Lanjut Atau Usai Disini

Nirmala tahu resiko menyusul Kama. Selain pekerjaannya yang pasti akan tertunda, Nirmala juga harus siap sedia tenaga. Kama pastinya akan memanfaatkan waktu mereka sebaik mungkin. Apalagi kebutuhan biologis Kama yang begitu besar.

Setiap ada kesempatan dan waktu pasti laki laki itu meminta dilayani. Nirmala macam seorang istri saja.

Nasib pacaran dalam waktu lama. Nirmala hanya bisa bertahan dan menunggu kapan sekiranya Kama akan melegalkan hubungan mereka.

Nirmala cukup sadar jika mereka sekarang sudah berhubungan terlalu jauh. Tidak ada batasan lagi diantara mereka berdua. Semua bisa mereka lakukan tanpa penghalang. Bedanya hanya mereka tidak tinggal serumah setiap hari.

Pagi ini Nirmala begitu semangat membuat sarapan untuk Kama. Setelah semalam digempur Kama berulang ulang kali, paginya Nirmala tetap mampu membuat menu sarapan untuk seorang Kama. Tuh kan ia benar benar macam istri. Istri gadungan.

Malamnya memenuhi kebutuhan batin paginya memenuhi kebutuhan perut Kama. Oh ya sebentar lagi juga pasti Kama meminta lagi nafkah batin darinya, tinggal tunggu saja. Seorang Kama punya stok nafsu yang tidak terhingga.

Sarapan pagi sudah selesai dimasak, waktunya membangunkan Kama.

Namun belum apa apa yang dipikirkan Nirmala sudah hadir duluan.

Kama memeluk Nirmala dari belakang dan mencuri kecupan di tengkuk kanan Nirmala.

"Aduh, kamu ngagetin banget sih." Nirmala terkejut dengan kehadiran Kama yang tiba-tiba.

"Kamu masak apa. Baunya enak. Ke cium sampe kamar. Jadi pengin cicipi."

Bukannya mencicipi masakan Nirmala. Kama malah mencari bibir Nirmala dan mendaratkan ciuman dibibir Nirmala.

Tangan Kama juga merengkuh dada Nirmala dari belakang, ia meremasnya.

"Awwh." Nirmala merintih sakit, pasalnya Kama meremas kepunyaannya kuat.

"Sorry sayang. Aku terlalu bersemangat." Kama segera melepas cengkraman tangannya pada milik Nirmala.

"Kamu belum dikasih makan aja sudah kuat begini. Apalagi sudah makan. Bisa gepeng akunya." Gerutu Nirmala, tapi walau menggerutu juga Nirmala tetap tidak menolak setiap Kama menyentuh nya.

"Sebenarnya kebutuhan utama aku itu makan kamu."

"Emang dasar otak kamu kearah itu terus ya. Pikirannya ya ampun. Udah ah makan dulu. Aku disini kayak kerja rodi. Disuruh melayani kamu terus."

"Kerja rodi apa sih sayang. Kan sama sama enak juga." Kama duduk siap menyantap makanan buatan Nirmala. Ada omelet dan roti panggang dimeja makan.

"Ya mau gak mau harus di enakin. Kalau gak akunya yang rugi nanti."

"Kamu gak bakalan rugi apapun. Semua yang kamu mau pasti akan aku kabulkan. Mau apa? Sekarang kita beli semua yang kamu mau."

"Pikiran beli beli melulu. Aku bisa beli apapun yang aku mau sendiri ya."

"Kamu jangan omong begitu. Kesannya aku gak berguna banget di hidup kamu."

"Kamu berguna kok buat aku sayang. Kamu itu gunanya mengisi kekosongan di hidup aku."

"Kamu lagi gombalin aku ya sayang. Jadi makin cinta aku sama kamu." Kama senang dengan ucapan Nirmala. Baginya setiap kata cinta dari Nirmala membuat hidup kama dianggap penting oleh seorang Nirmala. Kama merasa diinginkan. Bukan hanya soal materi yang selalu Kama ucapkan pada Nirmala. Namun Nirmala selalu menganggap Kama sebagai pria yang ia sayangi.

"Senang banget yang dikasih cinta." Nirmala berkata sambil tersenyum melihat tingkah Kama yang malu malu. Laki laki itu selalu memiliki ekspresi seperti remaja yang digoda. Muka sumringah dan senyum malu malu. Kama begitu polos.

"Aku akan selalu bahagia dengan apapun yang kamu kasih untuk aku sayang." Kama menjawab serius kali ini.

Hubungan keduanya selama ini memang selalu baik baik saja. Kama dan Nirmala tidak pernah bosan satu sama lain. Kalaupun ada pertengkaran diantara mereka berdua pastinya adalah masalah waktu mereka yang sering tidak sama. Kama sibuk bekerja begitu juga Nirmala.

Untuk hal hal lain Nirmala bisa memaklumi. Kadang Kama yang begitu posesif dan cemburuan tidak membuat Nirmala jengah. Ia malah suka jika Kama cemburuan. Hal itu kadang Nirmala jadikan mainan untuknya menggoda Kama.

"Hari ini aku mau diajak kemana sayang. Gak mungkin kamu kekepin aku disini terus sampai aku pulang." Tanya Nirmala. Bukan apa apa Nirmala juga bosan kalau hanya didapur dan dikasih terus. Kalau Kama pastinya tidak masalah.

"Aku ajak keliling apartemen aku aja gimana. Pagi kita main didapur, siang di ruang tengah, sore di balkon, malam dikasur. Seru itu sayang." Terang Kama serius. Pikiran Kama sudah berkelana.

"Aku serius sayanggg." Rengek Nirmala.

"Maunya kemana. Mau belanja lagi."

"Aku gak suka belanja sayang. Kenapa disuruh belanja terus sih." Jawab Nirmala cemberut.

"Iya iya kita jalan jalan. Mau naik helikopter keliling New York gak."

"Hah. Mau, mau. Mau banget sayang." Nirmala antusias mendengar ajakan Kama.

"Ok. Siang ini kita berangkat."

Nirmala begitu senang dan semangat.

Mereka berdua menyelesaikan makan dan bersiap siap untuk menjalankan rencana Kama berkeliling New York dengan helikopter.

Siangnya mereka sudah siap pergi ke Seattle menaiki helikopter. Mereka dijemput helikopter di gedung apartemen Kama.

Suara putaran baling baling helikopter menerbangkan rambut Nirmala.

Rasa antusias Nirmala membuat ekspresi bahagia terlihat diwajahnya.

Kama begitu senang bisa membuat kekasihnya itu bahagia.

Setelah helikopter dimatikan, mereka berdua berjalan menuju helikopter. Mereka dibantu beberapa bodyguard Kama.

Kama membantu Nirmala untuk mengenakan sabuk pengaman ditubuh Nirmala.

Sesaat Nirmala dan Kama telah duduk dan bersiap menggunakan pengaman didalam helikopter mereka berdua disapa oleh sang pilot.

"Selamat siang tuan dan nona. Semua sudah siap. Kita akan segera lepas landas."

"Iya kapten."

"Semoga anda menikmati perjalanan ini tuan dan nona."

"Iya Jack. Terimakasih." Ucap Kama pada sang pilot yang bernama Jack.

"Sayang aku deg degan." Adu Nirmala pada Kama setelah mesin helikopter dinyalakan. Terdengar suara baling baling helikopter tanda mereka sudah siap lepas landas.

"Relax sayang. Ada kau disini." Kama menggenggam jemari Nirmala. Kama juga memberikan satu kecupan dikening Nirmala berniat menenangkan.

Setelah lepas landas Nirmala kian kencang meremas jemari Kama yang menggenggam tangannya.

Kama memperhatikan raut wajah Nirmala yang tegang. Sesekali menenangkan Nirmala dengan kata kata.

"Sayang kita terbang." Setelah helikopter mengudara Nirmala mulai tenang. Dipandanginya pemandangan gedung gedung pencakar langit yang mereka lewati lewat jalur udara.

Senyum bahagia terlihat jelas di wajah Nirmala, membuat Kama ikut bahagia merasakan antusias Nirmala.

"Sayang lihat." Nirmala memandang kota New York yang terlihat kecil di bawah mereka.

Nirmala tertawa senang bisa merasakan terbang dengan helikopter, melihat pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Dan bagi Kama sendiri ia merasa senang dan bangga bisa membuat kekasihnya itu senang. Kama akan merekam semua ekspresi wajah kekasihnya yang takut namun juga diliputi antusias bahagia.

Kebahagiaan Kama adalah bisa melihat Nirmala bahagia. Baginya setiap senyuman Nirmala ada anugrah yang dapat Kama nikmati. Tidak hal yang begitu membahagiakan selain melihat senyum Nirmala.

"Terimakasih ya sayang aku sudah diajak keliling. I love you." Nirmala menarik lengan Kama meminta lelaki itu mendekat. Kemudian Nirmala memberikan ciuman basah untuk kekasihnya itu. Kama dengan semangat menyambut ucapan terimakasih Nirmala.

"I love you more, sayang." Kama membelai rambut Nirmala sayang.

Keduanya hanyut dalam ciuman ditemani desiran angin dan suara ribut baling baling helikopter.