NovelToon NovelToon
Tunangan Antagonist

Tunangan Antagonist

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Bad Boy / Rebirth For Love / Idola sekolah
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: raintara

Pemuda itu mengacungkan pistolnya persis di dada sebelah kiri Arana. "Jika aku tidak bisa memilikimu, maka orang lain juga tidak bisa.

Dor!!

••••

Menjadi tunangan antagonis yang berakhir tragis, adalah mimpi buruk yang harus Nara telan.

Jatuh dari rooftop sekolahnya, membuat Nara tak sadarkan diri dengan darah yang menggenang di tempat dirinya terjatuh.

Nara pikir dia akan mati, namun saat gadis itu terbangun, ia begitu terkejut ketika mendapati jiwanya sudah berbeda raga.

Berpindah di raga tokoh novel yang merupakan tunangan dari antagonis cerita.

Ia bernama Arana Wilson.

Saat mencapai klimaks, tokoh ini akan mati tertembak.

Sialnya, karena terjatuh, Nara tidak tau siapa malaikat maut raga yang kini ia tempati.

Bagaimana kisah Nara di novel itu sebagai Arana. Akankah dia tetap mati tertembak atau justru ia mampu mengubah takdirnya.


🍒🍒🍒

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raintara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

"Mau pesan apa?"

Arana diam tanpa menjawab Malvin. Pandangannya terpusat pada buku menu, tapi pikirannya melayang kemana-mana. Apakah ini keputusan yang tepat. Kenapa dirinya jadi ragu sekarang.

"Arana?"

"Eh?"

Arana tersentak kaget ketika Malvin menyetuh lengannya. Buru-buru gadis itu membuat gesture merapikan rambut. Semata-mata agar tangan Malvin terlepas darinya namun dengan cara yang tidak menyinggung.

Bukan apa, namun jangan sampai pemuda itu menaruh curiga padanya. Dan yah, dirinya tidak boleh goyah. Dia harus yakin akan tindakannya ini. Siapa tahu, setelah dia menyelesaikan misi maka, dia akan bisa kembali ke dunia asalnya.

Bibir Arana terlipat pertanda sedang berpikir, Arana tidak tahu ini akan berhasil atau tidak, namun bisa dicoba. Jika Malvin dan Arana dulu memiliki hubungan, pasti pemuda itu tahu jawabannya.

"Makanan kesukaan gue, lo nggak lupa kan?"

Malvin terdiam sejenak, sebelum akhirnya terkekeh kecil. Ia ambil buku menu di meja sebelum akhirnya memanggilnya pelayan.

"Bagaimana gue bisa lupa. Segala tentang lo, gue masih ingat segalanya."

"Silahkan, mau pesan apa?" seorang pelayan perempuan dengan seragam yang khas dan alat tulis di kedua tangannya datang menghampiri meja mereka.

"Milkshake coklat satu, ice americanonya satu. Untuk makanan, ramyon dua. Dan ya, Chess cake satu." Malvin berujar dan pelayan itu mencatat. Sedangkan Arana, gadis itu termenung.

Ramyon adalah makanan kegemarannya. Milkshake coklat, jangan tanyakan betapa Arana menyukai segala yang berkaitan dengan coklat. Dan...chess cake. Ah, Arana paling menyukai dessert yang satu itu.

Arana menatap Malvin rumit. Baiklah, rencananya sudah mulai berjalan. Dia tinggal harus menjalankannya dengan baik.

"Baik, pesanan kalian akan datang sebentar lagi. Mohon ditunggu sebentar."

Pelayan itu pergi. Meninggalkan Arana berdua dengan Malvin. Jujur saja, gadis itu merasa canggung.

"Lo tahu, gua nggak nyangka lo bakal ngajakin ngedate begini. Lo...." Wajah Malvin maju, sontak Arana memundurkan kepalanya.

"Nggak lagi main-main sama gue kan Arana?"

Arana menggelengkan kepalanya ribut. "Engg--nggak!" ujarnya gugup.

Malvin kembali ke posisinya semula. Ia sugar rambutnya sebelum akhirnya mendengus kecil.

"Ada pun nggak masalah. Asalkan..." pemuda itu tatap mata Arana dalam.

"Gue bisa bareng sama lo, itu udah lebih dari cukup."

Arana mematung sejenak. Berkedip dua kali, ia decakkan lidah dengan tampang malas.

"Apasih! Gue cuma mau nyambung tali silaturahmi!" seru gadis itu nyolot.

"Dan...tunangan lo nggak marah?"

Sialan. Hades, bagaimana Arana bisa melupakan pemuda itu. Dirinya baru sadar sekarang. Pantas saja dirinya merasa janggal. Ketika tadi pagi Hades tidak datang menjemputnya seperti biasa. Di sekolah pun Arana tidak melihat batang hidung pemuda itu.

Apa dia tidak masuk sekolah? Tapi kenapa? Arana bertanya dalam hati.

"Kenapa? Sekarang lo nyesel ngajak gue makan bareng?" Malvin tersenyum remeh.

"Engg--nggak, gue nggak nyesel."

Malvin tahu, ada keraguan pada ucapan gadis yang duduk berhadapan dengannya itu. Namun selama ia bersama Arana, masa ia peduli dengan semua itu. Malah bagus jika Arana dan si bangsat Hades itu bertengkar dan akhirnya bubar. Karena sejujurnya, Malvin sangat mengharapkan itu terjadi.

"Malvin."

"Hm?"

"Setelah ini, gue main ke tempat lo ya?"

Sekali lagi Malvin dibuat terkejut. Ia tatap Arana penuh curiga. Namun memikirkan jika dirinya memiliki ide, diam-diam bibirnya membentuk garis miring penuh arti.

"Hm? Mau main ke apartment gue?"

Haruskah Arana mengurungkan niatnya. Tidak, dia harus yakin. Demi misi.

"I...iya."

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang memotret kebersaman mereka.

🍒🍒🍒

"Malvin, kenapa dia ada di sini?"

Mira begitu terkejut saat Malvin pulang dan di sampingnya ada Arana. Ya, akhirnya Arana memantapkan diri untuk berkunjung ke apartment Malvin. Langkah ini mau tidak mau harus dia ambil demi misi.

"Bukan urusan lo." jawab Malvin datar. Dia tatap Mira tajam.

"Buat minuman buat Arana cepat!"

"Eh, tidak usah." sela Arana cepat. Tidak enak dengan Mira. Apalagi tatapan protagonis perempuan itu sungguh terlihat sangat kasihan.

Mira, jika bukan karena terpaksa, gue juga nggak mau ke sini. Arana menggumam dalam hati. Meminta maaf sebanyak-banyaknya kepada Mira.

"Em, Malvin. Tiba-tiba gue kebelet. Boleh numpang kamar mandinya nggak?"

"Boleh. Ayo gue antar."

Malvin menggandeng tangan Arana. Dan mau tidak mau Arana harus menerimanya.

Malvin membawa Arana pada sebuah kamar. Ruangan dengan dominasi cat hitam putih itu berhasil menarik perhatian Arana. Rapi, wangi khas seorang Malvin Wijaya, dan luas.

"Itu pintu kamar mandinya." tunjuk Malvin menggunakan dagunya setelah ia duduk di pinggiran ranjang.

Arana tersenyum canggung. Ia letakkan tasnya pada sofa lalu berjalan menuju kamar mandi dalam yang berada di kamar pemuda itu.

Gadis itu membasuh mukanya pada wastafel. Berharap panas pikiran pada otaknya dapat mereda. Menarik dan menghembuskan nafas berkali-kali, Arana berusaha untuk tetap tenang.

"Tenang Arana...jangan panik."

Arana keluar dari kamar mandi setelah merasa lebih baik. Gadis itu melihat Malvin yang tengah bermain dengan ponselnya.

"Malvin." Arana berjalan mendekat.

Malvin menoleh. Menghentikan aktifitasnya bermain ponsel.

"Gue haus. Boleh minta minum?"

"Tadi katanya nggak usah." Malvin menatap Arana jengah.

"I--itu kan tadi. Sekarang beda lagi."

Menghela nafas pendek, Malvin berdiri. Meletakkan ponselnya pada tengah ranjang.

"Gue ambilin."

"Malvin." cegah Arana ketika pemuda itu hendak melangkah.

"Hm, apalagi?"

"Gue tunggu di sini saja ya. Ada Mira di luar. Gue...ngerasa nggak nyaman."

Malvin hanya mengiyakan sebelum akhirnya menarik tuas pintu dan keluar dari kamarnya.

Setelah memastikan Malvin benar-benar pergi, buru-buru Arana menggeledah kamar pemuda itu. Mulai dari lemari dan laci nakas. Mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk.

"Iuhh, Malvin suka ngoleksi barang-barang seperti ini?" Arana bergidik jijik ketika menemukan alat yang biasa digunakan untuk berhubung in-tim dengan cara yang ekstrim.

"Masokis?"

"Ck, bukan saatnya Arana." pada akhirnya Arana mengabaikan alat-alat itu. Ia rundukkan tubuhnya untuk melihat kolong ranjang. Di sana ia menemukan kardus yang cukup besar. Tanpa menunggu, ia tarik kardus itu dan melihat isi dalamnya.

"Buku diary? Boneka, tumbler, gantungan kunci. Ini semua milik Malvin?"

Kening Arana mengerut bingung. Ia buka buku diary berwarna biru langit itu penasaran.

Di lembar pertama terdapat tulisan yang membuat Arana menganga tak percaya.

'My diary from my lovely'

Arana

"Milik Arana asli. Kok bisa sama Malvin?" monolog Arana bingung.

Merasa tidak ada waktu untuk membacanya, gegas Arana meraih tasnya dan memasukkan buku itu pada tas miliknya.

Mencari petunjuk lain, ia temukan kardus berukuran lebih kecil. Ia buka dan lagi-lagi isinya membuatnya terkejut setengah mati.

Arana takut Malvin akan segera kembali. Oleh karena itu ia juga memasukkan kardus kecil itu pada tasnya.

Setelah dirasa cukup, ia bereskan kekacauan yang dibuatnya agar Malvin tak menaruh curiga.

"Arana?"

Deg.

Bagaikan slow motion Arana dongakkan kepalanya. Malvin tengah menatapnya bingung.

"Ngapain lo jongkok di situ?"

"Ti--tikus. Tadi gue lihat tikus masuk kolong." alibi gadis itu. Berharap Malvin dapat mempercayai dustanya.

"Tikus?"

"Ya. Lo kok jorok ternyata."

"Tapi---

"Malvin, gue kayaknya harus pulang cepat. Gue baru ingat ada janji sama Hades."

Mendengar nama Hades, raut Malvin berubah tak suka. Ia mendengus sinis.

"Lo lagi jadiin gue badut apa gimana sih, Ra?"

"Maksud lo?" Arana pura-pura tidak mengerti.

"Lucu. Di saat gue jadiin Mira badut, di situ juga lo memperlakukan gue sama kaya gue memperlakukan Mira."

"Apa?!"

Hah. Arana tidak menyangka akan mendapat informasi se-plot twist ini.

Sang protagonis laki-laki hanya menganggap protagonis wanita sebagai badut?!

1
Cha Sumuk
mc cewek nya lemah bodoh tdk bisa bela diri bikin gregetan BC nya
Cha Sumuk
bagus tp knp ada tulisan gue gue lo lo ahhh
Musdalifa Ifa
next nya Thor ceritanya bikin penasaran jadi setiap baca itu perasaannya itu semangat enggak bosenin gitu jadi ditunggu up nya yah Thor semangat💪👍
Putra Satria
gasss lanjutkan lagi Thor semangat 45thor di tunggu up selanjutnya /Applaud//Kiss//Applaud//Rose//Rose/
Aisyah Suyuti
menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!