NovelToon NovelToon
Di Antara Cahaya Yang Luruh

Di Antara Cahaya Yang Luruh

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:509
Nilai: 5
Nama Author: Irma syafitri Gultom

Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.

Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.

Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.

Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tempat Bersama dan Seperti Rasa Salam Perpisahan.

.

.

Hari masih tampak terang saat dirinya turun dari mobil hitam tersebut, bahkan kini mentari tampak mengeluarkan cahaya ke orenan miliknya yang telah berada di posisi barat dan awan kelabu itu juga sedikit demi sedikit bergerak lembut terembus angin lembut jauh di langit sana.

Saat Revander sudah berhasil berdiri sepenuhnya di samping mobil hitam itu, Tobito segera membungkuk hormat memberikan salam seperti biasa kepadanya.

“Terima kasih Tuan Tobito, dan hati-hati di jalan” Ucap gadis itu seperti biasa pula kepada pria pirang itu setiap kali di telah di antar pulang.

Hari ini dirinya kembali lebih cepat di bandingkan hari-hari lainnya sebelumnya.

Tapi hari yang masih tampak terang itu malah menjadi sebuah senjata tajam kepada dirinya, saat dia dapat melihat beberapa ibu-ibu yang tampak berdiri berkumpul di tepi jalan tak jauh dari dirinya dan mobil hitam yang terparkir di depan rumah dia.

Sial.....

Dia yakin ini akan berujung hal yang tidak baik untuk dirinya.

“Terima kasih kembali untuk Anda Nona, telah meluangkan waktu Anda hari ini.” Dengan tenang Tobito berjalan kembali memasuki mobil itu di kursi penumpang, dan menghidupkannya.

Perlahan mobil itu berjalan mundur lalu berputar sebelum akhirnya pergi dari lingkungan yang terasa mencolok dengan keberadaan benda mewah itu, menghilang setelah mobil itu berbelok ke arah kanan pada ujung lorong jalan rumahnya.

“Reva baru pulang ya....” sebuah suara yang familiar segera terdengar dari arah belakangnya.

Ahhh....

Sial!!!

Kenapa harus sekarang!!!!

Dengan cepat pula, gadis itu segera menoleh kepada sumber suara itu menampilkan dua wanita paru baya yang salah satunya tidak lain dan tidak bukan tetangga yang tinggal di depan rumahnya sendiri.

Sial!!!

Tenanglah Revander, tenanglah, lalu tersenyum.

Bicara setenang dan seramah mungkin, tapi jangan terlalu banyak bicara karena bisa-bisa itu akan menjadi hal yang merepotkan untuk ke depannya.

Apa boleh dia langsung di bagian mengatakan dia ingin segera istirahat di dalam rumahnya?

“Bu Diva?” balas gadis itu dengan senyuman.

“Tumben sekali kamu pulang jam segini Reva? Biasanya sekitar habis matahari tenggelam baru sampai dirumah.”

Uuuuhhh....

Mendengar perkataan wanita yang ada di hadapannya itu berhasil membuat bulu kudunya bergidik ngeri akan kuatnya kabar-kabar yang telah beredar di antara kalangan ibu-ibu ini.

Dia tahu cepat atau lambat, dengan keberadaan mobil mewah yang tidak biasa seperti itu, itu akan menarik perhatian manusia-manusia seperti di hadapan dirinya ini.

Dan sungguh dia tidak ingin berhadapan mata, dan bisikan tajam dari mereka.

“Iya bu, hari ini tidak terlalu banyak pekerjaan jadi Reva bisa pulang lebih....--” Revander segera menutup mulutnya dengan cepat saat dia merasakan bibirnya itu dengan sangat tidak sadar dirinya lagi, mengeluarkan kata-kata yang berbahaya.

Ahhh....

Sial...!!!

Sial....!!!

“Ohh..... jadi Reva sudah kerja ya....”

Kan.....

Sial....!!!

Dasar mulut Sialan....!!!!

Sangat hebat Revander, dan selamat atas hal itu.

Tidak membantu.

“Eh... itu.... ya, Reva sudah kerja bu Diva.”

Salah satu wanita itu mengangguk-angguk terlihat seperti.....

Entahlah dia juga tidak tahu harus mengatakan apa dengan ekspresi wajah mereka.

Yang pastinya itu adalah ekspresi yang tidak enak di lihat.

Ya.....

Mereka seperti.....

Mendengarkan seseorang, namun mereka tidak percaya dengan perkataan orang yang mereka dengar.

“Ohh... jadi yang tadi antar nak Reva itu teman kerja kamu?atau..... pacar kamu nak Reva?” kali ini wanita lainnya yang sendari tadi berdiri di samping bu Diva itu yang berbicara.

Siapa namanya itu?

Entahlah tidak ingat, dan juga tidak tahu.

UUhhh....

“Ah, itu.... Tuan Tobito bu, ya...... dia rekan kerja Reva”

“Oooohhh....” mereka kembali mengangguk-anggukan kepala mereka.

Apa ini sudah akan selesai?

“Orang luar negeri ya, Nak Reva? Tinggi dan warna rambutnya saja beda jauh dari orang-orang Indonesia”

Hmm.... sudah benar-benar tercium bau yang tidak enak...

Oh... Tuhan tolonglah hambamu ini.

“Ehh.... itu, ya Tuan Tobito orang luar negeri bu”

“Memang kamu kerja di mana sekarang Reva? Kok, seperti tidak ada kabar-kabar begitu?”

Memangnya harus memberimu laporan apapun setiap hal yang terjadi?

Cih.....

Sabar, sabar....

Dan tenanglah, jangan membuat semuanya menjadi lebih buruk.

“Reva...., sekarang kerja di perusahaan asing bu Diva, jadi seorang asisten juga di sana”

Uuhhhh......

Apa yang sebenarnya yang ingin dia lakukan dengan semua hal ini.

Untuk segera menghentikan mereka?

Poin yang bagus.

“Wah.... kamu jadi asisten di perusahaan asing?” Revander hanya mengangguk pelan dengan tetap tersenyum.

Apa dengan mengatakan hal begini mereka akan berhenti membicarakan dirinya?

Hah!!!!

Tentu saja tidak kamu bodoh....

“Selamat ya kalau kamu akhirnya sudah dapat pekerjaan.” Gadis itu hanya bisa tertawa kecil, namun itu terdengar begitu canggung.

“Ya bu, terima kasih atas ucapannya.” Kini dia sedikit bergerak mundur ke belakang. “sudah dulu ya bu, Reva sudah lelah sekali hari ini... mau membersihkan diri terlebih dahulu dan ingin segera beristirahat” lanjut gadis itu, berusaha mengakhiri percakapan di antara mereka.

“Ahhh... ya,ya.... baiklah kalau begitu, sekali lagi selamat atas keberhasilannya anak Reva”

Dengan segera gadis itu berjalan masuk ke dalam rumahnya yang masih gelap, di karena kan lampu ruang tamu itu belum di hidupkan.

Dan beruntungnya, kondisi rumahnya juga saat ini begitu sepi.

Dia tidak mendengar suara-suara langkah kaki, ataupun televisi yang biasanya terdengar samar dari kamar orang tuanya.

Sejenak gadis itu terdiam menatap kosong dalam ruangan yang hanya di sinari mentari siang menjelang sore itu.

Rumah ini.....

Terasa begitu, sunyi dan sepi.

Ke mana kedua orang tuanya itu?

Mungkin sedang melakukan sesuatu di luar sana?

Itu terdengar seperti kabar yang baik untuk dirinya, dengan ke tidak hadiran dari keduanya.

Revander segera melakukan segala aktivitas yang perlu di lakukan, sebelum ketenangan dan ke sunyian ini hilang di karena kan datangnya mereka berdua.

Membersihkan diri.

Menikmati makan siang sendiri.

Lalu segera beristirahat menyendiri di kamar pribadi.

.

Setelah semuanya dia rasa selesai, dia segera membuka laptop miliknya itu, dan segera membuka sebuah web pencarian dan juga beberapa sosial media ternama.

Sebenarnya.....

Walaupun dirinya dapat pulang lebih cepat hari ini, tapi itu memiliki hal lain yang harus dia ‘korbankan’

Dan itu adalah hal mengenai ‘keinginan’ Flauza untuk menghabiskan waktu bersama dengan dirinya esok harinya.

Pria itu terus mengatakan jika dia ‘ingin pergi ke suatu tempat’ bersama Revander untuk menggantikan waktu mereka yang hilang.

Tentu saja pria itu tidak mengatakannya dengan jelas, tapi juga tidak lah hal yang sulit untuk mengerti dari arti ‘keinginan’ pria itu.

Pergi ke suatu tempat ya.....

Ke mana mereka akan pergi?

Dari pertemuan mereka beberapa waktu yang lalu, Flauza tidak mengatakan hal spesifik yang bisa menjadi sebuah keluhan untuk dirinya.

Tidak seperti hari sebelumnya itu, karena dia menangkap sebuah keluhan ‘suatu tempat di mana  dia dapat melihat orang-orang’

Tapi kali ini pria itu hanya mengatakan untuk ‘suatu tempat untuk menghabiskan waktu bersama’. Dan terlebih lagi Flauza, mengatakan terus menerus keinginan Revander untuk pergi ke suatu tempat bersamanya.

Keinginan dia....?

Ke suatu tempat.....?

Ke mana dia inginkan tempat itu?

Mata hitam itu masih terus melihat lurus pada layar kaca laptop di hadapannya dalam diam, dengan pemikirannya yang terus melayang-layang tidak menentu.

Bahkan dia yakin tidak ada sedikit pun dari postingan-postingan pada sosial media itu  yang dia baca saat ini.

“Tempat bersama......” gumam Revander setengah berbisik kepada dirinya sendiri. Suasana kamar bernuansa biru itu terasa sunyi dan hening, dengan beberapa kali hembusan angin berhasil masuk melalui jendela kamar tersebut.

Kini tubuh sang gadis sedikit bersandar merelakskan tubuhnya sejenak, dan pandangannya melihat samar langit luar dari jendela tersebut.

Tempat di mana dapat menghabiskan waktu bersama.

Ke mana dirimu ingin pergi untuk menghabiskan waktumu bersama?

Kening Revander sedikit berkerut mendengar pemikirannya berbisik lirih pula kepadanya.

Dan untuk jawaban dari pertanyaan itu.....

Dia tidak tahu....

Selama ini......

Jika keluarganya ingin pergi melakukan liburan bersama....

Dia hanya akan diam dan mengikuti mereka dalam diam di belakang.

Tidak bertanya akan pergi ke mana.

Tidak bertanya akan pergi di mana.

Bukan karena dia tidak memiliki suatu tempat yang ingin dia kunjungi.

Tetapi......

Lebih tepatnya jika, dia bertanya yang dia dapatkan dari mereka hanya ucapan ‘sudah ikut saja, nanti kamu juga tahu’ dari mereka.

Jadi dia memilih diam dan mengikuti saja keinginan mereka.

Dan dengan begitu semua hal-hal yang tidak begitu penting seperti ucapan atau kemarahan mereka bisa dia hindari.

Sedikit......

Tapi......

Bukankah ada suatu tempat yang ingin kamu datangi hanya karena kamu ingin ke sana?

.

.

.

Tentu saja ada.....

Tempat di mana, suatu hari dia dapat kunjungi dengan orang-orang yang setidaknya menganggap dirinya ada di sana dan juga menikmati waktu dan tempat itu bersamanya.

Tidak hanya sekedar menjadi ada.....

Tidak di tanya atau di ajak berbicara....

Tidak pula hanya sekedar ada hanya untuk dapat di suruh-suruh pula.

.

.

.

Terdengar egois bukan?

Namun apa boleh buat, jika menanyakan keinginan seseorang.

Bukankah sebagian besar dari mereka akan selalu terdengar egois?

.

Selama pemikirannya itu kembali melayang-layang entah ke mana, jemari telunjuknya masih terus bergerak, mengscroll layar postingan sosial media tersebut dalam diam, sampai beberapa menit kemudian itu berhenti di salah satu gambar yang menunjukkan sebuah gambar sungai di tengah hutan yang indah.

Mata hitam itu berkedip beberapa kali sebelum dia menggerakkan kursor miliknya itu kepada pilihan ‘suka’ pada postingan gambar itu.

Kamu suka itu bukan?

Hah?

Gambar itu terlihat sangat indah, perpaduan warna kuning, hijau, biru yang ada di sana begitu indah dan selaras.

Bukan, tapi tempat-tempat seperti ini....

Tempat-tempat yang memiliki warna kuning, hijau, dan biru yang selaras dalam satu tempat sejuk dan sunyi.

Ya.....

Aku menyukainya.

Dan kita harus kesana .....

Ke sanalah Revander, karena itu adalah tempat yang kamu inginkan untuk menghabiskan waktu bersama.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sudah cukup lama, senyuman tipis itu terukir pada sudut bibir wajah sang gadis berambut hitam itu.

Setelah mendengar sebuah bisikan pemikirannya yang begitu lirih hari ini.

Senyuman kecil, namun itu terlihat bersinar lembut seperti seorang anak kecil yang begitu yakin akan keinginannya akan sesuatu yang dia suka.

.

.

.

Revander kembali memeriksa beberapa barang yang akan di bawanya hari ini dengan teliti. Memastikan semuanya masih ada pada tempatnya dan tidak ada yang tertinggal, ataupun kelupaan.

Hari masih sedikit gelap karena waktu masih menunjukkan pukul enam lewat dua puluh pagi.

Tapi, itu bukanlah masalah.

Kemarin malam, setelah mendapatkan sebuah ide dan menyusun rencana kecilnya untuk hari ini, dia juga telah memberi tahukan sedikit banyak kepada Flauza tentang apa yang harus pria itu siapkan untuk kegiatan mereka hari ini.

Mungkin....

Awalnya, dia sedikit ragu jika pria seperti Flauza itu akan mendengarkan atau membaca pesan aneh darinya kemarin malam. Bahkan sempat ada rasa pupus saat pria itu tidak membalas pesanannya cukup lama bahkan hampir tengah malam.

Tapi semua itu hilang karena, Flauza Evangrandene itu sendiri membalas pesannya dan langsung setuju dengan idenya tanpa mempertanyakan apapun.

Itu terkesan sederhana.....

Namun....

Hal sederhana itu berhasil membuat rasa senang pada hati dan pikirannya itu membara luar biasa.

Bahkan rasa senang pada hatinya itu berhasil membuat dirinya melakukan hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini.

Dia sengaja bangun lebih pagi, dan memasakkan beberapa hal yang menjadi makanan dan bekal untuk mereka dalam perjalanan kali ini.

Dan dia melakukannya tanpa sadar, namun tetap terasa ringan dan bahagia.

Sebuah langkah kaki terdengar dari ruangan tengah menuju ke tempatnya itu.

“Mau ke mana dek? Banyak sekali bawaannya hari ini?” dan suara sang ibunda pun terdengar sebelum pandangannya terfokus pada wanita yang tengah membawa dua gelas kaca berisi teh yang masih panas.

Menaruh salah satu gelas kaca itu di hadapannya dan wanita itu terduduk di sofa lain di hadapannya.

Dengan segera Revander mengambil gelas kaca itu, dan meminumnya dengan pelan teh hangat yang terasa nikmat untuk pagi hari yang masih gelap ini pula.

“Pergi bersama teman adek bu.” Jawab sang gadis setelah selesai meneguk sedikit teh itu.

“Pergi lagi? Memangnya mau pergi kemana?”

Uuuuhhh....

Apa dia harus menjawabnya?

Ya.... dia adalah ibumu Revander.....

Jadi....

Sang gadis menghela nafas panjang.

Tidak ku mohon, jika bisa untuk hari ini saja, untuk tidak terjadi sebuah hal pertengkaran bodoh yang membuat dirinya menjadi tidak enak.

Karena dia benar-benar telah merencanakan ini semua.

“Hanya ke tempat wisata bu, teman adek katanya ingin mencarikan tempat yang tenang, dan dia mengajak adek pergi bersama.”

“Ohh, ya sudah.... hati-hati saja di jalan ya....”

Keheningan kembali terjadi di antara keduanya, Revander kembali meneguk teh itu dalam diam, dan harap akan kedatangan seseorang itu lebih cepat dari hari biasanya.

“Dek....” panggil Ibundanya lagi. “Adek kalau punya seorang yang adek suka, bilang-bilanglah kepada ibu atau ayah....”

Hah?

“Maksud ibu?”

“Maksud ibu..... jika teman adek ini, adek suka atau sudah punya hubungan....---“

“Bu....!!!!” segera mungkin sang gadis itu memotong perkataan wanita di hadapannya itu lagi.

Oh Tuhan.....!!!

“Dia teman adek bu....” ucap Revander dengan pandangan lurus dan tegas.

Itu berhasil membuat sang wanita berhenti sejenak, menatap putrinya lama namun belum menjawab sepata katapun.

“Reva, mungkin kamu tidak nyaman dengan ini....” lanjut sang ibunda. “Tapi ini adalah hal yang wajar, walaupun kamu hanya akan mempertanyakan atau mencemooh di dalam pemikiranmu itu.” gumam sang Ibunda lagi.

“Kamu mungkin tidak ingin berkata terus terang tentang hal ini, namun kamu itu tetaplah anak perempuanku dan ayahmu. Dan walaupun kamu sudah besar, kamu tetaplah anak-anak di mata orang tuamu.”

Salah satu alis sang gadis sedikit terangkat mendengar perkataan itu dari sang Ibundanya.

Aaaahhhh.....

Dia tahu arah pembicaraan mereka ini.

Tentu dia tahu itu.

Sangat tahu akan hal itu.

Tapi seperti biasa dia hanya akan diam, untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari hal-hal seperti ini.

“Reva, tidak ada yang melarangmu memiliki sebuah hubungan kepada orang lain di luar sana.”

Segera pula sang gadis berambut hitam itu berdecak kuat seakan tidak percaya dengan apa yang baru dia dengar dari mulut orang tua perempuannya itu.

Begitu kuat sampai dia yakin sang Ibunda dapat mendengarnya dengan jelas.

“katakan hal itu pada suamimu...” balas Revander dengan berbisik namun tetap terdengar oleh wanita di hadapannya. “Dan seperti yang ku bilang tadi bu, dia hanya teman bu, hanya teman.”

Sang ibu tetap memandang lekat anak perempuannya itu.

Dan Revander memandang balik sang Ibunda tetap pandangan lurusnya.

Begitu lama mereka berdua tenggelam akan pandangan satu sama lain, bahkan suara samar mobil yang datang dari ujung lorong gang itu pun tidak dapat memecahkan ke dua tatapan ibu-anak itu.

Sampai akhirnya suara mobil itu mendekat dan mendekat dan berhenti di depan rumah miliknya.

Revander mengalihkan pandangannya keluar dari pintu rumah yang sendari tadi terbuka.

Memperlihatkan mobil besar asing lainnya yang dia tahu itu pasti milik Flauza dan dia tahu itu adalah jenis mobil Lexus.

Pintu pengemudi itu terbuka bersamaan dengan dirinya yang juga keluar membawa beberapa barang yang akan dia bawa hari ini.

Itu....

Flauza?

Dia menjemput dirinya secara langsung hari ini?

Pria itu mengenakan sweter lengan panjang berwarna putih bergaris hitam pada lengan dan celana jeans hitam, serta kacamata hitam pula.

Well, itu terlihat sangat keren, dan kamu harus mengakuinya Revander.

Tentu saja semua akan terlihat keren dan menarik jika roll modelnya adalah pria seperti Flauza.

“sudah siap?” pria itu berjalan dengan elegan seperti biasa mendekat kearah Revander yang masih terpaku sejenak akan penampilan pria itu.

Eeeehh...?

“Ah, ini hanya beberapa barang bawaan yang harus di bawa. Bisa menunggu sebentar?”

Flauza hanya tersenyum melihat tingkah sang gadis yang sedikit terkejut dari lamunannya itu, sebelum diam mengambil barang-barang itu dari tangan Revander dan membawanya ke bagasi belakang mobil mewah miliknya itu.

“Apakah ada yang lain ingin kamu bawa lagi, My Revander?”

Ahh... itu....

“ya, beberapa lagi di dalam...-“

“Ini Reva.” Suara lainya terdengar dari belakang punggungnya, sang gadis berbalik mendapati Ibundanya telah ada di dekatnya dengan membawa barang-barang terakhir yang akan dia bawa itu.

“Bu?”

Flauza kembali mendekat kearah dirinya dan ibunya itu.

Sang Ibunda pun memberikan barang-barang terakhir itu langsung kepada Flauza, yang menerimanya masih dalam wajah yang tersenyum khas milik pria itu, lalu kembali melangkah meletakkan barang bawaan itu pada bagasi mobil miliknya.

Sebelum kembali mendekat ke arah kedua ibu anak itu.

“sudah semua?” tanya Flauza dengan suara berat dan lembutnya itu.

“Ya sudah semua.”

Flauza membukakan salah satu pintu depan penumpang mobil itu untuk Revander.

Sejenak sang gadis kembali menatap sang ibu yang masih terdiam di samping belakangnya itu, tanpa ada berkata apapun.

Dan dia menghela nafas panjang.

Berbalik dan menjulurkan salah satu tangannya kepada sang Ibundanya tersebut. “Adek pergi dulu ya bu, mungkin pulangnya agak malam hari ini.” Dia mengambil lembut salah satu tangan ibunya sebelum mencium lembut tangan wanita itu, memberikan salam tanda perginya.

Wanita itu mengangguk pelan. “Hati-hati di jalan, dan jangan terlalu kencang membawa mobilnya.”

“Ya....” Revander pun melangkah masuk kepada pintu mobil yang masih terbuka itu, dan tertutup pelan oleh Flauza.

Menurunkan kaca mobil mewah itu sedikit agar sang ibu masih bisa tetap dapat melihatnya sebelum keberangkatannya hari ini.

Sedangkan Flauza?

Pria itu berjalan lebih dekat ke arah sang Ibunda, masih tetap tersenyum dan tak melepaskan kacamata hitamnya sedikitpun.

“Selamat Pagi Nyonya, perkenalkan saya adalah Flauza. Dan saya meminta izin Anda untuk membawa putri Anda keluar hari ini.” Ucap Flauza dengan formal, lugas dan tetap tersenyum seperti biasa.

Sangat khas sekali untuk dirinya.

Sang Ibunda hanya menganggukkan kepalanya lagi, mendengar perkataan Flauza tanpa bertanya lebih jauh.

“Baiklah Nak Flauza, saya berharap kamu berhati-hatilah dalam perjalanannya.”

“Tentu saja Nyonya, saya akan menjaga Revander, dan selalu menjaganya.”

Flauza sedikit membungkukkan tubuhnya, sebelum berjalan memutar mobil yang terparkir itu ke sisi pengemudi mobil ini.

Membuka pintu itu dengan perlahan dan masuk ke dalamnya dengan semua gerakannya yang selalu terlihat elegan.

Revander kembali melihat ke arah sang Ibunda.

Mesin mobil itu kini telah hidup, mengeluarkan suara yang sangat halus dari mesin mobil itu.

Tapi dirinya masih tetap dapat mendengarnya begitu jelas.

“Adek pergi dulu bu.” Tutup Revander dengan kaca mobil itu perlahan naik menghalangi pandangan ibu-anak itu serta mobil yang perlahan berjalan mundur.

Meninggalkan halaman depan rumah itu dalam keadaan pagi yang masih sepi dan sunyi.

Meninggalkan seorang wanita berambut hitam pendek yang berdiri di halaman rumahnya itu dalam keadaan sepi dan sunyi.

Perlahan....

Mobil itu memutar arah, sebelum berjalan menelusuri gang ini menghilang di ujung sana setelah berbelok kanan.

.

.

.

Beberapa lama setelah menghilangnya mobil itu di sana, Sang Ibunda masih terdiam di sana tidak tahu harus bagaimana.

Tidak tahu harus berkata apa pula dengan apa yang baru saja dia lihat hari ini dengan mata kepalanya sendiri.

Seharusnya dia tahu bukan?

Cepat atau lambat hal-hal seperti ini akan terjadi dalam kehidupannya.

Dalam kehidupan anak gadisnya itu.

Jadi.....

Wanita itu menghela nafas panjang sebelum berjalan kembali memasuki rumah itu dengan wajah yang terlihat kalah dan menyerah entah kepada apa.

.

.

.

1
saijou
Bahasa yang digunakan enak banget dibaca, sampe lupa waktu.
Er and Re: terima ksih banget telah mampir dan baca cerita punya ku kaka <3
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Bagus banget!!! Aku suka banget ceritanya 🥰
Er and Re: makasih ya kak telah menyukai cerita buatan aku <3
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!