NovelToon NovelToon
Jangan Main HP!!!

Jangan Main HP!!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Dendam Kesumat / Hantu / Tumbal
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Jangan main HP malam hari!!!

Itu adalah satu larangan yang harus dipatuhi di kota Ravenswood.

Rahasia apa yang disembunyikan dibalik larangan itu? Apakah ada bahaya yang mengintai atau larangan itu untuk sesuatu yang lain?

Varania secara tidak sengaja mengaktifkan ponselnya, lalu teror aneh mulai mendatanginya.

*

Cerita ini murni ide penulis dan fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar itu hanyalah karangan penulis, tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

follow dulu Ig : @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : Tetangga baru

Jam enam sore seharusnya jam kerja Varania sudah berakhir, tapi karena bosnya yang menyebalkan itu memberinya tugas untuk membuat laporan akhir bulan membuat Varania harus tetap di cafe.

Fardan tidak akan memotong gaji Varania kalau dia menyelesaikan laporan itu hari ini. Sambil menahan mulutnya agar tidak mengumpat, Varania terus mengerjakan laporan dengan setengah hati.

Varania bekerja disini baru sekitar enam bulan, gajinya lumayan besar dan karena itu juga Varania bertahan. Jika tidak mengingat gajinya yang tiga kali lipat lebih besar dari tempat kerja Varania sebelumnya, mungkin ia sudah lama keluar.

"Berapa lama lagi waktu yang kamu butuhkan untuk mengerjakan laporan itu? Sudah satu jam lebih kamu duduk disana," tegur Fardan berdiri angkuh di samping meja, mata elangnya mengawasi Varania yang sudah berkeringat dingin.

"I-ini sudah hampir selesai bos." Jawab Varania, tangannya menggerakkan mouse dengan cepat.

'duh, ngapain dia disini? Biasanya juga selalu dalam ruangannya.' gerutu Varania dalam hati, ia sangat tertekan dengan keberadaan Fardan yang sudah seperti hantu yang menebarkan aura seram dan membangkitkan rasa takut pada seseorang.

"Kamu nggak suka saya disini?" Tanya Fardan diam-diam tersenyum geli, selalu menyenangkan menakuti karyawannya. Mereka pikir kenapa dia mau memberikan gaji lebih besar jika tidak ada resiko yang harus mereka terima. Fardan senang bermain-main, dan melihat wajah takut mereka adalah kesenangan tersendiri bagi pria dua puluh sembilan tahun itu.

"Nggak kok, saya senang bos ada disini jadi saya tidak perlu takut." Kata Varania memaksakan senyum.

Prang!

Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca dari arah belakang, keduanya kompak menoleh. Ada gelas jatuh?

Oh, tidak! Sepertinya hari ini Varania benar-benar sial, karena meskipun bukan dia yang menjatuhkan gelas itu Fardan tetap akan melampiaskan kemarahannya padanya.

"Kamu tidak menyimpan gelas dengan baik?"

Varania meneguk salivanya gugup, apa yang ditakutkan terjadi juga.

"I-itu bukan tugas-"

"Bereskan kekacauan itu dalam dua menit, kalau tidak gaji kamu dipotong lima belas persen."

Bajingan! Fardan memang tidak punya hati dan tidak punya toleransi. Varania menutup laptop setelah menyimpan file, dia berdiri dengan wajah kesal lalu melangkah lebar ke belakang.

"Menarik. Seharusnya aku melakukan ini dari dulu." Gumam Fardan memejamkan matanya, menikmati waktu luang yang membahagiakannya.

Sementara itu Varania membuka pintu ruang belakang yang menjadi tempat penyimpanan barang-barang dan peralatan cafe.

Gelap.

Varania masuk ke dalam, menekan saklar lampu di samping pintu. Ruangan yang tidak terlalu luas itu seketika mendapatkan cahayanya. Netra Varania bergulir mencari objek yang membuatnya datang kesini.

Tidak ada gelas jatuh, lemari penyimpanan masih terkunci dan lantai masih bersih tanpa ada tanda-tanda kekacauan.

Mungkinkah salah dengar?

Varania menggelengkan kepala, tidak mungkin salah dengar karena Fardan juga mendengarnya.

Karena tidak ada pecahan kaca yang harus dibereskan, Varania berbalik pergi ke depan. Namun baru setengah jalan, sudut matanya menangkap bayangan di balik lemari. Bayangan seorang perempuan berambut panjang yang menjuntai hingga ke lantai.

"Hallo, ada orang disana?" Tanya Varania menatap waspada pada bayangan itu, dan berharap itu bukan maling.

Tidak ada sahutan. Bayangan itu juga masih ada disana.

Varania melangkah sepelan mungkin, lemari itu tidak terlalu jauh namun saat seperti ini Varania merasa lemari yang ia tuju sangat jauh.

"Hei," Varania sudah sampai di dekat lemari, bayangan itu seketika menghilang.

Aneh, seharusnya ada orang disini kan?

"Vara, apa perlu waktu sepuluh menit untuk membuang pecahan kaca." Suara menyebalkan Fardan terdengar dari luar pintu membuat Varania menghela nafas lega.

"Tidak ada gelas yang jatuh bos," lapor Varania menghampiri si bos yang mendominasi dan galak.

"Ya, sudah. Kamu boleh pulang, jangan lupa laporannya diselesaikan." Kata Fardan lalu pergi ke ruangan kerjanya.

"Dasar orang aneh." Umpat Varania memelototi punggung Fardan yang hampir menghilang di balik pintu.

Varania melirik jam tangannya, sudah hampir setengah delapan malam. Hampir satu setengah jam Varania mengerjakan laporan.

Setelah mengganti pakaian, Varania segera pulang menggunakan bus.

Varania bersyukur masih ada bus malam yang beroperasi.

 

Varania baru selesai mandi, ia mengeringkan rambutnya dan menguncirnya. Sekarang dia masih harus membantu ibunya mengantarkan pesanan.

"Vara, antarkan bingkisan ini ke rumah yang ada di sebelah rumah paman Boyd." Kata Matilda menyerahkan bingkisan yang cukup besar.

"Ada orang baru, Bu?" Varania sudah tidak asing dengan bingkisan ini. Setiap ada orang baru di lingkungan sekitarnya, Matilda akan meminta Varania mengantarkan bingkisan selamat datang.

"Iya, dia cuma tinggal sendirian dan baru pindah tadi siang. Kamu antarkan ya," setelah itu Matilda kembali ke dapur menyelesaikan pesanan.

Varania memakai Hoodie lalu segera melakukan perintah ibunya.

Rumah bercat hijau di sebelah rumah paman Boyd nampak sederhana dan memiliki tampilan minimalis yang menyenangkan. Ada kebun kecil di depan rumahnya yang ditanami berbagai jenis bunga.

Ting...tong..

Varania menekan bel di samping gerbang, ia menunggu dengan sabar sambil memperhatikan langit tanpa bintang. Cuaca cerah, tapi malam ini tidak ada satupun bintang yang terlihat.

"Ada apa?" Gerbang dibuka dan satu suara akrab menyapa indera pendengaran Varania.

Varania mengalihkan pandangannya dari langit ke orang yang baru saja membuka gerbang, "Lho, bos?" Kagetnya.

Siapa sangka tetangga baru yang dimaksud ibunya adalah pria menyebalkan, Fardan Elano.

Sial! Tidak hanya melihatnya di cafe, sekarang dia pindah kesini dan kemungkinan akan melihatnya setiap hari. Gerutu Varania dalam hati,

"Aku mengantarkan bingkisan selamat datang dari ibu," ucap Varania berwajah masam, dia benar-benar tidak menyukai keberadaan orang ini di lingkungan tempat tinggalnya.

"Tidak perlu." Fardan mengabaikannya, menutup kembali gerbang rumahnya.

Varania melongo di tempat, baru kali ini dia bertemu orang yang sangat tidak sopan. Menolak keramahan ibunya yang sudah susah payah menyiapkan bingkisan.

"FARDAN!! CEPAT AMBIL BINGKISAN INI! IBUKU SUDAH SANGAT BAIK MENYIAPKAN SEBAGAI UCAPAN SELAMAT DATANG!" Varania berteriak marah, ia sangat kesal dan tidak peduli jika Fardan akan memecatnya besok pagi.

Fardan masuk ke dalam rumahnya tanpa memperdulikan Varania.

1
gaby
Baru gabung, seperti bagus dr judul critanya.
Dini Anggraini
apakah yang mengutuk kota Ravenswood itu ibu kandungnya celine yang mati karena bunuh diri setelah tahu suaminya selingkuh dengan Mathilda ya bunda author sehingga dia mau siapapun yang menggunakan HP di malam hari akan mati seperti yang terjadi pada Samuel dan orang lainnya lagi. 🙏🙏🙏🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!