NovelToon NovelToon
Anak Rahasia Milik Dokter Obsesif

Anak Rahasia Milik Dokter Obsesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Balas Dendam / Lari Saat Hamil / Single Mom / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:26.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ridz

"Jika kamu hamil, bawa benih itu dan anggap aku tidak pernah memberikannya!"

Aruna meninggalkan pernikahannya dengan Tuan Muda Pertama dari Keluarga McLane, menjalani kehidupan sendirian, Aruna menemukan takdir baru bersama anak di kandungannya, tapi kenapa sang Tuan Muda malah seperti kehilangan pijakan hidupnya.

-

Aruna sudah melupakan laki-laki ini, tapi kenapa dia malah dihadapkan dengan dia sekali lagi.

"Aruna, anak yang bersamamu, siapakah dia?" —Rowan

"Aku kira kau tidak punya waktu untuk lebih peduli kepada orang lain, Tuan Muda!" —Nuna

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 19 | Padahal Kau Istriku Kan, Nuna?

...Aku mau update 2-3 Bab perhari tapi ini udah area rawan retensi jadi belum bisa, setelah bab 20 terlewati bakaln update tiap hari dan 2-3 Bab sehari yah :) Tapi Chapter ini panjang kok sekitar 2.000 kata jadi jangan lupa like dan komentar yah agar aku punya alasan buat tetap semangat update <3...

Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Aruna, ia melirik ke samping kanannya, Aiden masih tertidur disana, ia mengambil ponsel dari nakas dan mengecek jam disana, ternyata sudah jam delapan malam, cukup lama antara jeda dia tertidur.

Kejadian hari ini benar-benar memenuhi kepala Aruna, beberapa kali dia berpikir kenapa mimpi buruk itu kembali hadir lagi setelah empat tahun dia berusaha melupakannya, terlebih kenapa kembali ada Rowan dalam ingatan kelam itu.

Terlebih dulu sikap Rowan kepadanya, Rowan hanya menganggapnya sebagai wanita ja-lang yang bahkan tidak peduli jika Aruna akan hidup buruk bahkan jika Aruna hamil, dan tiba-tiba saja hadir sebagai pahlawan, jelas itu masih menjadi trust issue bagi Aruna yang sepanjang hidupnya hidup tampan sekalipun pernah dihargai.

"Rowan?" Aruna memanggil nama Rowan, ia berjalan keluar kamar, dia tidak menemukan keberadaan Rowan dimanapun, lampu di seluruh rumah ini sudah menyala seperti memang disiapkan saat Aruna tidur. "Apakah ada orang lain disini? Sekretaris Ho?"

Tidak ada jawaban apapun, Aruna melangkahkan kedua kakinya melewati anak tangga menuju lantai bawah, semilir angin melewati tengkuk Aruna, ia merasakan beberapa perbedaan atmosfer dalam dirinya ketika dia sendirian dirumah ini.

Rumah ini terlalu besar dan entah darimana Rowan mendapatkannya hanya untuk sebatas memeluk Aruna dalam perlindungan, tapi bukan itu poin pentingnya, bagi Aruna—Rowan sama saja seperti laki-laki yang dia pernah temui dan hingga ketulusan itu tidak datang dari diri Rowan, Aruna akan memastikan sendiri kapan dia harus menghilangkan jejak Rowan sepenuhnya dalam hidupnya.

Drtt!

Aruna berjalan duduk di sofa ruang tamu saat suara ponsel yang dia genggam berdering, ia mengecek penelepon itu dan menemukan nama Daniel disana, Aruna mengusap puncak kepalanya sebelum mengangkat telepon itu.

"Kenapa kau baru mengangkatnya sekarang, apa kondisimu sedang tidak baik? Kau membuat kakakmu ini khawatir saja, Nuna," ujar Daniel saat Aruna mengangkat telepon itu, satu-satunya orang yang sampai saat ini Aruna anggap paling tulus kepada dirinya. "Katakan sesuatu, agar aku bisa tenang!"

"Gapapa kak, kondisiku baik-baik aja, Ayah juga kesini tadi, tapi yah Kak Daniel juga bisa menebak apa yang terjadi, kan, untungnya ada Rowan dan semuanya bisa teratasi, aku mulai tinggal bersama dengan Rowan mulai malam ini," jelas Aruna menjelaskan situasinya kepada sang kakak dengan hati agar kakaknya tidak khawatir lagi. "Maaf ponselku silent daritadi jadi aku tidak bisa mengangkatnya dan tidak tahu kalau Kak Daniel, menelepon."

Tidak ada jawaban cepat dari Daniel, hanya ada suara hembusan napas beserta suara air yang tertuang kedalam gelas, tampaknya Daniel tengah menenangkan dirinya dari kekhawatiran berlebihan yang dia alami. "Kak Niel? Are you okay?"

"Its okay, tinggal serumah dengan Rowan, Nuna kau tidak perlu melakukan hal sejauh ini hanya untuk perlindungan, kita tidak akan ada yang tahu, apa yang akan di lakukan badjingan itu kepadamu, kau tahu kan terakhir kali kau bersinggungan dengannya, hidupmu benar-benar hancur?"

Aruna terdiam, dia menghela napas sejenak kemudian menatap ke arah langit-langit ruang itu, sebuah memori terlintas begitu saja dari pikirannya karena Aruna tidak pernah menyangkal bahwa sisa kelam dari hidupnya adalah kebebasan penuh noda yang diberikan oleh Rowan.

[Flashback On]

"Kenapa kau datang kesini, apakah kau akan mencari pria lain untuk menikahi, dasar wanita tidak berpendirian, setelah aku memberimu kebebasan, kau datang kesini untuk menjual tubuhmu lagi?"

Ucapan Rowan menggema di seisi ruangan itu, semua mata memandang posisi Aruna dan Rowan, sebuah kalimat menusuk yang dilontarkan beberapa hari setelah Rowan menceraikan Aruna.

Di malam pesta yang dibuat Rowan untuk merayakan kebebasannya dari pernikahan politik keluarga yang di jalaninya atas permintaan kakeknya, kini dia bisa hidup tanpa istri.

"Tuan Muda, aku datang kemarin untuk memberikan kue ini, aku dengar kau sangat menyukainya selama pernikahan kita aku tidak pernah bisa memberikannya dengan benar, besok aku tidak akan ada lagi disini, dan mungkin ini terakhir kalinya kita saling bertatap muka."

Rowan mengangkat alis. Ia meraih totebag berisi kue dari Aruna dan meliriknya remeh. "Hanya karena aku pernah menikahimu, kau berpikir kau dekat denganku, aku menikahimu karena kakekku menuntut keturunan dari ayahku lekas melepas status lajangnya, dan kau hanya wanita ja-lang didalam sangkar yang hidup diam menerima uluran tangan orang yang memberimu makan, sampai kapanpun kau dan aku tidak akan pernah bisa setara."

Rowan mengeluarkan kue itu dan menjatuhkannya ke lantai, ia menginjak kue itu, mata Aruna memerah menatap hal itu, sikap Rowan sungguh kejam, beberapa orang shock, Rowan meraih pundak Aruna dan memaksa Aruna bersimpuh di lantai. "Lap lantai itu dengan gaunmu!"

"Kenapa anda sekejam ini kepadaku?"

"Siapa suruh kau datang kemari!" Rowan tersenyum smirk, dia menunduk dan mencengkram dagu Aruna. "Dari awal seharusnya kau hidup diam saja Aruna, dan kau bilang ini akan menjadi pertemuan terakhir kita, dengarkan aku, ini akan menjadi kenangan terakhir paling sakit dariku untukmu, dan jika kau merasa tidak adil, kapanpun kita bertemu lagi, kita lihat siapa yang akan tunduk kepada siapa nantinya!"

Aruna mendelik. "Akan ada waktu dimana kau akan memohon dan aku tidak akan pernah peduli akan banyak hal tentangmu, Rowan!"

"Usahakan itu, Aruna!" Rowan melepas cengkraman itu dan berjalan meninggalkan Aruna yang masih duduk bersimpuh disana.

Seharusnya dia tidak datang kemari, seharusnya dia tidak usah memberikan salam perpisahan, dan seharusnya dia diam saja, tapi kata-kata terakhir Rowan memberinya sebuah motivasi, akan dimana Aruna akan membalaskan semua sakit hatinya dan Rowan akan tunduk kepadanya untuk membantu dirinya membalaskan itu dan setelah selesai dia akan mencampakkan Rowan, sama seperti Rowan mencampakkan dirinya.

"Akan ada waktu seperti itu Rowan, dan saat kau berusaha bergantung kepadaku aku akan memastikan saat itu, aku akan meninggalkanmu, hancur, bersama ekspetasi dan angan-anganmu! Ketidakadilan ada ketika kita harus mencarinya!" Aruna berdiri dan berjalan keluar dari aula pesta itu dengan gaun yang kotor setelah didudukkan paksa di lantai.

Kehormatan? Dari awal kehormatannya sudah hilang dan yang tersisa dari hidupnya adalah balas dendam, tapi siapa sangka ada benih yang tumbuh, menunda semua issue balas dendamnya selama ini.

[Flashback Off]

"Nuna kamu masih disana? Kenapa diam saja?" tanya Daniel menyadarkan Aruna dari memori kelam yang memutar dikepalanya, dia menghela napas dan menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Tidak apa-apa kak, mengenai bantuan Rowan, aku sudah mengatakan bahwa dia yang akan tunduk kepadaku dia yang menawarkan bantuan karena aku tidak akan pernah tunduk kepada siapapun lagi." Ucapan Aruna terdengar meyakinkan dan penuh penekanan membuat Daniel bisa mendengar jelas apa yang ada di seluk beluk isi hati adiknya itu.

Mendengarkan itu, Daniel sontak diam sepersekian detik sebelum menanggapi ucapan Aruna. "Kau yakin tidak apa-apa, kakak hanya berpikir, meskipun Rowan brengsek, dia adalah ayah biologis Aiden, sampat saat itu tiba, apa yang akan kau lakukan jika dia mengetahuinya."

"Tidak akan ada yang bisa merebut Aiden kak, tenang saja, aku hanya memanfaatkan Rowan dan setelah selesai dan saat dia mulai bergantung kepadaku, aku akan meninggalkannya tersimpan bersama kehampaannya," jelas Aruna, disetiap kata dan penekanan tersimpan luka hati mendalam. "Saat ini aku membutuhkannya untuk menghancurkan Ayah dan untuk meledakkan bom waktuku, setelah semua balas dendam ku selesai aku akan mengurus Rowan yang paling akhir."

Daniel mengusap kepalanya meskipun tidak bisa dilihat oleh Aruna—Aruna bisa menebak bahwa kakaknya kini tengah memikirkan beberapa hal serius terkait dirinya yang menerima tawaran Rowan.

"Kakak percaya dengan semua yang kamu lakukan, kamu yang memahami apa yang sedang kamu lakukan saat ini, tapi jangan permah bermain hati. Karena jika saat itu tiba, disaat kau akan meninggalkan Rowan, Satu-satunya orang yang sakit hati hanya Rowan bukan dirimu."

"Bagiku Rowan masih sama sampahnya, dia yang mendekatiku dan saat ini aku hanya menerima semua ukuran tangan tanpa dia sadari apa yang sudah aku siapkan."

"Bagaimana kalau dia tulus?" Daniel tiba-tiba mengatakan itu membuat Aruna tersendak sendiri. "Bagaimana jika dia benar-benar bersikap manis karena ingin menebus dosa atau penghinaan yang dia lakukan kepadamu?"

"Kak?"

"Huh?"

"Kaca yang pecah tidak akan pernah utuh kembali," jawab Aruna sangat dalam.

Daniel berargumen sepihak. "Bagaimana jika itu hanya retak?"

"Berarti itu tinggal menunggu pecah, dan ketulusan sudah hilang di hidupku sejak bertahun-tahun lalu," jawab Aruna membuat Daniel terdiam.

Daniel menghela napas. "Baiklah Nuna, lakukan apapun terserah kau saja, asalkan kau bisa bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi kedepannya, jangan lupa hubungi psikiatermu, aku takut mental ilnessmu akan kambuh."

"Terimakaaih Kak, jaga dirimu baik-baik."

"Kau juga."

Tut! Sambungan telepon itu terputus, Aruna melirik layar ponselnya adalah sebuah pesan dari psikiaternya, dia sudah membuat reservasi untuk besok berarti dia harus menitipkan Aiden kepada Zeya besok, mengenai Zeya, Aruna sama sekali belum mendengar kabar karyawannya itu sejak menemuinya tadi siang di rumah sakit.

[Zeya, besok kau bisa buku toko bunga seperti biasa dan bantu jaga Aiden di jam siang, aku ada urusan] Aruna mengetik pesan itu kemudian menarik ponselnya di sofa.

Dia memejamkan mata, menyandarkan tubuhnya, sebuah bayangan hitam berlalu dari kepalanya membuat Aruna membuka mata panik. "Tenanglah Nuna, tenangkan dirimu, itu hanya masa lalu kelammu setelah semua balas dendam ini, kamu akan tegar dan lega, menjalani hidup bahagia bersama Aiden saat orang yang membuat hidup seperti ini akan menderita semua."

Aruna menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya, biasanya semua hal ini akan berlalu saat Aruna meminum obat, tapi hari ini lebih over karena dia bertemu dengan Gantara yang menjadi pangkal siapa yang membuat dirinya menderita.

"Tapi dimana ayahku sekarang yah, ayah kandung dan biologisku? Aku hidup tanpa kash sayang ayah sejak kecil, Aiden tidak perlu hal itu juga, ini sudah lebih dari cukup jadi Rowan tidak perlu tahu kalau Aiden adalah anaknya." Aruna berdiri. "Lapar, lebih baik aku ke dapur melihat apa yang ada disana."

Aruna berjalan ke dapur, lantai rumah yang dingin menyeruak ke kakinya karena dia tidak memakai alas kaki, dapur dan ruang tamu hanya terpisah satu sekat kaca transparan, sesampainya disana, Aruna melihat makanan di atas meja disana juga ada note dalam kertas putih bahwa Rowan akan pulang terlambat.

"Sebenarnya dimana dia, katanya dia akan menemuiku saat makan malam." Aruna duduk di kursi dan mengambil piring. "Terserahlah, kondisinya bukan urusanku, tapi apakah dia sudah makan?"

Aruna memegang sendok garpu, dia tampak menimbang. "Dia tidak menambahkan apapun kan ke makanan ini ah terserah jika aku mati keracunan, aku akan menghantui seumur hidup Rowan."

Aruna menyendok makanan ke piringnya kemudian, mulai memakannya, dia mencoba melupakan Rowan yang entah kemana dan menikmati dirinya sendiri, setelah makan dia berjalan menuju ruang tamu lagi, dia melirik jam ternyata sudah hampir jam sepuluh sudah dua jam sejak dia terbangun, dan Rowan belum kembali.

"Terserahlah, mungkin dia lembur dia laki-laki bodoh, dia baru keluar dari rumah sakit dan dia lembur, menyebalkan," Aruna berjalan menuju anak tangga, dia hendak kembali ke kamarnya tapi baru beberapa langkah dia sudah membalikkan badan dan kembali duduk di sofa ruang tamu. "Okey, aku akan menunggunya memastikan dia pulang dalam kondisi baik."

Aruna melipat kedua tangannya, dan sesekali mengecek ponsel, tidak ada pesan dari Rowan dan untuk mengirim pesan duluan Aruna jelas tidak mau. "Ketika dia pulang, aku akan mengatakan padanya bahwa kita harus memberi jarak di antara kita meskipun kita hidup seatap, karena kerjasama dan masalah pribadi adalah dua hal yang berbeda, tapi dimana dia sekarang?"

Aruna memejamkan mata, sudah jam dua belas malam, dan yang di lakukan Aruna hanya diam duduk, sampai ia mendengar suara pintu dia membuka mata dan berdiri, ia berjalan ke arah pintu.

BRAK!

"Ro—Rowan!?" Aruna sampai didepan pintu dia menemukan Rowan terkapar di lantai dalam posisi tengkurap, Aruna berlari kecil ke arahnya dan mendudukkan tubuhnya. "Bau alkohol, kau sangat mabuk Rowan? Dimana Ho, apakah kau pulang sendiri?"

Wajah Rowan memerah karena mabuk, ia tidak menjawab, rambutnya yang ia selalu sisir kebelakang kini berantakan di dahinya mata coklatnya yang terang menusuk tajam Aruna, ia melirik kaki Aruna dan bangkit berdiri. "Lantai rumah ini dingin, seharusnya kau memakai alas kaki, sayangku!" Rowan menggendong Aruna dan mendudukkan di sofa.

Rowan membenamkan wajahnya di pundak Aruna dan mengigit kecil leher Aruna. "Aw! Rowan itu geli!" Aruna mendorong tubuh Rowan tapi Rowan menahan tangan Aruna.

Ia tersenyum dan menatap Aruna sendu. "Apakah kau menunggu suamimu ini pulang, sayang?"

Aruna mengernyitkan dahi. "Kau bukan suamiku, dan kau sedang mabuk, Mandilah aku akan memesan sup pereda mabuk."

Bukannya mendengarkan Aruna, Rowan malah membenamkan kembali wajahnya di leher Aruna. Aruna hendak menolak tapi lehernya basah seperti .... "Rowan, kau menangis?" tanya Aruna menangkup wajah Rowan.

Rowan memiringkan kepala dengan air mata memenuhi wajahnya. "Kakekku itu jahat, dia menuntut diriku melakukan banyak hal padahal kan aku sudah punya istri, benarkan Nuna, kau kan istriku."

"Rowan kau harus mandi."

"Kau istriku kan..." Perlahan suara Rowan menghilang, Aruna meliriknya dan ternyata Rowan tertidur.

"Apa yang terjadi kepadamu, Tuan Muda?"

Satu like sangatlah berharga :)

1
Linda Liddia
Semangat thor harus lanjut sampe ceritanya end jgn ngegantung ceritanya thor..
Ditunggu crazy up'nya thor
Ella Younieatie
di tunggu up nya thor
Agustin Indah Setiyaningsih
lohh..lohhh..kok bisa?
up yg banyak dong thorr,
Ridz: aku aja mikir kak kok bisa 😭
total 1 replies
she
ok, semangat up thoor
Mrs.Riozelino Fernandez
oooh...aku kira gtu tadi kk...sempat terdiam juga bacanya 😅😅😅😅
Mrs.Riozelino Fernandez
😳😳😳😳😳😳
apa itu??????
Mrs.Riozelino Fernandez
akhirnya...
orang pertama yang mendengar kan Aiden bicara adalah Daddy nya...
Mrs.Riozelino Fernandez
makasih kk othor yang baik🙏💖
Mrs.Riozelino Fernandez: udah kek pelajaran PKN kita yah,,,,
rukun ,damai, toleransi, gotong royong 😆😆😆😆
Ridz: cama2 pembaca ku yg uwuwu
rukun2 yah kitaaa
total 2 replies
Sunaryati
Masih lanjut nggak Thoor, jika lanjut kutunggu, jika tidak tak delete
Ridz: lanjuttt
total 1 replies
l3_nie
good
l3_nie
good
Liswati Angelina
tentunya kamu ayah aiden rowan.....
Liswati Angelina
semoga mereka rujuk beneran.....
Mrs.Riozelino Fernandez
di kehidupan nyata juga banyak yang pacaran kissing kk Thor 😆
Mrs.Riozelino Fernandez
ya ampun 😆😆😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
wow.... keren juga kakek Logan...
Mrs.Riozelino Fernandez
sebenarnya disini kakek Logan ada bener nya sih...dulu Rowan dengan gampangnya menceraikan Aruna...
mempermainkan pernikahan...padahal dia sudah meniduri Aruna...
Mrs.Riozelino Fernandez
sendok kaya,istilah untuk anak keturunan orang kaya kk Thor...🙏
Mrs.Riozelino Fernandez: sendok emas...🙏
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
semangat Kk Thor💪💪💪
semoga hasilnya memuaskan...💗
Mardiana
ada mauny aja bilangnya "istri kesayangan ku" 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!