NovelToon NovelToon
Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku

Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:141.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

#Turun Ranjang

"Aisyah, jika aku pergi lebih dulu. Aku, ingin kamu menikah lagi dengan adikku, Galih."~Lucas Edward Hosea.

Istri mana yang tak terkejut saat mendengar ucapan suaminya, ketika menyuruh dirinya untuk menikah lagi. Hal itulah yang dirasakan Aisyah ketika Lucas memintanya untuk menikah lagi dengan sang adik, Galih.

Galih sebagai adik ipar sekaligus paman dari kedua keponakannya terpaksa menerima wasiat dari kakaknya, Lucas dan menikahi Aisyah.

Akankah, Aisyah bertahan dalam pernikahan keduanya itu atau Aisyah akan menyerah dan berpaling dari Galih suami keduanya?

Yuk, simak kisah mereka di Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jodoh Wasiat-19

Begitu tiba di rumah pada siang hari, Rezi segera turun dari mobil dengan langkah cepat dan marah. Wajahnya merah padam, tak bisa menahan amarah yang memuncak. Reza, kembarannya, juga turun dari mobil dan segera menyusul Rezi. Keduanya berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkan Aisyah yang masih berdiri di samping mobil dengan raut wajah sedih dan cemas.

Aisyah tahu betul, kedua anaknya sedang marah padanya karena Aisyah dan Galih kembali terlibat pertengkaran hebat di depan mereka. Aisyah mencoba mengejar Rezi dan Reza, berharap dapat berbicara dan menjelaskan situasi yang terjadi. Namun, usahanya sia-sia.

Rezi dan Reza sama sekali tidak menoleh, bahkan tak mau mendengarkan ucapan ibu mereka. Mereka mengunci pintu kamar, menolak untuk berbicara lebih jauh dengan Aisyah. Melihat perlakuan acuh tak acuh dari kedua anaknya, Aisyah merasa sangat terpukul. Hatinya bagai diremas-remas oleh kesedihan yang mendalam. Namun, dia sadar bahwa kesalahannya telah menimbulkan luka yang mendalam di hati anak-anaknya. Aisyah akhirnya memutuskan untuk kembali ke kantor, berharap jarak dan waktu bisa memberikan ruang bagi Rezi dan Reza untuk merenung dan menerima permintaan maafnya kelak. Ketika melangkah meninggalkan rumah, air mata Aisyah tak bisa lagi tertahan, jatuh membasahi pipinya yang pucat.

Tak lama setelah Aisyah memasuki halaman perusahaan, matanya segera tertuju pada mobil BMW putih milik Galih yang sudah terparkir di sana. Hatinya berdebar, mengetahui bahwa Galih sudah tiba lebih dulu di kantor. Akan ada pertemuan apa hari ini antara mereka, pikir Aisyah. Jujur saja, dia sendiri lelah jika harus berdebat kembali dengan Galih.

Tiba di lobi perusahaan, Galih keluar dengan seorang karyawan wanita. Keduanya terlihat akrab sedang membahas sebuah dokumen yang ada di tangan wanita itu dan berjalan begitu saja melewati Aisyah yang baru saja masuk ke dalam lobi.

Galih bersikap seolah tak terjadi apa-apa antara dia dan Aisyah. Galih tak ingin masalah pribadi keduanya melibatkan pekerjaan sehingga Galih mengabaikan Aisyah yang saat ini berdiri di depan resepsionis. Charlie yang baru saja keluar dari lift melihat Aisyah yang terus memperhatikan Galih yang berjalan dengan karyawan wanita menuju pintu lobi.

"Bu, siang. "Sapa Charlie, Aisyah menoleh dan mengangguk sekilas.

"Hari ini Pak Galih pergi ke lapangan proyek untuk bertemu dengan beberapa klien yang sudah menunggu di sana. Lalu, Melisa karyawan wanita yang diutus perusahan untuk membantu Pak Galih, dalam menangani proyek tersebut." Charlie menjelaskan jawaban yang sejak tadi dicari oleh Aisyah. Tetapi, Aisyah mengerutkan keningnya mendengar ucapan Charlie.

"Maaf, Bu. Satu lagi Tuan Hendro meminta ibu untuk datang ke lapangan golf jika mau membahas kerja sama dengan Tuan Hendro. Apa sebaiknya kita tolak saja kerja sama ini? Tuan Hendro bukan orang baik dalam berbisnis, Bu. Saya takut...."

"Tidak masalah, kita bisa. Siapkan mobil kita akan segera menemuinya,"Charlie mengangguk dan undur diri untuk mengambil mobil di tempat parkir.

Begitu tiba di lapangan golf, Tuan Hendro langsung menghampiri Aisyah dan Charlie. Dengan sikap angkuh, Tuan Hendro melarang Charlie untuk masuk ke ruang VIP bersama Aisyah.

"Aku hanya ingin berbicara dengan Aisyah seorang diri mengenai kerja sama bisnis kita. Jadi, kamu tidak perlu ikut," ujar Tuan Hendro sambil menunjuk Charlie.

Aisyah merasa cemas dengan tuntutan Tuan Hendro, namun setelah melihat ada CCTV yang terpasang di dalam ruangan, ia yakin bahwa Tuan Hendro tidak akan berani berbuat macam-macam kepadanya. Aisyah pun menoleh pada Charlie.

"Tenang saja, kamu tunggu saja di luar. Aku akan baik-baik saja di dalam."

Charlie tampak gelisah, namun ia akhirnya mengangguk setuju dan memilih untuk menunggu di luar ruangan VIP. Ia merasa khawatir akan keselamatan Aisyah dan memutuskan untuk mengirim pesan kepada Galih, teman baiknya, meminta bantuan agar datang secepatnya ke lapangan golf tersebut.

Sementara itu, di dalam ruangan VIP, Aisyah duduk berhadapan dengan Tuan Hendro. Mereka mulai membahas mengenai kerja sama bisnis yang direncanakan. Aisyah berusaha tetap tenang dan fokus, meski hatinya masih merasa cemas. Di luar ruangan, Charlie terus memantau situasi melalui pintu kaca dan berharap Galih segera tiba untuk membantu mengawasi Aisyah.

Tuan Hendro menatap Aisyah dengan pandangan mesum, wanita berhijab itu sedang duduk di depannya membahas soal kerja sama bisnis. Aisyah, yang merasa diperhatikan, mulai merasa risih dan gelisah.

Akan tetapi, dia mencoba untuk tetap fokus pada pembahasan.Tak tahan dengan keinginannya, Tuan Hendro mencoba menyinggung soal status Aisyah yang merupakan seorang janda. Dia bahkan berani meminta Aisyah untuk menjadi simpanannya. Aisyah terkejut dan marah mendengar ucapan Tuan Hendro, tetapi dia menahan amarahnya dan tetap bersikap sopan.

Tanpa disadari Aisyah, Tuan Hendro sudah mencampurkan obat ke dalam minumannya. Ketika Aisyah meneguk minuman itu dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, karena kehausan, dia memutuskan untuk meminumnya.

Tak lama setelah itu, Aisyah merasakan pusing dan sakit di kepalanya. Dia juga merasa sakit di perutnya yang semakin lama semakin parah. Aisyah mencoba untuk tetap tegar, tetapi kesakitan yang dirasakannya membuatnya sulit untuk berbicara dengan lancar.

Sambil menahan rasa sakit, Aisyah berusaha untuk menyelesaikan pembahasan dengan Tuan Hendro. Walaupun dia sudah tahu bahwa Tuan Hendro bukanlah orang yang baik, Aisyah tetap mencoba untuk menjaga kehormatan dan martabatnya sebagai seorang wanita.

"Saya perlu ke toilet,"seru Aisyah hendak berdiri dan Tuan Hendro langsung melarangnya.

"Kenapa terburu-buru?"tanya Tuan Hendro dengan nada manja dan ingin menyentuh Aisyah. Tetapi, wanita itu langsung melayangkan satu tamparan yang membuat Tuan Hendro begitu marah dan tak terima Aisyah menamparnya, Tuan Hendro ingin menampar ulang Aisyah saat itu juga.

1
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!