Pendekar Bunga Putih

“Wah, mereka tambah banyak. Dan beban kuda kita sungguh berat.“

Orang-orang itu terus mencoba menyerang. Hanya karena terpaut jarak yang semakin jauh. Membuat penyerangan mengendur. Walau demikian masih saja ada yang mencoba menyerang. Baik itu melepaskan panah, atau melemparkan toya. Ini kalau kena juga membuat nek. Bila di perut. Atau bahkan sampai tertembus. Akibat demikian kuat lemparan itu. Yang tentu saja bila tidak kuat, maka hanya seperti menerpa dinding baja yang tebal. Tapi karena kuat tenaga itu serta senjata yang sangat berkualitas, baik ketajamannya, maupun kualitas bahannya yang sangat kuat. Membuat apa yang di bayangkan tak akan tertembus, namun oleh mereka akan bisa tertangani.

“Namun sudah bisa di atasi. Sehingga mereka pasti akan ketinggalan.“

Setelah menyepak satu penghadang. Kuda berkelebat keluar. Melepaskan diri. Dan berhasil menjauh. Nampak bergelimpangan orang-orang tersebut. Ada yang sudah tewas, ada yang Cuma jatuh. Namun kebanyakan dari itu, sudah tak berhasil bangkit. Khususnya kalau untuk mengejar kuda kuat itu. Sehingga sedikit membuka jarak. Dan yang berada di bagian belakang tadi, sudah tertinggal jauh. Bahkan Sebagian melihat rekan mereka sendiri. Ada yang mau menolong. Atau geram akibat tidak bisa mengejar.

Mereka terus melaju. Melintasi jalanan tidak normal. Karena kalau melewati yang biasa akan mudah di kejar oleh mereka. Yang mungkin kalau bukan karena kekuatan tunggangannya, bisa jadi karena jaraknya yang sudah dekat. Sehingga mudah mengejar. Sehingga mending melewati tanah yang sedikit tak berbentuk, bahkan bergelombang. Yang penting bukan satu ketinggian yang tidak bisa di lewati oleh kuda mereka. Apalagi di naiki oleh mereka berdua yang sedikit berat buat kuda tersebut. Sehingga mereka menerobos Semak belukar, atau padang rumput pendek. Dimana mereka terus melaju melalui tanah yang lumayan leg aitu. Bahkan kalau lingkungannya banyak pepohonan akan lebih mudah menghilang. Misalkan itu satu tanah yang lapang, maka akan terlihat terus walau itu sudah mengecil akibat jauh. Sementara bila berada di antara pepohonan, akan langsung terlindung oleh pohon tadi. Walau beresiko juga bila ada musuh yang Tengah mencegat dan bersembunyi di sebaliknya. Itu yang terkadang membuat mereka celaka.

“Sebentar. Ah, sakit.“

Hongli merintih. Dia ingin berhenti sejenak. Yin-ying melihat ke belakang. Memang pengejar sudah tak Nampak. Kelihatannya memang sudah menjauh. Namun tidak bisa semudah itu. Sebab mereka semua itu para pendekar. Yang barangkali di perguruannya memang sudah sangat lama. Makanya di perhatikan juga untung ruginya. Ditakutkan kalau-kalau ada yang sudah berhasil mengejar. Lalu mencegat di depan . Seperti sebelumnya. Serta jangan sampai. Para pendekar itu sampai bersembunyi di balik rindangnya dedaunan. Atau di balik pohon besar. Sebab kalau sudah demikian. Mereka sudah istirahat sebentar sembari menunggu. Lalu melancarkan serangan. Dengan tak terduga.Yang akibatnya bisa membuat celaka. Untuk itulah diperhatikan sekitarnya. Yang Kira kira sudah lumayan aman. Lalu menepi. Itu juga mesti di tempat yang sekiranya terlindung. Maka membuat sedikit nyaman juga.

“Ya, kau benahi dulu pembalut luka itu.“

“Iya.“

Setelah berhenti, lalu di benahi kain tersebut. Melihat sudah penuh oleh darah, maka ganti mengambil kain yang terselip. Atau menyobek pakaian sendiri. Misalkan lengan atau di bagian bawah kakinya. Walau sedikit kotor, akan tetapi sangat membantu dalam menghentikan aliran darah yang keluar. Dan memang, walau belum lama terjadi, tapi karena penanganan yang baik, membuat sudah berhenti. Hanya karena kejadiannya belum lama, serta berada dalam jalanan serta penyerangan yang mengerikan. Membuat semua itu tidak berjalan normal. Sehingga darah yang semestinya berhenti tadi, bakalan keluar lagi.