Cinta Tak Harus Bersatu ( KHE 2)

Aku duduk di kursi dekat kolam renang, diriku menikmati kesegaran hari ini bersama daddy, aku lihat wajah daddy yg terlihat segar , ku tatap mata daddy hingga membuat nya tersadar kalau aku sedang memandanginya.

" Eh apaan ngeliat nya kok gitu amat?" Daddy membuyarkan fokusku, aku nyengir karna daddy akhirnya tersadar kalau aku memandangi nya terus.

" Hehe...aku cuma pengen liat wajah daddy dari deket, dad padahal daddy tampan, baik, lembut dan penyayang tapi aku heran deh sama Tante Arin yg tega menduakan daddy dengan om Arga" Aku dengan nada pelan sambil celingak- celinguk takut mommy mendengar nya.

" Entah lah, harus nya memang begitu, daddy juga nggak pengen terluka, tapi takdir mengharuskan daddy terluka" daddy menghela nafas berat nya sambil membenarkan posisi duduk nya.

" Cinta bisa bikin kita bahagia sekaligus menyengsarakan" Mommy melangkahkan kakinya dengan santai, ku pikir mommy tidak mendengar nya tetapi mommy mendengarkan nya.

" Mom, aku pengen jalan - jalan deh" Aku mengalihkan topik sambil melirik ke arah abang yg berjalan pelan menghampiri kami.

" Boleh" Mommy tersenyum , beliau tak ingin aku tertekan dengan melarangku untuk jalan - jalan, aku melihat abang yg semakin dekat, wajah pucat abang yg masih terlihat pun membuat aku merasa sedih .

"Nggak jadi mom, aku mau di rumah aja" Aku mempersilahkan abang untuk duduk.

" Loh kenapa?" Daddy memandang wajah ku sambil tersenyum tipis, terlihat sebuah ketulusan yg begitu berarti , daddy sangat menyayangiku sama seperti menyayangi mommy dan abang.

" Ini pasti karna abang kan?" Abang membuka suara nya sambil menatap ku, hati ini begitu terenyuh saat abang bicara seperti itu.

" Aku mau nemenin abang, aku nggak mau seneng - seneng sendiri sementara abang lagi nggak baik - baik aja" Aku memeluk nya sambil tersenyum, kehangatan itu aku dapat merasakan nya.

" Nggak papa kok kalo kamu pengen jalan - jalan, abang nggak mau kamu jenuh, kamu berhak bahagia" Abang mengusap punggung ku sambil melirik mommy dan daddy.

" Abang juga, aku mau jalan - jalan sama abang" Aku menikmati pelukan ini dengan senyum palsu yg ku tanam, sebetul nya diriku merasa sedih karna abang seperti ini demi aku juga.

Abang hanya tersenyum, mommy dan daddy memeluk kami dari kanan dan kiri, mommy mengecup kepala kami secara bergantian.

Di jalan, Evelyn mengayuh sepeda nya dengan santai, lalu lalang kendaraan masih belum padat, tanpa dia sadari ada motor kawasaki ninja 650 melaju tanpa melihat sepeda nya.

Brakkk!" motor kawasaki itu menabrak belakang sepeda nya hingga Evelyn kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh .

" Maaf ya dek, kakak buru - buru" Ucap pengendara itu sambil segera turun dan mendekati Evelyn yg terjatuh .

" Sakit kak" Evelyn berusaha bangkit namun luka lecet itu tergores aspal , membuat nya tidak bisa berjalan cepat.

" Kita kerumah sakit yok!" Ucap nya sambil memapah Evelyn dan membantunya untuk naik ke motor nya sebagai pertanggungjawaban.

Singkat, sudah sampai di rumah sakit, dia segera membopong Evelyn menuju IGD dan segera di tangani .

"Duh gimana nih kalo sampe luka nya parah?" gumam nya sambil mondar- mandir di depan pintu. Lalu dari arah pintu muncul lah dokter.

" Dok gimana kondisi nya?" Tanya nya sambil menggigit jari , dia begitu panik. Menunggu dokter menjawab nya.

" Tidak parah, hanya mengalami luka lecet saja , bisa pulang setelah obat nya bekerja" Dokter sambil tersenyum.

" Makasih ya dok, apa boleh masuk?" tanya nya sambil memasukan kelima jari tangan kiri nya ke dalam saku jaket yg dia pakai.

" Boleh" jawab singkat dokter sambil melangkah meninggalkan , lalu dia masuk dengan rasa takut di hati.

" Kamu nggak papa kan?" pertanyaan itu terlontar pada Evelyn yg sudah di obati . Mereka merasakan suatu ikatan yg kuat.

" Nggak kok, aku udah mendingan, makasih ya kak udah bawa aku ke sini" Evelyn memberikan senyuman manis nya.

" Sama - sama , ini salah kakak juga, sekarang kakak anter kamu pulang ya, lagian sepeda kamu rusak" Senyum nya sambil menatap wajah Evelyn yg imut dan cantik.

" Tapi aku nggak mau ngerepotin" Evelyn merasa kalau dirinya sedang bersama sang abang, dari pipi dan bibir terlihat kemiripan antara mereka.

" Udah nggak papa kok, kakak akan anter kamu sampe rumah, lagian ini salah kakak" ucap nya dengan lembut.

Singkat , sampai lah di rumah tante Dyah, tante Dyah terkejut karna Evelyn di perban dan jalan nya tertatih - tatih sambil di rangkul oleh seorang lelaki yg usianya beda 5 tahun.

" Loh ini kenapa toh?" tante Dyah sambil mendekati mereka, lelaki itu pun menoleh, tante Dyah syok karna ada kemiripan antara mereka.

" Aku kecelakaan kecil bun, tadi kakak ini menabrak ku" Evelyn tersenyum sambil menahan rasa perih yg masih terasa.

" Tapi kamu nggak terluka parah kan?" Tante Dyah khawatir sambil merangkul Evelyn dengan erat, agar tidak jatuh.

" Nggak kok" Evelyn tersenyum manis sambil melirik lelaki itu, ada rasa bahagia ketika dia dekat dengan nya .

" Nak, nama mu siapa?" Tante Dyah sambil tersenyum menepuk pundak kekar nya. Dia langsung tersenyum dan menjawab nya.

" Aku Anrez Julio tan" Jawabnya sambil tersenyum membuat tante Dyah senang karna senyum itu sama persis dengan nya .

" Masuk dulu ya nak! tante mau bikin sesuatu dulu buat kamu, karna kamu udah bawa putri tante ke rumah sakit" Tante Dyah merangkul Evelyn sambil mengajak nya masuk.

Anrez hanya tersenyum, dia tak mau menolak tante Dyah karna dia sangat rindu sosok seorang ibunda .

Lalu mereka masuk, Evelyn bahagia melihat Anrez yg lembut ,dia ingin memiliki abang seperti Anrez itu.