Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.
Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.
Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.
Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suamimu ini Sedang Sakit
Di dapur Nayra mulai menyalakan kompor. Tangannya sibuk, tapi pikirannya entah melayang kemana. Kalimat yang di ucapkan Aditya, berulang-ulang terngiang-ngiang di benaknya. Nayra bahkan tidak sadar, jika di belakangnya ada sosok yang sedang memperhatikannya saat sedang melamun.
"Ssshhhhsss," ringis Nayra pelan, sembari meniup telapak tangannya yang tanpa sengaja menyentuh panci panas berisi bubur yang ia buat untuk Aditya.
"Nayra, kamu tidak apa-apa, Nak?" Tanya Mama Hanum dengan wajah panik.
Sedari beberapa menit lalu, Mama Hanum terus memperhatikan Nayra yang sedang membuat bubur. Namun, wanita paruh baya itu dengan jelas bisa melihat Nayra banyak melamun. Seketika itu, Mama Hanum berpikir jika Aditya pasti melakukan hal buruk lagi pada Nayra.
"Nayra baik-baik saja, Ma. Nayra hanya kaget saja." jelas Nayra dengan senyum tipis agar tak membuat ibu mertuanya khawatir.
"Ayo sini duduk dulu," Mama Hanum mematikan kompor, setelah itu mengajak Nayra duduk di kursi yang terdapat di ruang makan. "Ayo ceritakan pada Mama, sebenarnya ada apa? Mama perhatikan kamu banyak melamun tadi, Apa ada masalah? Aditya melakukan hal buruk padamu lagi, Nak? Ayo katakan pada Mama!" tanya Mama Hanum setelah mereka duduk berhadapan di ruang makan.
Nayra menghembuskan napasnya pelan sebelum menjawab pertanyaan Mama Hanum, "Tidak Ma, Mas Aditya tidak melakukan hal buruk pada Nayra." jelasnya.
Tapi Mama Hanum meragukan jawaban Nayra, "Sayang tidak usah khawatir, Sebaiknya kamu jujur pada Mama. Kita sudah biasa untuk saling terbuka satu sama lain. Kali ini Mama juga akan mendengarkan keluhanmu seperti biasanya, Jadi kamu tidak perlu khawatir." tutur Mama Hanum meyakinkan Nayra.
Nayra merasa beruntung karena meskipun hubungannya dengan Aditya kurang baik, tapi keluarga suaminya itu memperlakukannya dengan sangat baik. Nayra bahkan sudah tidak sungkan-sungkan selalu membicarakan masalahnya dengan Mama Hanum. Sementara Arsyila, adik satu-satunya Aditya itu selalu menemaninya kemanapun dia butuh teman. Bahkan adik iparnya itu kini juga sangat dekat dengan sahabatnya, Nadira.
"Sebenarnya begini, Ma,," Nayra menarik napas dalam sebelum menceritakan apa yang Aditya katakan padanya. "Mas Aditya mengajak Nayra untuk memulai hubungan kita dari Awal."
"Apa maksud kamu, Nak?" Mama Hanum, sama sekali tidak mengerti apa maksud ucapan Nayra.
"Memang apa yang di katakan Aditya pada kamu, Ra?"
"Mas Aditya bilang begini, Ma. 'Nayra, Ayo mulai semua dari awal. Tolong ajari aku untuk mencintaimu' seperti itu, Ma." Nayra segera menundukkan kepalanya, karena tiba-tiba ia merasa wajahnya memanas mengingat ucapan Aditya padanya.
Mama Hanum menutup mulutnya dengan kedua tangan setelah mendengar jawaban Nayra, "Sayang, itu artinya Aditya sudah mulai berusaha membuka hatinya untuk kamu dan menjalani pernikahan ini dengan benar. Wahhhh,, Mama senang sekali, Ra." ucap Mama Hanum dengan antusias.
"Benarkah seperti itu, Ma? Tapi Nayra tidak yakin." lagi-lagi Nayra menundukkan kepalanya, ia hanya takut jika ia terlanjur berharap, tapi Aditya menyakitinya lagi.
"Sayang, dengar Mama baik-baik,," Nayra mendongakkan kepalanya mendengar ucapan Mama Hanum. "Aditya memang memiliki watak yang keras kepala, tapi asal kamu tahu sebenarnya dia adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya, InsyaAllah bisa di percaya. Hingga detik ini Mama belum pernah melihat Aditya mengingkari ucapannya sendiri. Jadi, jika dia berucap seperti itu, artinya dia ingin memperbaiki hubungan kalian. Percaya pada Mama." ucap Mama Hanum sembari mengenggam tangan Nayra dengan lembut.
"Semoga saja begitu ya, Ma. Nayra juga berharap kedepannya hubungan kita bisa membaik." Dalam hati, Nayra sangat-sangat bersyukur jika memang benar, Aditya ingin memperbaiki hubungan mereka.
"Semoga ya, Sayang. Mama akan selalu mendoakan hubungan kalian akan segera membaik. Sebaiknya kamu selesaikan dulu membuat buburnya, atau mau mama saja yang buatkan? Kamu pasti lelah karena merawat Aditya semalaman" Ucap Mama Hanum.
"Tidak usah, Ma. Lagipula buburnya hampir matang." tolak Nayra dengan nada halus.
"Kamu sebaiknya sarapan dulu, Sayang. Mama akan panggilkan Papa dan Arsyila dulu, agar kita bisa sarapan bersama." Mama Hanum sudah beranjak dari duduknya dan bersiap pergi untuk memanggil Papa Indra dan Arsyila. Namun, ucapan Nayra menghentikan niatnya.
"Tidak usah, Ma. Sebaiknya Nayra sarapan setelah menyiapkan makan Mas Aditya saja. Kasihan Mas Aditya kalau harus menunggu lama. Lagian, dia juga harus segera minum obat kan, Ma. Nayra hari ini juga tidak terburu-buru, jadi sarapannya nanti saja." jelas Nayra.
"Kamu tidak ke Butik, Sayang?" tanya Mama Hanum.
"Sepertinya untuk beberapa hari ini Nayra mengerjakan pekerjaan Nayra di rumah saja, Ma. Dengan begitu bisa sembari menjaga Mas Aditya." ucapan Nayra justru membuat Mama Hanum tertawa. Nayra tentu heran dengan ibu mertuanya itu.
"Ada apa, Ma? Apa ada yang salah dengan ucapan Nayra?" tanya Nayra.
"Sayang, Aditya kan sudah dewasa. Kalau sakit begini tidak apa-apa kalau di tinggal. Lagian dia hanya demam. Kalau kamu mau ke Butik pergi saja. Di rumah juga ada Mama, kan. Kamu tidak perlu khawatir." ucap Mama Hanum.
"Tapi, Ma. Ini kan tugas Nayra, biar Nayra saja yang mengurus Mas Aditya. Pekerjaan Nayra juga tidak terlalu banyak."
Mendengar ucapan Nayra, Mama Hanum tersenyum teduh. "Apa kamu tahu, sayang? Terlepas dari apapun alasan kamu mau menikah dengan Aditya, Mama sungguh sangat bersyukur karena kamu yang menjadi istrinya. Tidak bosan-bosan Mama katakan, Terima Kasih sudah mau menikah dengannya. Terima Kasih, Sayang." ucap Mama Hanum sembari memeluk Nayra. Tanpa terasa, air mata wanita paruh baya itu menetes. Ia merasa sangat bersyukur karena Nayra yang menjadi pendamping Aditya.
"Mama, kenapa Mama terus mengatakan seperti itu. Apa Mama tidak bosan, mengucapkan terima kasih seperti itu terus? Nayra bosan mendengarnya, Mama." jawab Nayra dengan wajah cemberut bermaksud mencairkan suasana yang mulai mellow.
"Tentu saja Mama tidak bosan, sampai kapanpun Mama akan mengatakannya padamu. Itu karena Mama sangat-sangat beruntung, memiliki menantu yang luar biasa seperti kamu. Mama akan selalu mendoakan semoga rumah tangga kalian bisa langgeng. Dan satu lagi, Mama juga berdoa semoga segera mendapat cucu dari kalian berdua." ucap Mama Hanum sembari menggoda Nayra.
Seketika itu wajah Nayra memerah, mendengar ucapan Mama Hanum. "Aminn, doakan saja ya Ma." sahut Nayra malu-malu. "Kalau begitu Nayra lanjutkan pekerjaan Nayra dulu ya, Ma." pamit Nayra sembari segera berlalu dari hadapan Mama Hanum, ia hanya sedang menghindari topik pembicaraan yang akan membuatnya malu.
Mama Hanum mengelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat tingkah menantunya yang sedang gugup itu.
Setelah bubur yang ia masak untuk Aditya matang, Nayra segera kembali ke kamar. Ia berharap Aditya sudah bangun, agar bisa segera sarapan dan minum obatnya.
Nayra bernapas lega, setelah melihat Aditya ternyata sudah bangun seperti harapannya. Namun di satu sisi, ia merasa kesal karena Aditya sedang sibuk dengan Tab di tangannya. Pria itu pasti sedang mengerjakan pekerjaannya.
"Maass, kenapa kamu tidak istirahat? Dan apa ini, kamu mengerjakan pekerjaanmu saat sedang sakit begini?" tegur Nayra kesal.
"Sebentar, Ra. Aku hanya sedang cek laporan yang di kirim Adrian. Hanya sebentar, setelah itu aku akan langsung istirahat." sahut Aditya tanpa mengalihkan pandangannya dari Tab yang ada di tangannya.
"Terserah kamu, Mas. Aku mau siap-siap mau berangkat ke butik dulu." sahut Nayra, sembari meletakkan bubur yang ia bawa ke atas meja.
Mendengar apa yang Nayra ucapkan, Aditya sontak mendongakkan kepalanya. Aditya menahan pergelangan tangan Nayra saat istrinya itu hendak berjalan menuju kamar mandi.
"Tunggu, Ra. Kamu mau ke butik? Kamu tidak lupa kan, kalau suamimu ini sedang sakit? Kamu akan tetap berangkat ke Butik dan meninggalkanku sendirian di sini?"
Izin yaa