NovelToon NovelToon
The Secret Of Fernshine Lighthouse

The Secret Of Fernshine Lighthouse

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Keluarga / Persahabatan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Floricia Li

Cosetta Elwood tak pernah tahu rasanya memiliki tetangga seumur hidupnya. Ia bersama keluarganya tinggal di kompleks mercusuar di tepi pantai hutan Fernglove yang jauh dari pemukiman penduduk. Suatu hari, sebuah perahu datang terombang-ambing dari laut, yang membawa seorang anak laki-laki bernama Cairo Argoyle.

Awalnya, Cosetta merasa skeptis dengan anak laki-laki yang lusuh dan bau itu. Cairo mengaku bahwa ia tak ingat tentang masa lalunya. Namun, lambat laun Cairo menjadi teman baru yang menyenangkan baginya.

Hanya saja, kenapa ya, kadang-kadang seperti ada yang aneh dari diri bocah laki-laki itu? Semoga saja, sih, apa yang ia takutkan tidak terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Floricia Li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rona di Pipi Mabel

Jalur yang biasa dilalui penduduk desa ke dalam hutan sebenarnya tak begitu luas. Oleh karena itu, Cosetta bisa langsung melihat Mabel yang sedang mengumpulkan sesuatu di dalam keranjangnya.

Dahi Cosetta berkerut ketika ia semakin mendekati Mabel. Bau tembakau yang terbakar menusuk hidungnya. Rupanya, Mabel merokok!

“Mabel,” panggil Cosetta.

Gadis itu menegang, lalu menoleh ke arah Cosetta. Puntung rokok yang ia gunakan ia sembunyikan dengan cepat ke balik tubuhnya. Cosetta harus memutuskan antara bersikap seolah-olah ia tidak tahu atau harus menegur gadis itu. Tetapi, ketika percikan api muncul dan Mabel melonjak dengan pantat kepanasan, keputusan itu jadi mudah untuk diambil.

“Api! Oh, tidak!” seru Cosetta. Ia meraih botol air minum di saku tasnya. Tetapi, botol itu sudah habis isinya. Cosetta melemparkannya ke tanah. “Mabel, lakukan sesuatu!” teriaknya pada Mabel yang hanya mematung.

Cosetta melihat sekeliling. Tak jauh dari tempat Mabel berdiri terdapat sebuah keranjang yang di dalamnya terdapat sebuah cangkul kecil. Cosetta meraihnya. Ia menggali tanah di sekeliling api tersebut, lalu menutupkannya pada api. Tanah yang dingin itu menjadi agak panas. Tetapi setelah Cosetta menginjak-injaknya, akhirnya api itu sepenuhnya padam.

“Apa yang kamu lakukan, sih, Mabel? Kenapa kamu merokok di dalam hutan? Bukankah kamu tahu peraturan di dalam hutan lindung tidak boleh merokok? Ayahku bisa kena masalah soal ini. Dan ... dari mana kamu membeli rokok?” tanya Cosetta.

Sisa-sisa kepanikan di wajah Mabel berubah menjadi kesebalan mendengar kecerewetan Cosetta. “Memangnya kenapa? Lagipula apinya juga sudah padam.”

“Kalau aku tidak punya ide untuk menguburnya dengan tanah, memangnya akan padam? Pembakaran hutan tanpa izin adalah tindakan kriminal, Mabel.”

“Kalau kamu tidak datang tiba-tiba memangnya aku akan menjatuhkan rokokku?”

“Aku akan melaporkan pada ibumu kalau kamu merokok.”

“Oh, laporkan saja. Aku akan senang kalau mereka mengusirku.”

Suasana kian memanas. Kepala Cosetta sampai sakit. Ia ingin datang dan menanyai Mabel baik-baik tentang peta itu, tetapi yang terjadi adalah mereka saling berdebat. Cosetta menghela napas. Gadis ini memang liar sekali! Siapa yang peduli kalau ia akan berhenti sekolah? Ia tak percaya gadis malang yang ia usulkan pada teman-teman sekelas untuk mengunjunginya malah hampir membakar hutan. Alangkah baiknya kalau ia tidak mengucapkan rencananya pada Mrs. Daughtler.

“Apakah kamu juga akan berkata begitu kalau aku memberitahu ibumu kalau kamu mencuri peta di ruang guru di sekolah?”

Mata Mabel menajam. “Aku tidak mencurinya.”

“Lalu, kertas apa yang kamu bawa kemarin di padang rumput? Aku yakin kertas mahal seperti itu tidak akan ditemukan di toko alat tulis lokal kita.”

“Cosy, kamu sangat berbakat membuat orang sebal, ya? Kamu saja tak tahu kertas apa yang kubawa tapi sudah main menuduhku.”

Cosetta sebenarnya bukanlah gadis yang pandai bersilat lidah seperti Mabel. Gadis itu seperti rakun betina, sementara Cosetta seperti kelinci lemah yang mencoba melawannya. Kali ini, ia merasa argumen Mabel sungguh benar. Bagaimana bisa ia menuduh Mabel tanpa bukti? Tetapi, ego tinggi khas anak remaja tak mengizinkannya untuk menyerah. “A-aku ingin melihat kertas itu. Kalau tidak, aku akan terus mencurigaimu.”

Mabel tertawa. “Curigailah aku semau kamu, Sayang. Kertas itu milikku dan aku berhak menyembunyikannya dari siapa pun.”

Cosetta menghembuskan napas keras. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Cosetta memiringkan wajah ketika melihat Mabel yang membersihkan pakaiannya. Gadis itu bahwa menata kembali tatanan rambutnya yang baru saja hampir terbakar.

Seorang anak laki-laki datang ke area mereka. Mata Cosetta melebar. “Cairo!”

“Oh, Cosetta. Kamu di sini,” kata Cairo seraya melihat ke arah Cosetta. Ia membawa setumpuk kayu di punggungnya. Ia meletakkannya ke tanah.

Mata Mabel melebar. Ia melihat ke antara Cairo dan Cosetta bergantian. “Cosetta, kamu mengenalnya?”

“Ya,” kata Cosetta singkat. Lagipula, ia masih sedikit kesal dengan Cairo yang menyebabkan nilai ketrampilannya hanya 65.

“Oh. Di-di mana kalian kenal?” tanya Mabel.

“Aku lebih penasaran dengan bagaimana kalian saling mengenal,” tanya Cosetta. Ia membiarkan Cairo yang menjawab pertanyaan Mabel.

“Aku tinggal di mercusuar dengan Mr. Elwood, aku juga bekerja untuknya. Itulah mengapa aku bisa mengenal Cosetta,” kata Cairo pada Mabel. Kemudian ia melihat ke arah Cosetta. “Aku tanpa sengaja bertemu dengannya tadi. Katanya dia ingin mencari jamur dan buah-buahan di dalam hutan. Jadi, aku menawarkan untuk mencarikannya untuknya.”

Cosetta mengerjap. Hampir saja skenario tentang Cairo dan Mabel yang telah mengenal lama memenuhi kepalanya. “Baiklah.”

Cairo menyerahkan bungkusan kain pada Mabel. “Ini untukmu.”

“Terima kasih!” kata Mabel. “Kamu sangat baik. Apakah aku perlu membayarmu?”

Suara Mabel yang manis membuat Cosetta mengerjapkan mata berkali-kali. Seumur-umur ia mengenal gadis itu, suaranya tergolong kasar dan cuek. Tetapi kali ini suaranya amat manis. Bahkan ia memberikan senyumnya pada Cairo.

Oh, dear.

Cosetta memperhatikan Cairo. Pemuda itu tergolong lumayan tinggi bagi anak seusianya. Tetapi rambutnya yang acak-acakan dan ekspresi wajah yang serius itu membuat Cosetta tak dapat melihat ketampanannya. Teman laki-laki di kelasnya bahkan lebih tampan, kalau ia mau jujur.

“Tidak perlu. Aku mendengar kalian berdebat tadi. Apa yang terjadi?” tanya Cairo.

“Tidak terjadi apa-apa. Cosetta ... ah, tidak apa-apa, kok,” kata Mabel.

Nada bicara Mabel sekan-akan ingin melaporkan sesuatu, tetapi tidak jadi karena ia ingin melindungi reputasinya. Cosetta menghela napas kasar. Gundukan tanah yang janggal itu masih ada dan Mabel sudah menuduhnya? Maaf saja, sekarang ia mengerti mengapa kebanyakan anak sebal dengan gadis itu.

Cairo melihat Cosetta dengan mata madunya. Tatapannya sedikit menuduh, tetapi sebentar kemudian langsung dialihkan.

“Oh, baiklah kalau begitu. Sepertinya rahasia para gadis, ya?” ucapnya.

“Ya! Rahasia,” kikik Mabel. “Ah, tapi biarkan aku membalas budi, ya? Aku tak bisa membiarkan sikap baik orang lain tanpa kubalas. Aku bukan gadis yang baik-baik saja dengan hal itu. Apakah kamu mau kutraktir es krim di kedai besok malam?” tanyanya penuh harap.

“Eh, memangnya tidak apa-apa? Bukannya sangat berbahaya kalau—“

Pipi Mabel memerah. Cosetta memutar mata. “Kalau begitu, kita bertemu lagi di sini besok? Aku akan membawakan es krimnya untukmu.”

Cairo spontan hampir menolaknya, tetapi akhirnya mengiyakan begitu melihat kode anggukan dari Cosetta. Sore itu, kedua gadis itu terlihat bahagia, tetapi dengan alasan masing-masing. Mabel berpamitan dengan pipi memerah dan hati berbunga-bunga. Sementara Cosetta mulai bisa membayangkan apa yang bisa ia lakukan terhadap Mabel melalui Cairo.

Sebenarnya, ketika Cairo terlintasi cahaya matahari sore, ia memang cukup tampan. Kenapa selama ini ia tak melihatnya?

“Teman sekelasmu?” tanya Cairo.

“Ya,” jawab Cosetta.

“Kamu sangat terlihat sedang merencanakan sesuatu. Aku suka ketika seseorang memperalatku.”

Cosetta mengerutkan dahi. “Kamu gila, ya?”

Cairo tertawa. “Aku hanya menerimanya dari orang yang punya rencana bagus. Ya, kan? Gadis itu mengerikan. Aku hanya berkata kalau bunga hemp bisa dibuat untuk rokok, dan ia benar-benar melakukannya sampai hampir membakar hutan? Wow.”

“Jadi, kamu tahu, ya?” tanya Cosetta.

“Tentu saja. Mudah melihatnya ketika botol minummu jatuh di tanah. Sementara kamu tidak membiarkan satu jarum pun lepas dari bantalannya,” kata Cairo setelah membungkuk dan memberikan botol minum Cosetta pada gadis itu.

Cosetta mengambilnya, lalu mendengus. “Sepintar itu dan kamu tidak tahu bahwa makanan yang ditutup di dalam kotak berlabel tidak boleh dimakan.”

“... Kamu, sangat pendendam, ya?”

1
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭
ya Tuhan, sopo kelinci 🐰😭🤣🤣
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭: kasian kelincinya 😔
Floricia Li: enak kan sop kelinci? 😂
total 3 replies
Alexander
Suka dengan gaya penulisnya
Maria Fernanda Gutierrez Zafra
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!