Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.
Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.
Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.
"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."
"minggir lo!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ucapan Makasih
Kael masih duduk di dekat Alena, memutar-mutar kain kompres di tangannya sambil mencoba mencairkan suasana.
"Lo punya tenaga cadangan kayak superhero, ya?"
Alena mengerutkan dahinya. "Maksud lo?"
Kael mengengir. "Lari lo tadi keren."
Alena hanya melirik Kael sekilas, kemudian memalingkan wajah.
"Udah selesai kan? kalo udah lo boleh pergi."
Kael tersenyum kecil, tidak terpengaruh dengan sikap dingin Alena. Ia malah mendekat sedikit.
"Galak lo konsisten ya ke gue, padahal sama tuh cowok lo keliatan lembut banget."
"Cowok? siapa?"
"Yang nganter lo tadi ke Uks."
Alena mendengus sebal. "Ya itu karena dia nggak nyebelin kayak lo."
"Justru itu gue beda, Alena."
"Beda dari mana? gue udah terlalu banyak nemuin spesies kayak lo."
"Masa sih?"
Belum sempat Alena membalas, bel istirahat berbunyi keras. Pintu UKS terbuka, membuat keduanya menoleh. Bintang masuk dengan sebuah kantong kresek di tangannya, terlihat sedikit terburu-buru.
Bintang berjalan mendekati Alena, tidak terlalu memperhatikan keberadaan Kael pada awalnya. Namun, ketika ia mendekat, matanya menangkap sosok Kael yang kini berdiri sedikit menjauh dari ranjang Alena. Kael bersandar di dinding dengan gaya santai, menyilangkan tangan di dadanya sambil memperhatikan mereka.
"Alena, gue bawain roti sama susu buat lo."
"Thanks ya."
Bintang mengangguk. Ia menoleh ke arah Kael, matanya seolah bertanya ngapain lo disini.
Sedangkan Kael, ia juga seolah tau apa yang di maksud Bintang. Pria itu mengangkat bahunya, lalu tersenyum tipis.
"Gue lagi jengukin bayi."
Alena langsung melotot ke arah Kael.
Bintang tersenyum tipis, meskipun ekspresinya menunjukkan bahwa ia kurang nyaman dengan kehadiran Kael. Ia kembali fokus ke Alena, meletakkan roti dan susu di meja kecil di sebelahnya.
"Kepala lo pusing nggak?" Tanya Bintang.
Alena menggeleng pelan, "gue beneran nggak kenapa-napa."
"Harusnya sih pusing ya, soalnya bolanya kena kepala lo."
Alena tertawa kecil. "Sedikit."
"Lo pinter bohong ternyata."
Mereka berdua tertawa. Sementara itu, Kael tetap bersandar di dinding, memperhatikan mereka tanpa mengatakan apa-apa. Matanya menyoroti setiap gerak-gerik Bintang dan Alena, tapi ekspresinya tetap tenang. Sesekali, ia tersenyum kecil, seolah menertawakan sesuatu yang hanya ia pahami.
Bintang melihat ke arah Kael lagi. "Lo nggak balik, El?"
"Lo kenal gue?" Tanya Kael berpura-pura terkejut.
"Siapa yang nggak kenal cowok bandel + pinter kayak lo."
Kael melirik ke arah Alena. "Gue terkenal, KittyCat."
Alena mendengus pelan. Sedangkan Bintang menelaah panggilan Kael tadi.
KittyCat?
Bintang, membukakan plastik roti untuk Alena. "Makan, Al."
"Makasih." Alena melahap roti itu.
Alena dan Bintang asik mengobrol seolah tidak ada Kael disitu. Karena mulai bosan mendengarkan percakapan keduanya. Kael memutuskan untuk pergi tanpa mereka sadari. Ia berjalan keluar dari UKS tanpa sepata kata pun.
Kael menjalan ke taman belakang untuk menghampiri teman-temannya. Ghost Riders sedang berkumpul di bawah pohon besar, duduk santai sambil mengobrol. Luka sedang memutar bola basket di jarinya, Ronan dan Ezra tertawa-tawa mendengar cerita Bayu, sementara Leo sibuk dengan ponselnya. Kael berjalan mendekat dengan langkah santai.
Luka melihat Kael. "Balik juga lo, gimana Alena?"
Semua temannya langsung menoleh ke Kael, menunggu jawabannya dengan ekspresi penasaran. Kael duduk di salah satu akar pohon, menghela napas pelan.
"Benjol dikit dahinya. Udah ada tuh cowok disana."
"Bintang namanya." Sahut Ronan.
Bayu mengangkat alisnya. "Bintang? kayak pernah denger."
"Si pinter." Celetuk Ronan.
Mereka ber-oh bersama.
"Kenapa lo nggak stay disana aja." Ucap Bayu.
Kael tersenyum kecil. "Ngapain? Gue nggak mau rebutan tempat. Kalo dia mau jadi pahlawan, biarin aja."
Ezra tertawa kecil. "Dengan lo bersikap kayak gini, itu nunjukin ke kita kalo lo emang suka alena, El."
Leo yang tadinya fokus ke ponsel, kini menatap Kael serius. "Stop denial, El. Lo yang kesusahan sendiri nanti."
Kael menatap mereka satu per satu. "Gue suka Alena?"
Mereka mengangguk kompak.
"Masa iya?"
Luka melempar batu kecil ke arah Kael. "Sadar, njing."
Kael tersenyum. "Kalo iya gue suka dia. Gue yakin dia nggak bakal suka sama cowok kayak gue."
"Sok tau lo, emang lo tau isi hati Alena?" Geram Bayu.
Kael menggeleng pelan, "dia risih sama gue."
Ronan tertawa sambil menepuk bahu Kael. "Jangan sok tau, tapi cari tau."
Luka mengangguk setuju.
"Gue nggak mau maksa. Kalo ada jalan, ya jalanin. Kalo nggak ada, ya bikin ada." Ucap Kael membuat temannya kesal.
"Itu maksa namanya, mangsur!"
Obrolan mereka terus berlanjut, berganti-ganti topik, tapi sesekali masih kembali ke Alena. Meski Kael terlihat santai, matanya sesekali melamun, memikirkan sesuatu yang tidak ia katakan pada teman-temannya.
...----------------...
Kael berdiri di dekat motornya, memasang helm dengan santai setelah seharian melewati aktivitas di sekolah. Ia hampir menyalakan motor, tapi suara teriakan memanggilnya membuatnya menoleh.
"Kael!" Teriak Alena dengan napas terengah-engah.
Kael melepas helmnya, menyandarkannya ke setang motor. Ia melihat Alena yang berjalan cepat menghampirinya.
Kale tersenyum tipis. "Kenapa lari-lari? kayak di kejar-kejar sama orang hutan."
Alena berdecak. "Bukan!"
Kael mengangkat alisnya, menunggu gadis itu membuka mulut.
"Gue.. Gue mau bilang makasih sama lo!"
"Soal di UKS?"
Alena mengangguk. Kael memasukkan kedua tangannya ke saku jaket, menatap Alena dengan ekspresi santai.
"Santai, Lo nggak perlu repot-repot bilang makasih."
Alena tidak menjawab menunggu kael untuk melanjutkan ucapannya.
"Gue berasa lagi momong bayi kok tadi. Jadi nggak begitu menyulitkan."
Alena menendang motor Kael. Gadis itu kesal hendak pergi tapi Kael langsung menahannya.
"Yok, gue anter."
Alena melepas paksa tangan Kael dari lengannya.
"Nggak perlu."
"Serius?"
"Iya!" Ketus Alena.
"Gue tanya sekali lagi, mau pulang bareng gue nggak?"
"Nggak!"
"Oke, kalo itu pilihan lo."
Alena menatap Kael kesal, sebelum berbalik, berjalan keluar dari area parkiran menuju trotoar. Kael menyalakan motornya, bersiap pergi. Tak lama kemudian, seorang gadis menghampirinya dari arah yang berbeda. Itu Sherly.
"Kael, gue nebeng lo ya."
"Jemputan lo?"
"Gue nggak akan minta nebeng lo, kalo gue di jemput."
"Oke."
Sherly naik ke motor Kael tanpa ragu. Kael mulai memacu motornya, membonceng Sherly keluar dari parkiran. Tidak jauh dari sana, Alena yang berjalan santai di trotoar menoleh ketika mendengar suara motor. Ia melihat Kael lewat dengan Sherly di belakangnya. Mata Alena sedikit membesar, namun ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
Tanpa Alena sadar, langkahnya menjadi lebih pelan. Ia menunduk, berpikir sejenak, sebelum akhirnya menghela napas panjang dan melanjutkan langkahnya dengan tatapan yang sulit ditebak.
Gue Kenapa?
...----------------...
...Cinta itu... sesuatu yang bikin hidup lo lebih berwarna, walaupun kadang warnanya nggak selalu cerah....
...----------------...
Bagi kalian, cinta itu seperti apa?