Andum

"Motor buat apa? Kamu masih di bawah umur. Nggak baik mengendarai motor sendiri. Bahaya, Zea. Kan ada saya yang siap anter jemput kamu kemanapun kamu mau pergi." Tolak Arraz atas usul Zea.

"Buat ibuk, mas. Anggap aja saya minta mas kawin yang tertunda dari mas."

"Oowh. Oke." Arraz langsung menyetujui.

Zea minta motor lho gaess ini, bukan permen kopik0 dua ribu dapet tiga. Dan Arraz langsung bilang oke oke aja. Emang PNS gajinya sebuanyaak itu yak?

Baiklah, dengan kesepakatan yang terjadi antara Arraz dan Zea untuk memberikan pajak motor sebagai imbalan atas misi yang Zea lakukan, Zea langsung merogoh ponsel miliknya. Dia bermaksud mengambil video Dewi dan Willy dengan sudut pengambilan gambar yang sudah diatur agar hasil video bisa jelas dan menampilkan wajah kedua pasang makhluk akhlasless di belakangnya.

"Dew, aku nggak masalah kalo kamu menikah sama Arraz. Aku nggak masalah sama sekali, aku akan terus ngasih kamu jatah uang bulanan seperti yang udah-udah.. Tapi aku mohon, jangan minta kita buat berpisah. Aku nggak bisa tanpa kamu, Dew.."

Ya ampyuun.. Itu bucin apa tolol sih sebenarnya. Kok yang berasa pengen nyadarin Willy pakai siraman oli bekas ya!

"Tapi aku nggak mau mengkhianati Arraz lebih dalem lagi, Wil! Kamu ngertiin posisiku dong! Kemarin-kemarin aku ngajak putus kamu ngelak mulu. Tapi nggak untuk kali ini, Wil! Aku pengen mempertahankan rumah tangga ku dengan Arraz. Aku cinta sama dia!"

"Kamu cinta sama dia?? Lalu apa artinya aku selama ini buat kamu?? Kita sama-sama lebih dulu dari pada hubungan mu dengan dia, Dewi! Kamu nggak bisa giniin aku. Kalau kamu nekat mau mutusin aku, aku akan bilang semuanya sama Arraz. Biar dia yang putuskan mau lanjutin pernikahan denganmu atau menyerah karena nggak bisa terima sama masa lalu mu dengan ku? Hanya aku yang nerima kamu apa adanya, hanya aku!"

"Kamu ngancam aku, Wil?"

"Aku sayang sama kamu. Kalau mengancam mu bisa membuatmu tetap stay dengan ku. Aku akan melakukan itu!"

"Gila! Kamu gila tau nggak! Kamu bisa bikin rumah tangga ku sama Arra hancur kalo gini caranya!"

"Nggak kalo kita tetap treatment silent, Dew. Aku diam. Kamu juga diam."

Bingo. Zea mengacungkan jempolnya kala Arraz udah keluar urat-urat di lehernya. Arraz tentu marah. Selama ini dia dibohongi sama teman dan pacarnya sendiri. Kok bisa?! Maksudnya kok bisa ada lelaki yang membiarkan kekasihnya menikah dengan orang lain, di sini yang dimaksud adalah Willy.

Willy yang katanya mengenal serta menjalin hubungan lebih dulu dengan Dewi kok ridho lillahi ta'ala ketika Dewi berpacaran dan menikah dengan orang lain? Yang selingkuh sama diselingkuhi siapa di sini sebenarnya?

"Ayo pergi mas. Kita pulang. Saya kasih tau caranya bikin mbak Dewi mimbik-mimbik kayak mata mas itu di rumah." Zea menepuk lengan Arraz lumayan kencang. Arraz yakin bakal ada tanda cap lima jari di bagian sana nantinya. Tapi nggak apa-apa, lebih baik ditabok terang-terangan kayak gini dari pada ditikam teman dari belakang! Udah nyut-nyutan, nyeri, terlihat bego di mata Dewi dan Willy lagi! Apa nggak paket komplit itu namanya.

Di perjalanan pulang, Arraz tak banyak bicara. Zea juga orangnya emang nggak suka ceriwis jadi asik aja dia menikmati kebisuan di antara mereka di dalam mobil.

Pintu rumah Arraz terbuka. Zea langsung masuk lebih dulu karena yang pegang kunci rumah kan Zea, Arraz masih sibuk markirin mobil.

"Saya mandi dulu mas. Gerah." Ucap Zea ketika suaminya sudah memasuki rumah.

Arraz tak menjawab apa-apa, dia duduk di sofa ruang tamu dengan hati hancur lebur, luluh lantah. Seperti orang kena tipu pinjol aja rasanya! Hutang nggak seberapa tapi diuber nyampe lubang semut. Berasa hidup segan, meninggal ntar-ntar dulu!

"Mas." Panggil Zea yang sudah menyelesaikan mandi kilatnya.

"Kamu katanya mau mandi?"

"Saya mandinya cepet. Asal kena air juga saya sebut itu mandi."

"Kamu cuci muka doang?" Arraz memperhatikan Zea dari atas sampai bawah.

"Nggak. Muka saya siram. Kaki saya cuci, tangan saya celupin air. Bukan cuci muka doang, mas."

Arraz menatap Zea sambil geleng-geleng kepala. Kok ada ya ABG macam Zea ini? Bisa ngomong kayak gitu nggak ada canggung canggungnya sama sekali. Minimal malu lah, Ze! Elaaaaah..

"Oke mas. Sesuai rencana, saya sudah dapet rekaman video mbak Dewi dan pacarnya tadi.. Eh.. saya sebutnya siapa ya? Biar enak gitu ngobrolnya, kalo saya sebut orang itu pacarnya mbak Dewi kok takutnya melukai hati mikro mas Arraz."

"Nggak masalah. Hati partikel saya aman jaya di tempatnya. Silahkan kamu kasih tau saya rencana seharga motor yang kamu ingin realisasikan untuk membalas perbuatan Dewi dan pacarnya."

Zea malah cekikikan. Dia nggak nyangka jika mas guru suaminya itu bisa nyambung dengan bahasa nggak normal yang dia pakai.

"Sebelumnya saya mau tanya, mas mau nggak kalo kita tinggal bertiga di sini. Bareng mbak Dewi?"

"Nggak mau. Saya kadung sakit hati, sakit semua jeroan saya karena dia. Diselingkuhi dari jaman masih pacaran sampai sekarang. Saya rasa dia dapet jengger ayam itu dari si Willy."

"Jengger apa?"

"Jengger ayam atau kutil kelamin. Kamu bisa searching kalo mau lebih tau tentang si jengger."

Benar aja, Zea langsung mencari tahu tentang apa itu jengger ayam melalui ponselnya. Mata Zea berkedip seperti boneka chucky.

"Omooooo. Mbak Dewi punya beginian??" Zea menutup mulutnya kali ini dengan mata membulat sempurna. Arraz mengangguk sebagai jawaban.

"Tapi, meski mbak Dewi punya jengger, dia tetap harus ikut tinggal sama kita di sini mas." Zea meletakkan ponselnya di atas paha.

"Bikin dia cemburu dengan cara mas mencintai saya secara ugal-ugalan."

Arraz terkekeh. "Itu rencana mu atau kemauan mu, bocah? Kamu mau saya bucinin kamu, gitu?"

"Heh mas jangan salah! Menurut survei yang saya lihat dari berbagai film drakor, dracin, dan film-film azab lainnya... Wanita itu bakal sakit hati kalo liat orang yang disayang berbagi hati dan perhatian sama wanita lain. Dan ini bisa terjadi kalo kita tinggal satu atap. Mas Arraz terus-terusan melakukan pendekatan pada saya akan bikin mbak Dewi sesak luar biasa. Bayangin mas! Setiap hari mbak Dewi melihat saya dan mas pacaran apa ya nggak bikin hatinya ajur awut-awutan? Bukankah ini cara balas dendam yang elit dan elegan?"

"Kayak peribahasa sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.. Mas bisa memanfaatkan sesi balas dendam pada mbak Dewi sebagai sarana mendekatkan diri dengan saya. Kan saya juga istri mas Arraz, saya berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari mas. Iya kan? Katanya saya nggak boleh minta cerai, jadi kalo gitu cintai saya! Biar saya betah di samping mas Arraz. Gimana?"

Cerdik banget bocah yang dipilih Arraz sebagai istri pertamanya ini. Tapi Arraz malah tertawa menunduk sambil geleng-geleng kapala, dia menertawakan keberanian Zea yang menuntut dicintai serta mendapatkan perhatian layaknya istri padanya. Malah yang lebih menggelikan, Zea sengaja memberi umpan padanya agar mau mencintai bocil itu secara ugal-ugalan.

"Kamu sadar nggak kalo yang kamu bilang itu, rencana mu itu.. Sangat menguntungkan mu ribuan persen. Dapet motor iya, dicintai sampai gempor juga iya!" Arraz menyugar rambutnya ke belakang menggunakan jari.

Zea hanya tersenyum. "Jadi gimana? Mas setuju dengan rencana saya?"

"Iya. Tapi saya nggak tanggung jawab kalo kamu jadi bucin akut karena terus saya pepetin tanpa jeda." Arraz mengusap rambut Zea gemas.

"Udah dinikahin kayak gini, emangnya mas mau tanggung jawab kayak gimana lagi sama saya? Saya mau tau gimana bar-bar nya mas Arraz mencintai saya."

"Nantang, dek?"

"Nggeh, mas!"

Keduanya kembali tertawa. Entah apa yang lucu. "Saya mau dipanggil dek aja, mas. Jangan panggil nama. Pas saya manggil mas, mas jangan jawab 'iya' tapi 'daleeeem' gitu! Dan itu berlaku sejak hari ini."

"Wah.. Ngatur banget ya anda."

"Ya doooong. Suami yang berani poligami sama wadon berjengger emang wajib diatur!"

Baru mau menjawab ucapan Zea, Arraz dan Zea dikejutkan dengan kedatangan Dewi dengan muka berseri-seri.

"Saaayaaaaaaang... Aku kangeeeeeeeeen...." Dewi berlari gemulai ke arah Arraz.

Zea tersenyum menyambut kedatangan mbak madu nya dengan menaruh kakinya malang melintang.

Gedubraaaaaak!

Dewi jatuh terjengkang akibat kaki Zea yang sengaja di pasang untuk menjatuhkan 'lawannya'.