Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.
Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.
Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.
Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!
Tingkatan kultivasi :
Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang
Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang
Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang
Purification Dao 1-7 Tahapan bintang
Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang
Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang
Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang
Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir
Origin Dao Awal - menengah - akhir
Heavenly Dao
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 28
Malam itu, di tengah hutan sunyi yang hanya ditemani cahaya rembulan, Acheng duduk bersila di atas batu besar. Di hadapannya, Bendera Kekacauan Jiwa tergeletak, memancarkan aura gelap yang memikat. Rune-rune kuno di permukaan bendera itu tampak berdenyut perlahan, seperti detak jantung yang memanggil jiwa-jiwa yang terperangkap di dalamnya.
Acheng memandangi bendera itu dengan tatapan tajam. Pikirannya dipenuhi keraguan sekaligus rasa ingin tahu. Teknik Iblis Melahap Jiwa adalah salah satu warisan Raja Iblis, sebuah teknik tingkat langit yang melampaui batas etika dan moral manusia. Dengan teknik ini, ia bisa menyerap jiwa-jiwa yang tersimpan di bendera untuk mempercepat kultivasinya.
Namun, Acheng juga tahu risikonya: teknik ini bisa menghancurkan stabilitas pikiran pengguna dan menciptakan efek candu yang sulit dilawan. Selain itu, aura jiwa yang terserap akan meninggalkan bekas pada tubuh pengguna, perlahan-lahan mengubah mereka menjadi makhluk yang mendekati ras iblis.
"Kekuatan ini... Apakah aku benar-benar harus mengambil jalan ini?" gumamnya pelan, suaranya tenggelam dalam bayangan malam.
Acheng mengulurkan tangannya, dan bendera itu bergetar seolah merespons panggilan pemiliknya. Aura gelap muncul, dan satu jiwa dengan wujud transparan melayang keluar dari bendera. Jiwa itu berwujud seorang pria paruh baya, matanya kosong, namun raut wajahnya penuh ketakutan.
Acheng menarik napas dalam-dalam, memusatkan pikirannya, dan mulai mengaktifkan teknik Iblis Melahap Jiwa. Sebuah formasi energi muncul di udara, menciptakan pola lingkaran dengan rune yang bersinar merah gelap. Jiwa itu melesat ke arah lingkaran, ditarik oleh kekuatan teknik.
Saat jiwa itu memasuki tubuh Acheng, rasa sakit yang luar biasa menyerang. Seolah-olah ribuan jarum menembus setiap serat otot dan tulangnya.
“Agh...!” desahnya pelan, namun ia tetap bertahan. Perlahan, rasa sakit itu memudar, digantikan oleh energi dao yang mulai mengalir ke seluruh tubuhnya.
Acheng merasakan dorongan energi yang signifikan, tetapi ia juga merasakan sesuatu yang aneh perasaan haus yang tidak bisa dijelaskan, seolah-olah tubuhnya meminta lebih.
“Hahaha!" Acheng tertawa puas sembari menutupi wajahnya dengan tangan.
"Ini benar-benar hebat... Aku akan memanfaatkan teknik ini sebaik mungkin." gumamnya pelan dan tampak seberkas kilatan cahaya merah di matanya.
Dengan dorongan kuat dari rasa haus itu, Acheng memutuskan untuk menyerap lebih banyak jiwa. Ia mengeluarkan 19 jiwa lainnya dari bendera kekacauan jiwa, dan sekali lagi mengaktifkan tekniknya.
Aura gelap menyelimuti tempat itu. Udara di sekitarnya menjadi berat, seolah-olah ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat. Jiwa-jiwa itu satu per satu memasuki tubuh Acheng, setiap proses membawa rasa sakit dan kenikmatan yang bercampur aduk.
“Haaaah...!” Acheng menarik napas panjang, tubuhnya bergetar karena energi dao yang terus mengalir.
Namun, semakin banyak jiwa yang ia serap, semakin terasa aura gelap yang menyelimuti tubuhnya. Dalam beberapa saat, kulitnya terasa panas, dan aliran energi dao menjadi tidak stabil.
“Aku harus berhenti...” pikir Acheng, tetapi tubuhnya tidak mendengarkan. Keinginan untuk menyerap lebih banyak jiwa semakin mendominasi pikirannya.
Akhirnya, setelah menyerap total 20 jiwa, Acheng berhasil menghentikan dirinya sendiri. Ia membuka matanya perlahan, matanya kini berkilauan merah menyala seperti bara api di kegelapan. Auranya menjadi jauh lebih gelap dan menekan, seolah-olah kegelapan itu adalah bagian dari dirinya.
Acheng berdiri perlahan, merasakan perubahan yang signifikan dalam tubuhnya. Energi dao di dantiannya kini meningkat pesat, seolah-olah ia telah berkultivasi selama bertahun-tahun. Namun, ia juga merasakan perubahan lain efek teknik iblis ini.
Tangannya bergetar ringan, bukan karena kelemahan, tetapi karena rasa candu yang mulai muncul. Setiap serapan jiwa memberikan rasa puas yang tak tergambarkan, tetapi juga meninggalkan bekas yang samar di pikirannya.
“Jika aku terus menggunakan teknik ini... aku mungkin tidak akan kembali menjadi manusia sepenuhnya,” gumamnya dengan nada rendah.
Acheng menatap tangannya sendiri, kilauan merah di matanya perlahan meredup, tetapi aura gelap di tubuhnya tetap ada.
“Namun, kekuatan adalah segalanya. Di dunia ini, hanya yang kuat yang bisa bertahan,” pikirnya sambil menggenggam erat Bendera Kekacauan Jiwa.
Ia melangkah keluar dari bayangan hutan, punggungnya tegak dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya. Kini, ia telah mencicipi jalan gelap menuju kekuatan yang lebih besar, sebuah jalan yang mungkin akan membawanya ke puncak dunia atau menghancurkan dirinya dari dalam.
“Jika harus melawan dunia, maka biarlah. Yang penting aku bisa terus bertambah kuat dan berdiri di puncak tertinggi.”
...
Di Sekte Bintang Darah.
Di dalam aula besar Sekte Bintang Darah, suasana terasa tegang dan penuh tekanan. Tujuh tetua sekte duduk melingkar di sekitar meja batu besar yang dipenuhi ukiran rumit khas sekte. Cahaya dari lentera kristal merah menerangi ruangan, memantulkan bayangan yang bergerak-gerak di dinding.
Tetua Zhang, yang merupakan tetua paling senior, mengetukkan tongkat hitamnya ke lantai, menarik perhatian seluruh tetua lainnya. “Informasi terbaru telah sampai. Bocah itu telah meninggalkan Kota Liyang,” ujarnya dengan nada berat.
Tetua Wu, seorang pria berperawakan kecil namun bermata tajam, menyela, “Keberuntungan kita mungkin mulai berbalik. Dengan dia keluar dari perlindungan kota itu, kita akhirnya punya peluang untuk menangkapnya tanpa gangguan para penguasa Kota Liyang.”
“Peluang? Kau menyebut ini peluang?” Tetua Yu, seorang pria paruh baya dengan rambut keperakan, berkata dengan suara dingin. “Bocah itu telah menyerap hati naga iblis. Kalian tahu betul artinya. Dia telah mencuri artefak yang ditakdirkan untuk ketua sekte! Jika ketua keluar dari kultivasi tertutupnya dan mengetahui ini, kalian pikir dia akan memaafkan kita?”
Aula menjadi sunyi sesaat setelah ucapan Tetua Yu. Setiap tetua merasa beban besar menekan bahu mereka. Hati naga iblis adalah artefak suci yang diwariskan oleh pendiri Sekte Bintang Darah. Dalam generasi ini, artefak itu disiapkan khusus untuk ketua sekte guna membantunya mencapai ranah Dao Sovereign.
Tetua Gan, seorang pria bertubuh kekar dengan janggut tebal, mengepalkan tinjunya dengan marah. “Kalau saja kita lebih waspada, hal ini takkan terjadi! Bagaimana mungkin seorang bocah, bahkan dengan tubuh dao khusus sekalipun, bisa menyusup ke sekte kita dan mencuri harta suci itu tanpa kita sadari?”
Tetua Zhang menghela napas panjang. “Tetua Gan, tak ada gunanya menyesali apa yang sudah terjadi. Yang penting sekarang adalah langkah kita ke depan. Ketua akan keluar dari kultivasinya dalam waktu dekat. Kita harus menangkap Acheng dan mengembalikan artefak itu, atau setidaknya mendapatkan tubuh dao miliknya untuk mengganti rugi.”
Tetua Wu mengangguk setuju. “Tubuh dao miliknya adalah tubuh kaisar kegelapan. Jika kita berhasil menangkapnya hidup-hidup, tubuhnya bisa digunakan untuk memurnikan energi dao gelap yang sangat kuat. Bahkan tanpa hati naga iblis, ketua sekte tetap bisa melampaui batasnya dengan itu.”
Tetua Yu menyipitkan matanya. “Tapi kau lupa satu hal, Tetua Wu. Bocah itu bukan lawan biasa. Kalian semua melihatnya sendiri dia bertarung melawan kita bertujuh sebulan yang lalu, dan dia keluar hidup-hidup. Bahkan sekarang, dia mungkin saja telah bersiap untuk melawan kita lagi.”
Ucapan itu membuat semua tetua terdiam.
Tetua Gan, yang masih terbakar amarah, memukul meja batu dengan keras hingga retakan kecil muncul. “Apa yang kalian takutkan? Kita adalah Tujuh Tetua Sekte Bintang Darah! Jika kita bekerja sama, bahkan seorang kultivator Dao Sovereign sekalipun akan berpikir dua kali untuk melawan kita.”
Tetua Zhang menenangkan Gan dengan gerakan tangannya. “Tenang, Tetua Gan. Tidak ada gunanya membiarkan emosi menguasai kita. Kita harus memikirkan strategi yang matang. Bocah itu cerdik. Dia menyusup ke sekte kita, mencuri artefak, dan melarikan diri tanpa meninggalkan jejak selama beberapa bulan. Jika kita ceroboh, dia bisa melarikan diri lagi.”
Tetua Yu memandang Zhang dengan serius. “Tetua Zhang, kau tahu betul bahwa jika kita gagal kali ini, hukuman dari ketua sekte akan jatuh kepada kita. Kita mungkin akan dimusnahkan demi menyelamatkan martabat sekte.”
Semua tetua menahan napas mendengar hal itu. Ketua Sekte Bintang Darah dikenal sebagai sosok yang dingin dan tanpa ampun. Setiap kegagalan yang mencemarkan nama sekte selalu dibayar mahal dengan nyawa mereka yang bertanggung jawab.
Tetua Zhang mengetukkan tongkatnya lagi, mengembalikan perhatian semua orang. “Kita tak punya pilihan lain. Aku akan mengirimkan pesan kepada mata-mata kita yang tersebar di seluruh wilayah Kerajaan Song untuk melacak gerak-gerik bocah itu. Begitu kita menemukan lokasinya, kita akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk menangkapnya. Ingat, kali ini kita tidak boleh gagal.”
Tetua Wu menambahkan, “Jika kita bisa mendapatkan tubuh dao miliknya, ketua sekte mungkin akan memaafkan kita. Tetapi jika kita gagal menangkapnya, kita semua tahu apa yang akan terjadi.”
Semua tetua mengangguk setuju. Tekanan berat terasa di ruangan itu, tetapi mereka tidak punya pilihan lain selain maju.
Tetua Gan berdiri dan berseru, “Aku akan memastikan bocah itu tidak bisa melarikan diri lagi. Bahkan jika harus mengorbankan seluruh sumber daya sekte, dia harus ditangkap!”
Tetua Zhang menatap Gan dengan dingin. “Tetua Gan, ingat. Jangan biarkan emosimu menghancurkan rencana kita. Bocah itu lebih berbahaya dari yang kau pikirkan. Ini bukan sekadar perburuan biasa.”
Rapat itu berakhir dengan aura keputusasaan yang samar. Tujuh Tetua Sekte Bintang Darah kini telah menetapkan target mereka: Acheng harus ditangkap, apapun caranya.
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.