Harus Ku Terima, TAKDIR INI

Sesuai janji yang sudah dibuat sebelumnya, Alisya dan Jordan kini tengah bertemu di sebuah cafe yang berada di salah satu ibu kota Jakarta.

Alisya yang saat itu datang lebih cepat 10 menit sebelum kedatangan Jordan.

"Sudah nunggu lama Al?" Ucap Jordan, Yang saat itu memilih untuk duduk berhadapan dengan Alisya

"Ahh gak juga kok!" Jawab Alisya

"Sorry ya tadi gue sempet kejebak macet, jadi agak lama datengnya!"

"Its okey Jo. Btw Lo mau pesan apa? Biar sekalian gue pesenin!"

"Hmm samain aja kayak Lo Al!"

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pesanan mereka di antar oleh waiters.

"Oh iya, katanya ada yang Lo mau omongin. Soal apa?" Tanya Jordan kembali

"Hmmm, ini sih Jo soal perjodohan kita" Ucap Alisya

"Gue udah setuju soal perjodohan kita ini, gue juga udah sampein itu ke nyokap gue" sambung Alisya

Jordan yang mendengarkan pernyataan gadis yang ada di depannya kini hanya bisa tersenyum dan meyakinkan keputusan gadis itu.

"Emang Lo udah pikiran itu baik-baik Al?" Tanya Jordan

"Iya gue udah pikirin itu baik-baik. Gue harap kita bisa saling ngerti satu sama lain"

"Gue bingung Al, harus jawab apa. Tapi gue seneng banget dengar pernyataan itu dari Lo! Walaupun ini sebuah PERJODOHAN tapi entah kenapa gue seneng aja"

"Tapi sebelumnya, ada yang mau gue tanyain juga ke Lo" ucap Alisya kembali

"Lo beneran gak punya pacar atau gebetan mungkin? Gue cuma mau memastikan aja sih sebenernya, gue gak mau nanti di tengah jalan semua jadi buyar gara-gara satu persoalan yang belum diselesaikan!"

"Sebelumnya emang gue punya pacar tapi sekarang hubungannya udah berakhir. Udah hampir setahun ini gue sendiri!" Tegas Jordan

"Setidaknya gue jadi tenang dengar jawaban itu dari Lo!"

"Lo tenang aja, gue gak akan sakitin Lo kok. Gue janji Al!"

"Buktikan aja ya Jo!!!"

"Oh iya, untuk pertunangan kita, kira-kira kapan rencana Lo, atau mungkin Lo udah ada nyiapin harinya?" Tanya Alisya

"Kalau menurut gue sih, lebih cepat lebih baik!! Kalau memungkinkan bahkan Minggu depan juga tak masalah!"

"Kalau gitu biar nanti gue sampein ke nyokap sama bokap gue. Tapi lo juga harus sampein  ke nyokap Lo!"

*****

Satu Minggu setelah pertemuan itu, mereka melangsungkan tunangan yang di laksanakan sederhana di kediaman Alisya. Hanya keluarga inti yang turut hadir dalam acara itu.

Kedua keluarga nampak sangat bahagia, terkhusus kedua orang tua Alisya. Karena jauh sebelumnya mereka yang telah merencanakan ini. Dan pada akhirnya anak gadis mereka menyetujui dan mau untuk dijodohkan.

Prosesi tunangan di lakukan sebagaimana umumnya. Walaupun sederhana tapi penuh hikmat.

"Akhirnya ya pa, anak kita mau juga di jodohkan!" Ucap Sinta yang nampak sangat bahagia melihat anaknya sebentar lagi akan dipersunting oleh lelaki pilihannya.

*****

Hingga tiba hari dimana mereka akan melangsungkan akad nikah.

Satu Minggu sebelum akad itu dilangsungkan, tanpa di sengaja Alisya bertemu dengan Jhon di sebuah Mall, yang kala itu Alisya tengah jalan berdua dengan Jordan. Tentu saja, mereka hendak membeli sebuah cincin dan perhiasan lainnya.

Sebelumnya Jhon yang mendapat kabar bahwa  Alisya akan menikah, tentu saja ia sangat syok. Ia tak menyangka akan secepat itu hatinya terluka.

Undangan pernikahan yang kala itu di berikan langsung oleh Herman, yang tak lain ayah Alisya. Sontak saja membuat perasaan Jhon merasa tak enak hati.

Sedangkan Alisya sendiri sebenarnya tak ingin mengundang banyak orang, ia hanya ingin melangsungkan pernikahan secara sederhana yang cukup di hadiri oleh sanak keluarga dan teman dekat .

Akan tetapi karena kedua orang tua, yang merupakan pengusaha tersohor tentu saja tak ingin menggelar acara pernikahan yang biasa-biasa saja. Mengingat Alisya juga merupakan anak tunggal di keluarga tersebut.

Dengan berat hati, Alisya menerima keinginan orang tuanya. Bahkan rencana pernikahan mereka akan di gelar dua hari dua malam dengan teman princess sesuai dengan request sang mertua, yang tak lain ibu dari Jordan.

Baik Alisya dan Jordan sendiri, tak tahu menahu tentang konsep pernikahan mereka, semua telah dipersiapkan dengan mewah oleh orang tua keduanya.

Bahkan Alisya dan Jordan juga tak di izinkan untuk mengurusi, baik itu mulai dari MUA, vendor, dan lain sebagainya.

Karena orang tua mereka tahu, jika anaknya terlibat dalam hal itu, maka acara tersebut pasti hanya akan di lakukan secara sederhana. Sedangkan mereka para orang tua ingin pesta dirayakan secara meriah.

Undangan pernikahan juga sudah tersebar 2 Minggu sebelum resepsi dilangsungkan. Ada sekitar 5.000 undangan yang telah disebar. Termasuk seluruh karyawan kantor pada perusahaan yang di pimpin Herman maupun rekan kerjanya, termasuk juga Jhon.

Meskipun sebenarnya dalam hati Alisya, ia tak ingin mengundang Jhon dalam acara pernikahannya. Bagaimana tidak ia tak mau melihat kekecewaan orang yang selama ini mampu membuka pintu hatinya, walaupun belum sempat ia utarakan sebelumnya.

Tapi mau tak mau, undangan itu sampai juga di tangan Jhon. Bagaimana tidak, Jhon merupakan rekan kerja ayahnya, jadi mustahil rasanya jika ia tak turut serta di undang dalam acara pernikahan itu.

*****

Saat itu ketika Jordan tengah meninggalkan Alisya sendiri di sebuah restoran yang berada di dalam mall tersebut, karena harus mengangkat telfon yang terus berdering di ponselnya itu. Entah panggilan dari siapa, sampai-sampai ia harus menjauh ketika mengangkat panggilan tersebut.

Tanpa Alisya sadari, di sampingnya kala itu telah duduk seorang pria yang tak asing baginya.

"Jhon,? Lo ngapain ada di sini?" Ucap Alisya yang celingukan melihat keberadaan Jordan. Ia tak ingin ada kesalahan pahaman di antara keduanya. Walaupun hanya pernikahan atas keterpaksaan, namun ia sadar tak sepatutnya berbuat yang macam-macam, sebab akan berdampak juga nantinya pada keluarga besar.

"Gue gak sengaja sih sebenernya liat Lo duduk sendiri disini. Hmm yah gue langsung samperin aja!" Ucapnya santai

"Nanti kalau ada yang liat kita gimana? Gue gak mau ada fitnah!" Tegas Alisya

"Lo tenang aja, gue tadi liat Jordan jalan ke parkiran. Itu artinya dia jauh dari lokasi ini. Hmm gue sebenernya cuma mau ngucapin SELAMAT aja ke Lo! Yah, walaupun gue sempet syok ternyata Lo di miliki oleh pria lain!"

"Kok Lo bisa tau, emang Lo dapat undangannya?" Tanya Alisya kembali

"Om Herman sendiri yang langsung kasi ke gue! Kelihatan bokap Lo bahagia banget, ia tak henti-hentinya meluapkan ke gembiraan nya!"

"Sorry ya kalau bokap gue berlebihan! Hmm sebenarnya ini semua bukan kehendak gue, gue gak tahu saat itu harus bagaimana. Mau gak mau gue harus nurutin mereka. Ada satu dan lain hal yang gak bisa gue ceritain!" Ucap Alisya

"Its okey, seiring berjalannya waktu gue yakin Lo akan bahagia dan menerima keadaan ini" tak lama setelah itu Jhon berdiri dan hendak meninggalkan Alisya

"Sekali lagi selamat yah, gue turut bahagia! Dan gue akan nyempetin waktu gue untuk hadir ke resepsi Lo nanti!!! Gue cabut dulu" pergi meninggalkan Alisya.

Saat kepergian Jhon dari hadapannya, seketika hati Alisya seperti hancur. Ia seperti di tinggal oleh seseorang yang sangat berarti, seseorang yang sejak lama telah ia nanti kehadirannya.

Ia hanya bisa meratapi kesedihan di dalam hatinya. Selera makannya juga seketika hilang. Tanpa di sadari air matanya jatuh, membasahi pipi yang kini terlihat memerah.

Sementara tanpa ia sadari juga Jordan telah kembali, dan melihat situasi Alisya yang kala itu tengah bersedih.