Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.
Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.
Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
Sekitar jam sembilan malam, Reiner di jadwalkan akan pergi menemui seseorang. Tapi ia tak mau meninggalkan Rachel sendirian di rumah. Ia meminta Marlon untuk memberikan baju kepada Rachel yang pantas.
"Mana dia?" tanya Reiner tak sabar. Menunggu di ruang tamu dengan hati gelisah. Berkali-kali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Biar saya panggil!"
Namun baru berjalan barang dua langkah, Marlon tiba-tiba berhenti demi melihat sesosok cantik yang terlihat berbeda.
"Aku sudah siap!" seru Rachel dengan muka cemberut. Kekesalan tadi sore benar-benar belum sirna sepenuhnya.
Kini tak hanya Marlon, Reiner bahkan terpesona dengan penampilan Rachel yang semakin terlihat berkelas jika mau bermake-up.
Reiner terkesiap dan segera merubah rautnya ke mode awal. "Beraninya kau membuat ku menunggu!" seru Reiner berusaha mengenyahkan pesona. Padahal ia benar-benar senang dengan penampilan Rachel malam ini. Seleranya benar-benar tidak salah.
"Anda bisa meninggalkan saya kan? Kenapa harus mengajak segala?" Rachel akhirnya tak bisa menahan diri untuk tak menjawab.
Kesal karena gadis itu kembali ke mode awal, Reiner seketika berjalan maju lalu mencengkeram rahang Rachel. "Kau mau ayahmu mati?"
Maka Rachel cepat-cepat merubah raut wajahnya. Ia lupa kalau Reiner masih memiliki kartu AS nya.
"Aku minta maaf. Kalau begitu, ayo kita berangkat!"
Reiner diam saat tangan Rachel dengan berani menggamit lengannya. Diam-diam dalam hati merasa senang karena memang seperti itulah harusnya Rachel bersikap. Tunduk dan taat.
"Kau lihat Marlon. Dia sudah berani menggodaku!"
Marlon mengangguk hormat. Yang paling penting adalah suasana hati Reiner yang terjaga. Sebab jika tidak, maka bisa di pastikan dia lah yang bakal jadi repot.
"Menggoda mu? Kalau bukan karena ayahku aku tak Sudi melakukan hal ini!" Rachel membatin.
Sebenarnya, Rachel juga tak menyangka bila ia bisa menjadi cantik seperti saat ini. Baju yang di berikan Reiner jelas bukan baju berharga murah seperti miliknya kebanyakan. Merasa beruntung sekaligus merasa sial di waktu bersamaan.
Mereka tiba di sebuah bar dan masuk ke tempat besar itu dengan di sambut penuh sikap hormat oleh penjaga. Rachel sendiri cukup terbiasa dengan tempat macam itu, karena tempatnya bekerja juga hampir sama.
Hanya saja, di tempat itu terdapat meja-meja judi yang di duduki oleh pria-pria berperut buncit dengan sebatang cerutu yang terselip di sela bibir mereka. Rachel semakin meyakini bila Reiner adalah seorang mafia. Ya, tak di ragukan lagi.
Reiner terlihat gagah dengan kemeja hitam yang ia gulung sebatas siku. Pria bertato itu mengenakan kalung rantai perak yang semakin menambah kharisma nya. Meksipun terkenal kejam, tapi tampang Reiner selalu berhasil mencuri perhatian para wanita sexy di sana.
Rachel seketika memiliki ide. Ia berniat membalas rasa sebalnya kepada Reiner dengen mencoba membuat Reiner kesal. Lihat saja setelah ini. Batin Rachel penuh niat.
Di sana, Reiner di sambut oleh seorang pria tua yang rambutnya memutih. Ada juga seorang wanita yang merokok dan terlihat sangat menyeramkan. Rachel tak tahu siapa orang yang di temui Reiner.
Perbincangan mereka juga terlihat seperti rahasia. Marlon bahkan diperintahkan untuk menepikan Rachel. Membuatnya jadi duduk sendiri dengan pengawasan dua anak buah Marlon di dekat pintu.
"Yang benar saja. Aku di ajak kemari hanya untuk seperti ini? Sebenarnya apa yang mereka bicarakan?" Rachel menggerutu kesal.
Kesal karena di jadikan kambing congek, Rachel memilih memesan minuman kepada bartender . Tak berselang lama, datang seorang pria yang juga memesan minuman. Menarik kursi dan duduk di dekat Rachel.
Rachel cuek, tapi tidak dengan si pria. Pria itu memindai tampilan Rachel dna tertarik untuk berkenalan.
"Kau sendiri?"
Rachel semula enggan menjawab, tapi ia melihat Reiner yang sibuk berbincang dengan pria berambut putih tiba-tiba memiliki satu ide.
"Ya, aku sendiri!"
"Mau aku temani?"
Rachel sempat melihat ke arah Reiner yang kini menatapnya dari jarak jauh. Terlihat tak suka.
"Boleh!"
Tanpa sengaja, Reiner yang sedang masuk dalam perbincangan serius malah menjadi tak berkonsentrasi kala melihat tangan Rachel di cium oleh seorang pria. Tangannya terkepal kuat. Bahkan ia tak lagi mendengarkan perkataan rekannya.
"Harga sudah kita sepakati. Tinggal pengirimannya!"
Rachel sengaja ingin membuat hati Reiner terbakar bahkan sakit. Ia malah mengajak pria itu untuk berjoget di depan DJ. Ia meliuk-liuk di sana membiarkan kesenangan duniawi sejenak tejadi.
Namun tanpa Rachel sadari, ia lupa bahwa Reiner tak mungkin membiarkan seseorang yang mengusiknya selamat. Tepat saat ia meliuk-liuk di bawah gempuran musik yang memekakkan telinga, Reiner beranjak dan membuat semua orang di sana kebingungan.
Marlon mencoba menenangkan para relasi. Sementara Reiner terus melangkah dengan hati yang berkobar. Setibanya Reiner di sana, ia langsung menarik pundak si pria dan langsung menghajarnya.
BUG!
"Hey!" pekik pria itu yang tentu saja terkejut sebab tiba-tiba di tonjok.
BUG!
"Fucking you!"
Pria itu berteriak tidak terima. Sementara beberapa orang langsung terdiam melihat perkelahian yang terjadi. Reiner tak peduli .Ia juga tak menghiraukan tatapan dingin pengunjung lain dan langsung meraih botol lalu memukulkannya ke kepala pria tadi.
PRYAANG!
Membuat semua orang berteriak.
"Kau gila, apa salah ku padamu?" pria itu memegangi kepalanya yang berdarah akibat ulah Reiner.
"Marlon, ambilkan pisau ku. Aku harus merobek mulutnya karena telah berani mencium tangan wanita ku!"
Pria itu semakin terkejut, ia lalu menatap ke arah Rachel yang risau. Mencari jawaban atas apa yang sebenernya terjadi.
"Kau mengenalnya?" pria itu menahan sakit di kepala sembari melempar pertanyaan kepada Rachel.
Rachel yang tak tahu harus melakukan apa, memilih pergi. Ia tak menduga jika pria itu bakal nekat meskipun bukan di wilayahnya.
"I'm so soryy!" Rachel meminta maaf kepada pria berdarah itu lalu segera berlari sembari menangis.
Pria itu menangkap kilat ketakutan dari kedua mata Rachel. Tapi ia segera di hadang Marlon begitu mau bangkit. Reiner yang melihat Rachel berlari, terlihat segera mengejar. Ia lalu menangkap dan menarik lengan Rachel setibanya di luar.
"Kau benar-benar ingin ayahmu mati?" seru Reiner terlihat marah.
"Kalau ayahku mati, maka aku juga akan mati!" Rachel menjawab dengan air mata meleleh.
Reiner menatap tajam mata Rachel yang rupanya juga marah. Ia ingin mencekik leher perempuan itu, tapi satu perasaan lain dari dalam dirinya berkata jangan. Dan entah mendapat dorongan dari mana, Reiner langsung membawa pergi Rachel tanpa menunggu Marlon.
"Ikut aku!"
"Turunkan aku!" Rachel memberontak saat tubuhnya tiba-tiba di angkut oleh Reiner seperti mengangkut karung beras.
Reiner memasukkan Rachel ke dalam mobil agak kasar dan lanjut menyetir sendiri. Sejurus kemudian dengan kecepatan tinggi ia membawa Rachel kembali ke rumahnya di Vuma.
Setibanya mereka di sana, Reiner membawa Rachel ke kamar. Ia begitu marah lebih tepatnya cemburu.
"Kau sengaja membuat ku marah, hah? Kau mungkin senang jika aku berbuat seperti ini!"
Reiner dengan kasar langsung melucuti pakaian yang di kenakan Rachel. Dengan kalap pula ia langsung menciumi leher Rachel dan meninggalkan jejak kepemilikan di sana. Berkali-kali Rachel mengatupkan kedua pahanya namun usahanya menjadi sia-sia belaka.
Pria berotot dengan tato yang hampir menyelimuti seluruh tubuhnya itu kini berhasil menindih tubuh Rachel, bahkan berhasil membuat kejantanannya masuk ke celah miliknya.
"Ah sakit, sakit Reiner! Kau jahat!"
Rachel benar-benar di hukum, dan kali ini lebih keras daripada biasanya. Perempuan itu bahkan sampai memohon ampun sebab ia merasa Rainer melakukannya lebih kejam saat ini.
"Kau harus di hukum supaya tahu apa artinya takut!"
***
Pria yang tadi di hajar oleh Reiner rupanya adalah teman Bryan yang memang tinggal di Vuma. Ia menelpon pria itu dan mengatakan bila ia barusaja di hajar oleh Reiner gara-gara seorang perempuan.
"Apa kau serius? Dia tak memiliki pacar selama ini. Aku berani jamin!" kata Bryan.
"Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Dia cemburu padaku karena wanita yang dia bawa berjoget bersama ku!" balasnya sembari meringis saat seorang perawat tengah mengobati luka di kepalanya.
"Kenapa kau bodoh sekali. Kau mau cari mati?"
"Bryan, mana aku tahu kalau dia di bawa Reiner. Tapi, kau yakin jika gadis itu bukan pacar Reiner? Gadis itu bahkan menangis saat pergi tadi!"
"Sudah lah Sam. Ku sarankan kau jangan cari masalah dengan Reiner. Aku tak mau kehilangan kau!"
Tapi Samuel malah menjadi penasaran dengan perempuan tadi. Gadis cantik bermata coklat itu memang berbeda. Bukankah seharusnya para wanita akan sangat senang jika berhasil bersama Reiner?
Sementara Rachel yang kelelahan karena di hajar di atas ranjang secara habis-habisan oleh kelelakian Reiner, hanya bisa terkulai lemas. Ia bahkan sudah bersimbah keringat dengan pangkal paha yang terasa membengkak.
"Bukankah sudah ku peringatan padamu. Kau hanya milikmu, kau dengar? MILIKKU!"
Reiner pergi dengan keadaan telanjang. Ia sendiri tak tahu kenapa menjadi over protective bila melihat Rachel di dekati oleh seseorang.
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir