NovelToon NovelToon
YISHA : After Reincarnation

YISHA : After Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Elf / Fantasi Wanita
Popularitas:940
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.

Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.

Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#10

Udara sejuk yang terperangkap di dalam selimut lama-kelamaan terasa semakin menghangat. Rasa hangat itu perlahan membuat kesadaran Sora sedikit-demi sedikit terkumpul. Tidur menggunakan handuk kimono merupakan kesalahan yang tak ingin Ia ulangi.

Sora meregangkan tubuhnya dan tak lama setelahnya Ia terdiam. Kedua matanya terus menatap jam dinding yang tergantung di dekat salah satu jendela kamarnya. Jarum jam membentang menunjukkan waktu telah memasuki pukul 10:20. Saat itu Sora masih melamun.

Mimpi aneh yang dialaminya terasa sangat nyata. Bahkan teriakan seorang laki-laki itu seperti terus menggema ditelinganya.

“Yisha…?” gumam Sora dengan tubuh yang masih terlentang di atas tempat tidurnya.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan membuatnya kembali tersadar untuk yang kedua kalinya. Yap, setelah tadi tersadar dari tidur, kali ini Sora telah tersadar dari lamunannya.

“Siapa sih yang nelpon jam segini,” ucapnya sebelum Ia meraih ponselnya.

Sora beringsut mencabut ponsel yang saat itu telah selesai diisi dayanya dari atas nakas. Meski masih malas namun Ia tetap menjawab panggilan itu. Terlebih ketika Ia membaca nama kontak yang menghubunginya itu, rasa malas dalam dirinya seperti menguap begitu saja.

“Hah? Pak Frank?” gumam Sora.

“Halo. Siang, Pak Frank…” Sora duduk tegak seolah orang itu memang benar-benar berada di hadapannya.

Untuk beberapa saat Ia terdiam mendengarkan ucapan lawan bicaranya di sebrang sana.

“Baik Pak. Berarti materi rapatnya besok saya kirim sekitar jam sembilan ya,” meski penampilan Sora masih berantakan khas bangun tidur, namun wajahnya telah berubah serius. Tak terlihat tanda-tanda rasa kantuk di kedua matanya.

“Tidak apa-apa, Pak. Tidak ganggu sama sekali,” Sora tersenyum simpul setelah orang di sebrang sana menyelesaikan ucapannya, “sama-sama, Pak” pungkasnya.

Baru setelah sambungan telpon itu terputus, Sora terlihat komat-kamit tanpa bersuara dan Ia memanyunkan bibirnya pada ponsel yang masih digenggamnya.

“Pokoknya hari ini gua mau me-time…” Sora kembali melemparkan tubuhnya pada tempat tidur dan memeluk bantal guling yang berada di sampingnya.

Namun, belum lima menit bantal guling itu berada dalam pelukannya, sesuatu hal kembali terjadi dan menggagalkan rencananya. Perutnya terdengar ribut minta segera diisi makanan.

'Perasaan tadi gak laper, kok sekarang jadi pengen ngunyah,' pikirnya.

Ponsel yang tadi diletakkan Sora di sisi lain tempat tidur kini kembali diraihnya. Terlihat Ia tengah menggulir aplikasi pemesanan makanan online di ponselnya. Namun, dari sekian banyak pilihan menu yang dilihatnya, tak ada satupun yang Ia pesan.

Sepertinya Sora berubah pikiran. Ponsel itu diletakannya kembali di atas nakas. Dan entah apa yang merasukinya, Sora bangkit dari tempat tidurnya dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Gemericik air terdengar dari dalam sana. Dan tak berselang lama, Sora kembali keluar dari kamar mandinya.

Dari sana, Ia melangkahkan kaki menuju walk in closet untuk mengganti handuk kimono di tubuhnya dengan pakaian lain. Sesampainya Ia di sana, Sora tak langsung memilih baju untuk dikenakannya. Ia terdiam di ambang pintu menatap salah satu sudut walk in closet yang sempat menjadi saksi bisu kejadian tak normal yang dialaminya.

Sekilas bayangan tentang sosok pria asing itu melintas kembali dalam ingatannya. Teringat kembali akan momen itu membuat Sora bergidik. Tak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa Ia akan bertemu dengan manusia sesinting itu.

“Ck. Tau lah! Orang aneh!” tiba-tiba Sora menggerutu sambil melangkah dengan hentakan kaki yang kencang.

#

Sora menuruni undakan tangga dengan sepatu hak tinggi berwarna putih. Midi dress berwarna krem itu tampak pas sekali melekat di tubuhnya. Rambutnya yang bergelombang tergerai dengan sempurna.

Selama Ia menuruni tangga, hanya pemandangan rumah besar yang sepi dan lengang-lah yang memenuhi pandangannya. Tiba-tiba hatinya terasa sesak, berbanding terbalik dengan apa yang dilihatnya.

“Ayo, Pearl. Kita nyari makan yang enak,” kata Sora sambil memasang sabuk pengaman.

Sedan putih kesayangannya yang terparkir di garasi menjadi pilihannya saat itu. Oiya. Pearl adalah nama yang Sora berikan untuk mobil kesayangannya. Tidak ada cerita spesial dibalik alasannya memilih nama ‘Pearl’. Sora hanya berpikir nama itu cocok untuk sedan putih yang terlihat cantik dimatanya.

Pearl melesat dari garasi menuju jalanan kota yang selalu ramai. Hingga sekitar setengah jam setelahnya, Sora memutar kemudi memasuki pelataran restoran Masakan Padang.

Sejak urung memesan makanan di rumahnya tadi, dalam pikiran Sora tiba-tiba terbersit ide untuk pergi menikmati potongan rendang ditemani nasi hangat yang disiram kuah dengan cita rasa rempah yang kuat.

Tak perlu menunggu lama setelah dirinya memasuki restoran itu, Sora disuguhkan sebakul nasi disusul beberapa lauk yang terlihat begitu menggugah selera.

Namun, niat Sora tak goyah. Ia dengan mantap mengambil piring berisi potongan daging rendang dan sejumlah kentang yang ukurannya menggemaskan.

Sambil mengunyah makanan penuh bumbu itu, Sora sekali-kali menggerakkan kedua bahunya tanda dirinya begitu kegirangan.

Menikmati makanan yang menggoyang lidah memang salah satu terapi favorit Sora untuk menghilangkan emosi negatif yang menggulung didalam pikirannya.

#

Matahari kini semakin turun ke arah barat menampilkan cahaya oranye yang cerah nan memanjakan mata. Apalagi jika pemandangan itu dilihat dari lantai tiga gedung seperti yang Sora lakukan sekarang. Sebuah outlet es krim yang berada di dalam mall menjadi tempat yang Sora pilih untuk kembali menghabiskan waktunya.

Tapi tetap saja, rasanya hari libur itu berlalu begitu cepat. Padahal seingatnya, hari itu Sora hanya selesai menikmati rendang di Restoran Padang saja.

Waktu berlibur benar-benar terasa singkat.

Ketika Sora kembali akan menyuapkan es krim coklat dengan toping espresso itu, tiba-tiba saja Ia merasa kepalanya berdenyut hebat. Karena hal itu, Ia kembali menaruh sendok kecil itu dan kini kedua tangannya memegangi kepalanya.

Ia meringis karena rasanya baru kali itu Ia merasakan sakit yang teramat sangat. Dan diantara rasa sakit yang menyerang kepalanya, terselip potongan ingatan yang sangat asing dan aneh bagi Sora.

Memori asing itu memperlihatkan ingatan yang cukup memilukan. Terlihat seorang wanita cantik tengah bersimpuh sambil menangkup tubuh seorang wanita yang terbaring berlumuran cairan merah.

“Wyn… Kelak, izinkan aku menetap dalam raga salah satu keturunanmu,” entah suara siapa dan berbicara pada siapa yang tertangkap dalam memori asing itu.

Yang jelas, Sora yakin bahwa Ia tak pernah sekalipun melihat adegan itu. Tidak dimanapun, bahkan dalam banyak drama yang pernah Ia tonton.

Saat itu, Sora terus menangkup wajahnya dengan kedua tangan menahan rasa sakit yang menyerang.

Tepat ketika Sora merasa pundaknya disentuh oleh seseorang, Ia ikut terhenyak ketika rasa sakit dan ingatan asing itu menghilang begitu saja.

Sora masih memegangi kepalanya dengan nafas yang memburu.

Kedua sikutnya bertumpu pada meja di hadapannya. Dan saat itu, sesosok pria yang tak asing bagi Sora kembali muncul di hadapannya.

“Masih sakit?” Tanya Rayn sambil melipat tangan di meja. Tatapan mata sayu itu begitu teduh namun menyebalkan sekaligus.

“Dih! Ngapain lu di sini?!” Selain tampak terkejut, Sora juga tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Ingatannya tentang malam di walk-in closet itu seperti kembali terulang.

“Hei… Aku tuh nanya, masih sakit, gak? Kepalanya?” kali ini nada suara Rayn terdengar lebih lembut, seolah Ia adalah pria paling perhatian di dunia.

Alih-alih menjawabnya, Sora hanya berdecih kemudian memalingkan wajahnya ke lain arah. Saat itu, kepalanya masih terlalu pening untuk menanggapi tingkah pria yang masih duduk di hadapannya itu.

“Eh, ngomong-ngomong Aku tuh kayak gak asing-“

Sebelum Rayn menyelesaikan ucapannya, Sora keburu berdiri dan meninggalkan tempatnya barusan. Meninggalkan Rayn dan setengah cup es krim coklat yang belum Ia habiskan.

Sora benar-benar tak peduli dengan Rayn dan berjalan secepat yang Ia bisa. Gadis itu terus berjalan dengan cepat hingga dirinya tiba di area parkiran. Untungnya, tak sulit bagi Sora untuk menemukan Pearl. Sejurus kemudian Sora duduk di belakang kemudi namun Ia tak langsung menyalakan mesin mobil.

“Ish!” Sora memukul kemudi meluapkan rasa kesalnya, “ngapain lagi sih tuh orang? Kenapa dia kalo muncul suka tiba-tiba banget kayak hantu? Gak di hutan, gak di mall. Sok-sok-an nanya ‘masih sakit apa enggak’ lagi. Sial*an emang. Mana es krim gua belom abis. AARGHHH…” Sora lalu mengacak rambutnya frustrasi.

Sementara itu, Rayn tampak masih terduduk di outlet es krim yang tadi Sora tinggalkan. Mulutnya diam, tapi hatinya mengatakan bahwa cara pendekatan yang dilakukannya itu kurang tepat.

Terbukti dari sikap Sora yang cenderung selalu menghindar ketika Rayn berusaha berinteraksi dengannya.

1
Anononin
Mulutnya diam, tapi hatinya mikir keras, wkwkwkwkkk /Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!