, dan juga tentu sedikit mengeram pelan di bagian penyebutan namanya.
“Apa... apa Flauza?” balas Revander dengan pelan pula.
“Aku.... begitu merindukanmu.” Jawab santai peria itu.
Huh?
“Kamu...... merindukanku?”
“Aku begitu merindukan mu” ulang Flauza lagi.
Uhhh..... percakapan apa yang sedang terjadi di antara mereka ini?
Apa yang harus dia katakan?
“Kamulah.... yang tidak ada kabar dalam lima hari belakangan ini Flauza...” gumam gadis itu.
Uuuhhh.....
Mulutnya ini.
Pria itu tertawa pelan. “Apakah itu membuatmu tidak senang, My Revander? Atau kamu khawatir dengan diriku?”
Bagus....!
Dan sekarang apa yang akan dia jawab kepada pria itu huh!!!
“kamu membuat ini seakan aku telah mencari-carimu seperti hewan yang hilang saja. Apakah membuatku senang dan tidak senang itu penting bagimu? Lalu mengkhawatirkan orang yang jelas selalu menundukkan orang lain adalah hal yang sia-sia Flauza.....” balas Revander dengan nada lurus namun masih terasa serak.
“Tapi............
Ya.......
Mungkin aku juga merindukanmu....” tutup gadis itu dengan tenang.
OOOHHH.......
Lihatlah mulutnya yang bekerja tanpa arah tanpa perintah dari otaknya, begitu lancar membuat interaksi di antara mereka terlihat begitu ‘normal’.
Flauza tertawa....
“OOhhh My Revander....... kamu sungguh membuat ini sangat sulit untukku segera kembali kepadamu.”
Huh?
Apa maksud dari perkataannya itu!!!!!
Tiba-tiba dia kembali menguap dengan cukup kuat.
Bahkan itu berhasil membuat sedikit air matanya jatuh.
“Kamu mengatakan dirimu baik-baik saja, namun aku dapat mendengarkan dirimu tengah kelelahan, My Revander.....” kini Flauza terdengar serius namun suaranya berbisik dingin di seberang sana.
Uuuhh.....
“Aku hanya kurang tidur Flauza......”
“Kurang tidur?”
“Ya, hanya kurang tidur..... hari-hari di sini begitu dingin itu membuat diriku sedikit kesusahan untuk beristirahat karena cuaca yang terlalu dingin.” Balas Revander setenang mungkin.
“hhhmmm....”
Apakah ada yang salah dari perkataannya tadi?
“Kamu benar-benar seperti hamster kecil berbulu hitam.....”
HAH!?
“Hey!!!!” Flauza tertawa mendengar pekikan tidak terima dari gadis itu. “Aku bukan HAMSTER!!!!!”
“Tetapi kelakuanmu seperti makhluk kecil itu. makhluk yang hanya tahu makan jika merasa lapar, dan kembali tertidur jika tidak.”
“Flauza!!!!”
Gelak tawa yang begitu kuat terdengar dari seberang sana pula.
OOhh....
Lihatlah kelakuan pria itu, menghilang dalam beberapa hari, dan datang kembali dengan mengata-ngatai dirinya seperti hamster.
Perlahan tawa pria itu sedikit mereda, dan dia juga dapat mendengar hembusan nafas kuat dari pria itu seakan baru saja menghilangkan rasa penat yang kuat dari sana.
“Maafkan aku My Revander, beberapa hari belakangan ini aku sedang memiliki pekerjaan di salah satu cabang perusahaanku yang ada di Swiss, dan aku merasa masih memerlukan sekitar lima sampai tujuh hari ke depan lagi untuk menyelesaikan semua hal yang ada di sini.”
Ohhh...
OOO.....
“K-kamu sedang berada di Swiss?” tanya Revander tidak percaya dengan apa yang telah dia dengar dari pria itu.
Oh..... Revander apa kamu lupa dia adalah pemilik Evangrandene Company!!!!
Tentu saja dia bisa tiba-tiba terbang dan berada di sisi dunia lainnya.
UUUhh......
“Aku.... aku dari dulu sangat ingin pergi ke tempat-tempat seperti itu....”
Eh.....?
“Tempat-tempat seperti itu?”
“Ya..... saat aku melihat gambar-gambar di internet pemandangan negara di Eropa sana..... banyak tempat yang cantik, sejuk, dan sunyi di sana. Jadi terkadang aku membayangkan jika, suatu hari mungkin saja aku bisa merasakan bagaimana ada di sana.” Balas Revander.
Dan....
Entah kenapa.....
Dia mengatakan hal-hal yang tidak penting itu kepada pria di seberang sana.
Dia tak tahu....
Namun dia tahu itu adalah hal yang tidak penting, untuk di ketahui oleh siapapu.
Atau tidak?
Tidak ada salahnya jika memiliki sesuatu yang benar-benar kamu ucapkan dan itu terdengar walaupun itu seperti hal-hal yang terdengar tidak penting.
Tapi itu adalah hal yang penting untukmu bukan?
Atau mungkin dia hanya ingin seseorang mendengarkan sedikit isi hatinya setelah sekian lama ini?
Tapi kenapa harus kepada pria ini?
“Apakah kamu ingin pergi ke tempat-tempat itu, My Revander?” ucap lembut dari Flauza.
Tapi itu terdengar seperti umpan manis yang begitu menggoda dan dia tahu dia akan menikmati dan juga menyesalinya di kemudian hari.
Tapi.....
Tapi.....
Diakan seseorang yang bodoh, berjalan ke depan sana di mana seorang predator yang bermain-main dengan makanannya, namun tidak menolak untuk berlari.
“Maafkan aku Flauza, aku terdengar seperti seseorang yang berbicara terlalu melantur ya? Mungkin ini efek dari rasa kantukku”
“My Revander, aku sedang bertanya kepadamu. Apakah kamu ingin pergi ke tempat-tempat seperti itu?” ulang Flauza itu lagi.
UUUuhhhh......
Apa yang harus dia jawab?
.
.
.
“Ya..... aku..... aku ingin sekali merasakan berada di tempat-tempat yang pernah aku lihat itu....”
Sejenak keduanya terdiam setelah sang gadis itu berkata jujur untuk kali ini.
“Dan aku akan menemanimu..... ke mana pun kamu inginkan My Revander, aku akan menemanimu ke mana pun kamu pergi.”
.
.
.
absen dulu aku