Pernikahan antara Ayyana Betari dan Prasetya Wiguna berjalan begitu harmonis bahkan keduanya mendapat julukan sebagai couple goals
Namun, pernikahan kedua Prasetya bersama seorang wanita atas permintaan sang ayah menjadi awal dari kehancuran biduk rumah tangga yang sudah berjalan empat tahun itu
Akankah Betari menerima pernikahan kedua suaminya dan menerima Sabrina sebagai madu? ataukah pernikahan atas dasar balas budi itu akhirnya menjadi noda dalam pernikahan antara keduanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Impian Zayyan
"Apa sangat kentara?"
"Sejak tadi Bapak senyum-senyum saja" ucap Joshua
"Saya tengah bahagia, istri saya hamil" Prasetya semakin melebarkan senyumnya saat mengatakan hal itu
"Waah akhirnya, saya turut senang mendengarnya. Setelah empat tahun akhirnya ibu Tari hamil juga" Ujar Joshua ikut bahagia
Prasetya terdiam, seketika senyuman itu lenyap dari wajahnya. Bagaimana memberi tahu pada Joshua jika yang hamil adalah Sabrina dan bukannya Betari sang istri
Ahkhh.. semuanya jadi semakin runyam saat ini, bagaimana jika nanti Joshua bertemu dengan Tari lalu mengucapkan selamat, bukannya itu akan sangat berbahaya?
Prasetya mengusap wajahnya kasar saat Joshua meninggalkan ruangannya, bagaimana bisa dia tidak mengontrol diri? Seharusnya dia tidak menunjukkan rasa bahagianya bila dikantor yang akan membuat semua orang bertanya
Sebelum menjemput Tari ditempatnya, Prasetya mengunjungi Sabrina dulu di apartemen, tadi wanita hamil itu pesan ingin dibelikan rujak buah katanya
Mulai hari ini, Prasetya akan mengatur waktu, dirinya akan kembali lebih cepat dari kantor dan mengunjungi Sabrina lalu menjemput Tari pada jam delapan malam
"Besok kita akan periksa ke dokter!" Ujar Prasetya saat tengah menemani sang istri yang tengah menikmati rujak buah
"Sabrina ikut aa saja" Mulut wanita cantik itu tengah penuh dengan potongan buah
"Pelan-pelan makannya Sabrina!" Prasetya menyeka sudut bibir sang istri yang terdapat bumbu rujak
"Maaf"
"Tidak masalah" Prasetya tersenyum
"Kamu lagi?" Betari benar-benar jengah dengan tingkah pria dihadapannya ini
"Kenapa belum pulang?" Tanya Zayyan, tadi ia tidak sengaja lewat dan melihat wanita itu berdiri disana seperti tengah menunggu seseorang
"Bukan urusan kamu!"
"Wanita cantik itu tidak boleh sendirian dipinggir jalan seperti ini. Kalau ada orang jahat gimana?" Zayyan berdiri didepan Tari sambil tersenyum membuat Betari semakin kesal
"Masalah kamu apa sebenarnya?" Tari sudah kehabisan kesabaran, suaminya terlambat dan sekarang dirinya harus menghadapi pria menyebalkan seperti Zayyan ini
"Mobil ini bisa membawa kamu selamat hingga tempat tujuan"
"Saya tidak butuh, sebentar lagi suami saya datang menjemput" Sengaja Tari mengatakan itu agar pria dihadapannya ini berhenti mengganggu
"Lalu kemana suamimu? Harusnya dia tidak membiarkan istrinya yang cantik menunggu lama seperti ini" Zayyan tak habis pikir dengan suami Betari, jika ia yang menjadi suami wanita ini, ia akan memperlakukan Tari bak ratu
Betari menghela napas berat, sungguh berdebat dengan Zayyan sangat melelahkan maka lebih baik diam saja
"Ayo aku antar pulang!" Zayyan menawarkan sekali lagi, berharap semoga saja wanita cantik itu setuju
"Terima kasih, tapi itu tidak perlu" Tolak Betari
"Tapi aku tulus membantu"
"Tapi saya tidak butuh bantuan!" Tak lama sebuah mobil berhenti tepat didepan keduanya
"Mas Pras" Betari segera menghampiri sang suami, rasanya lega bisa terlepas dari pria menyebalkan itu
Prasetya mendekat, melihat sekilas pria dihadapannya lalu beralih menatap sang istri dan mendaratkan satu kecupan di kening membuat pria yang tengah memperhatikan hal itu kesal dan memilih masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana
"Siapa dia?" Tanya Prasetya pada sang istri
"Cuma orang nggak jelas" Jawab Tari, jika membahas tentang pria itu entah kenapa suasana hatinya jadi tidak enak "Ayo"
"Dia gangguin kamu?"
"Nggak usah dibahas mas!" Tari masuk setelah sang suami membuka pintu mobil untuknya
"Maafin mas karena telat jemput kamu!" Ada rasa bersalah sebenarnya dalam diri Pria itu, tadi ia harus menunggu Sabrina tertidur dulu, mungkin bawaan bayi hingga wanita itu sedikit manja
"Nggak pa-pa" Jawaban yang singkat terkesan marah namun Prasetya memilih diam saja, mungkin suasana hati istrinya sedang tidak baik
Setelah sampai, sang istri malah masuk kekamar mandi tanpa berbicara lebih dulu, Prasetya ingin bertanya namun takut malah membuat Tari semakin kesal
Setelah selesai pun wanita itu tak bicara, ia hanya mengatakan jika sudah menyiapkan air hangat untuk suaminya. Prasetya memilih masuk kedalam kamar mandi tanpa banyak bertanya lagi, ia tau sudah salah karena terlambat tanpa memberi kabar, Tari pasti sedikit ketakutan karena menunggu lama ditempat itu bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi terlebih wanita itu pernah mengalaminya
Prasetya keluar dengan wajah yang lebih segar, pandangannya tertuju pada seorang wanita yang telah terlelap dibawah selimut tebal berbaring membelakanginya
Pada sisi yang lainnya sudah terdapat piyama miliknya yang telah disiapkan oleh sang istri untuknya
Setelah berpakaian, Prasetya naik keatas tempat tidur, berbaring disisi sang istri lalu mengecup punggung wanita itu yang hanya berbalut piyama satin dengan tali
"Selamat malam sayang, maafkan aku untuk semuanya" Prasetya memejamkan matanya, mengikuti jejak sang istri yang sudah terlelap lebih dulu sambil ia peluk wanita itu dari belakang
Pagi yang indah, mentari menyapa dengan lembut pagi ini, Prasetya bangun lebih dulu disisinya sang istri masih terlelap, mungkin terlalu lelah
Prasetya mengangkat tangan, menyapu helaian rambut sang istri yang menutupi wajah cantik itu. Rambut hitam itu ia sematkan dibelakang telinga, merasakan adanya sentuhan perlahan mata bulat nan indah itu terbuka
"Selamat pagi" Prasetya tersenyum hangat memandangi wajah ayu sang istri
"Pagi" Tari tersenyum, entah kenapa kini suasana hatinya kembali membaik
Betari beringsut bangun dari tempat tidur, meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit pegal
"Mau mandi?"
"Iya, aku duluan ya" Baru saja hendak bangkit, tiba-tiba saja tangannya ditarik hingga tubuhnya kembali duduk ditempat tidur
"Bareng aja gimana?" Goda Prasetya
"Jangan aneh-aneh deh mas, nanti telat loh" Betari menghindar, namun gerakan pria itu cepat hingga tubuhnya melayang dan dibawa masuk kekamar mandi tanpa bisa menolak
Betari menyiapkan sarapan dengan wajah yang ditekuk, sementara si pembuat masalah hanya duduk manis sambil tersenyum dimeja makan seperti tak memiliki rasa bersalah
"Mukanya kenapa ditekuk gitu?" Masih bertanya saja? Ingin rasanya Tari melempar potongan pancake itu kewajah suaminya
"Kita pasti udah telat mas" Gerutu Tari, permainan dikamar mandi pagi ini benar-benar sudah menyita waktu
"Apa masalahnya? Kita bukan karyawan yang harus datang tepat waktu" Jawab Prasetya dengan santainya, bahkan sambil menyuapkan potongan pancake kedalam mulut
"Terserah mas aja"
Sesuai janji, hari ini Prasetya akan menemani Sabrina ke rumah sakit guna menemui dokter kandungan, keduanya menunggu dikursi ruang tunggu, didalam sana masih ada pengunjung lain yang juga sama seperti mereka
Masih ada dua nomor lagi sebelum giliran Sabrina, keduanya duduk sambil sesekali bercengkrama, Prasetya tidak tahan untuk tidak menyentuh perut sang istri yang sebenarnya masih rata
Tanpa mereka sadari, kegiatan manis itu dilihat oleh seseorang yang juga tengah menunggu giliran hanya berbeda tujuan saja
"Andai aku sama Tari bisa seperti itu juga" Zayyan tersenyum, entah kenapa ia melihat pasangan itu seperti dirinya dan sang pujaan hati
"Kapan dia keluarnya? Mas jadi nggak sabar" Zayyan tersenyum sambil mengelus perut wanita cantik yang duduk disampingnya
"Nggak sabaran banget, ini aja baru pemeriksaan pertama" Tari juga meletakkan telapak tangannya diatas tangan suaminya yang setia berada pada perut yang masih rata itu
"Apa dia laki-laki?"
"Kalau perempuan bagaimana?"
"Apapun, asalkan dia mirip denganku"
"Asalkan tidak menjadi perayu seperti ayahnya" Keduanya terkekeh