NovelToon NovelToon
Ketika Cinta Berbisik

Ketika Cinta Berbisik

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:24.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mami Al

"Aku tidak mau menikah dengannya, Bu!"

Ibram tidak mampu menolak keinginan ibunya untuk menikahi gadis pilihannya. Padahal Ibram sudah punya gadis impian yang ia dambakan. Ibu menolak alasannya, terpaksa Ibram menerima pernikahan itu meskipun sang istri berusaha mencintainya namun hatinya masih enggan terbuka.

Bagaimana kelanjutannya? Tetap ikutin cerita baru Mami AL. Jangan lupa like, poin, komentar dan vote. Mohon untuk memberikan komentar yang bijak.

Selamat membaca 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 - Ditemani Malik

Ibram hari ini akan berangkat ke luar kota, ia meminta Malik untuk menemani Arumi selama dia tak berada di rumah. Kebetulan Malik masuk kerja pukul 10 pagi, jadi dirinyalah yang mengantarkan serta menemani Arumi berbelanja.

"Apa setiap hari Mba pergi jalan kaki kalau ke pasar?" tanya Malik yang sedang mengendarai motor karena ia tahu jika sang kakak tak pandai membawa kendaraan beroda dua itu.

"Mas Ibram selalu mengantarkan Mba sebelum berangkat kerja, lalu pulang naik ojek atau becak," jawab Arumi.

"Oh."

"Kamu takutnya kalau Mas Ibram tidak memperlakukan Mba dengan baik?" tebak Arumi.

"Iya, Mba."

"Walaupun kami menikah karena dijodohkan, Mas Ibram bertanggung jawab atas tugasnya sebagai seorang suami," ujar Arumi.

"Aku senang jika rumah tangga kalian bahagia," ucap Malik.

"Mba berharap jika kamu menikah kelak selalu diberikan kebahagiaan," harapan Arumi.

"Aamiin.."

Satu jam sudah Arumi dan Malik berkeliling pasar. Keduanya pun pulang, tak lupa Arumi membelikan es dawet kesukaannya.

Diparkiran pasar, Arumi kembali bertemu Robi. Pria itu melemparkan senyuman kepadanya dan menghampirinya bersama seorang wanita paruh baya.

"Assalamualaikum, Arumi!" sapa Robi.

"Waalaikumussalam," ucap Arumi tanpa senyuman.

"Dia siapa, Rob?" tanya Mama Robi.

"Dia istrinya Ibram, Ma." Jawab Robi.

"Ya Allah, cantik sekali!" puji Mama Robi memandang wajah Arumi yang tersenyum singkat.

"Memang cantik, Ma. Ibram sangat beruntung mendapatkannya," kata Robi menatap genit Arumi yang menundukkan pandangannya itu tak luput dari perhatiannya Malik.

"Lalu dia siapa?" tanya Mama Robi mengarahkan pandangannya kepada Malik.

"Dia adik kandung saya, Bibi." Jawab Arumi memperkenalkan Malik.

"Oh," ucap Mama Robi. "Sangat tampan juga, coba Robi ada adik perempuan pasti sudah Bibi jodohkan dengan dia," Mama Robi tersenyum senang menatap Malik.

Arumi dan Malik hanya memberikan senyuman tipis.

"Ya sudah, kami mau belanja dulu," kata Mama Robi. "Ayo!" menarik tangan putranya dan berlalu. Namun, arah matanya Robi tetap tertuju kepada Arumi yang menurutnya sangat tidak membosankan.

"Mereka siapa, Mba?" tanya Malik perlahan menarik motornya keluar dari batas parkir.

"Robi temannya Mas Ibram," jawab Arumi.

"Oh," ucap Malik singkat. "Tapi, temannya itu tak sopan, Mba," lanjutnya.

"Maksudnya?" tanya Arumi.

"Dia sudah tahu kalau Mba adalah istrinya Mas Ibram tapi genitnya begitu. Apa dia tak mampu menjaga perasaan temannya sendiri," kesal Malik melihat sikap Robi.

"Entahlah, Mba pun juga tidak mengerti. Semoga saja dia menemukan wanita yang tepat biar tak mengusik kehidupan rumah tangga kami," harap Arumi.

"Semoga saja, Mba."

-

Mereka sampai di rumah, Arumi pergi ke dapur memindahkan barang belanjaannya ke tempat masing-masing. Sedangkan Malik menikmati es dawet sebelum berangkat kerja.

Tepat pukul 9 lewat 15 menit, Malik berangkat kerja. Jarak tempuh dari rumah iparnya ke toko memang sangat jauh. Tapi, semua hanya sementara sambil menunggu tempat kos yang nyaman.

Malik bekerja di toko elektronik, dia cukup lama mencari bekerja di tempat itu setidaknya ada 3 tahun sambil kuliah. Sibuk membersihkan beberapa barang, terdengar suara riuh dari arah parkiran. Beberapa orang berkerumun meminta foto salah satu wanita.

Malik menajamkan penglihatannya, ia merasa tak asing dengan sosok di depannya itu. "Bukankah dia Nadira?"

Nadira masuk ke toko didampingi 2 orang pria dan wanita. Satpam toko dan penjaga parkir menghalangi beberapa orang yang hendak mengejar Nadira.

"Aku sudah bilang, mending kamu tidak usah ikut. Jadi, begini 'kan?" omel wanita di sebelah Nadira.

"Aku bosan di rumah apalagi ada Marcell," kata Nadira yang tatapan matanya kini tertuju kepada Malik.

"Mereka jadi mengejar kamu dan sangat menyusahkan," ucap wanita itu lagi.

"Kalian pilih barangnya, aku mau ke sana!" tunjuk Nadira ke arah Malik yang sudah berbalik badan.

"Ya, terserah kamu saja!" kesal wanita itu.

Nadira menghampiri Malik yang menghindari dirinya. "Hai, apa kabar?"

Malik membalikkan badannya, "Alhamdulillah, baik."

"Aku tidak menyangka kita bertemu di sini," kata Nadira tersenyum ramah.

Malik hanya tersenyum tipis.

"Sudah lama bekerja di sini?" tanya Nadira.

"Sudah. Tapi, sebelumnya bukan di sini. Ini baru buka beberapa hari," jawab Malik.

"Oh, begitu."

"Mba cari apa? Biar saya bantu," Malik menawarkan diri.

"Sebenarnya bukan aku yang ingin beli tapi mereka!" Nadira menunjukkan ke arah kedua asistennya.

"Oh, tapi kenapa mereka tadi mengejar Mba? Apa sebenarnya Mba seorang artis?" tanya Malik penasaran.

Nadira tersenyum, lalu menjawab, "Aku bukan artis tapi seorang model."

Malik tak menyangka jika Nadira adalah seorang model.

"Lain waktu kita bicara lagi, sampai jumpa!" Nadira mengakhiri percakapannya dengan Malik. Ia lalu menghampiri kedua orang asistennya.

"Cantik tapi----" ucapan Malik terjeda. "Ah, sudahlah. Semoga hidayah segera didapatkannya," tambahnya.

Dua orang asisten Nadira sedari tadi penasaran kepada sosok pria yang mengobrol dengan Nadira.

"Dia itu siapa?" tanya wanita sebagai manajer Nadira.

"Orang yang membantuku ketika mobil mogok kemarin," jawab Nadira.

"Kalian sepertinya sangat akrab?" terka pria yang berprofesi sebagai sopir sekaligus asistennya Nadira.

"Hanya kebetulan saja. Sepertinya dia pria sholeh, dia menjaga jarak berbicara denganku," ucap Nadira.

"Pasti dia akan mencari pasangan hidup yang alim dan berkerudung," sahut manajernya Nadira menyindir sang model.

"Aku juga bukan tipe istrinya," ceplos Nadira tersenyum.

***

Ibram pulang setelah 2 malam meninggalkan istrinya. Ia begitu merindukan wanita itu, sampai tak hentinya mengecup seluruh wajah.

"Mas, kamu kenapa, 'sih?" tanya Arumi ketika mereka berada di dalam kamar.

"Aku rindu dengan istriku ini," jawab Ibram.

"Rindu dengan ocehan aku setiap hari, ya?" singgung Arumi.

"Memangnya istriku ini sering mengomel? Tidak 'kan?" Ibram menatap wajah Arumi.

"Aku akan kelelahan jika terus mengoceh. Mungkin kalau kita punya anak pasti berbeda," ucap Arumi.

"Jika kita dikaruniai anak, aku janji akan membantu kamu mengurus dan merawat mereka," kata Ibram.

-

-

Malik kembali dari tempatnya bekerja pukul 10 malam. Ibram yang membukakan pintu, Malik menyalim tangan Ibram sebelum melangkah ke kamar.

"Mba Arumi sudah tidur, Mas?" tanya Malik.

"Tidak tahu sudah tidur atau belum, tapi ke kamar baru sepuluh menit lalu," jawab Ibram.

"Ini aku belikan martabak manis, tadi dia minta titip," ucap Malik.

"Martabak manis? Biasanya dia tak suka makannya kalau Mas belikan," kata Ibram heran.

"Entahlah, Mas. Aku juga bingung, memang biasanya Mba Arumi tidak terlalu suka makanan manis," ujar Malik.

"Mungkin lagi pengen dia," Ibram mencoba berpikir positif.

"Memang kemarin itu aku pernah cerita kalau ada yang berjualan martabak rasanya enak kali. Mungkin dia penasaran makanya minta titip," ungkap Malik.

"Mungkin saja," ucap Ibram. "Biar aku bangunkan dia!" lanjutnya.

Malik mengiyakan.

Tak lama kemudian Ibram kembali dengan istrinya dari arah kamar. Mereka bertiga duduk di ruang tamu menikmati cemilan bersama-sama.

"Kenapa tiba-tiba kamu pengen martabak manis?" tanya Ibram menatap istrinya.

"Aku penasaran dengan rasanya," jawab Arumi sembari menggigit sepotong martabak.

1
Siti Muntamah
q suka sifat ibram masih belum suka dia nggak kasar sama istri
Ma Em
Ibunya Nadira ini bagaimana yah bukannya menuntun anaknya kejalan yg baik dan benar malah mengajarkan yg tidak baik sama anaknya apakah Nana itu bkn ibu kandungnya Nadira.
Ma Em
Nana ini mungkin bkn ibunya Nadira kali masa ada orang tua mau menjodohkan sama orang yg sering memukuli anaknya meskipun itu orang kaya.
Ma Em
Luar biasa
Bundanya Nanda AL
wa'alaikum salam mami
Rani Ri
lanjut up thourrr 💪💪💪👍👍👍🥰🥰🥰
Rani Ri
jujur thourrr sebenarnya aku Kurang serkk nadira sama robby ,,aku ingin robby sama anisa di awall cerita bkn nadira
Rani Ri
Aishhh baru membaca lg niy thourrr ,,tadi aku pikir nadira sama malik,,trss anisa sama robby..ternyata aku salah ,,tapi tadi aku berharap begitu,,Hmmm gpp kan authorrr yg buat cerita
Kasma Aisya
ada ya orang tua begitu🤦😏
ida martinah
Hafuch orang luar aja nolongnya ikhlas.....eh simboknya minta diganti...🤦🤦🤦
Kasma Aisya
jangan salahkan tanggapan orang tentang tentang dirimu, karena dirimu sendiri yg membuat orang berfikir jelek tentang dirimu.
Rani Ri
Wahh seruu niy,,malik sama nadira,,robby sama Anisa gituu yea thourrr 👍👍👍🥰🥰🥰
Rani Ri
Nahhh kan ibram salah paham
Mami AL: Iya, Kak. Terlalu cemburu dia😅
total 1 replies
Rani Ri
Waduhhhh ibram salah paham sama roby...gpp rob yg penting kamu gk nyentuh Arumi,,memang jln menuju kebaikan itu byk cabaan yea robb
SayangEmak
lanjut
Nafisyah Bunda Raihan
Nadira sm Malik aza Thor
Robi sm Anissa
biar sm² bs memperbaiki diri
Kasma Aisya
bajumu terlalu seksi neng, tubuhmu terlalu murah kamu perlihatkan SM org
Welas Trianingsih
arumi lg hamil tuh kayaknya 😊😊😊
Asma Nurfadilah
next kak
Welas Trianingsih
semangat 💪💪💪
Mami AL: terima kasih, kak😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!