11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Anggi berjalan anggun mendekati meja Morgan. Tiba di sana, ia langsung duduk di kursi yang ada di samping Morgan. Hal itu tentu membut wanita yang bersama Morgan tersebut menjadi emosi.
"Kau, apa kau tidak punya sopan santun hingga duduk di meja kami tanpa permisi?" cecar wanita yang bersama Morgan itu.
"Hai, maaf kalau aku mengganggumu. Perkenalkan, aku Anggi, kekasih Morgan." Anggi mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Namun ternyata wanita itu justru menatap Anggi tajam. "Kau tidak suka basa-basi rupanya. Baiklah kalau begitu, aku ingin kau pergi karena aku ingin berbicara empat mata dengan kekasihku." ucap Anggi.
"Kekasih? Dalam mimpimu." ejek wanita itu.
Morgan yang mendengar pertengkaran tak berpaedah antara Anggi dan wanitanya hanya menatap keduanya jengah. Ia lantas bangkit dari duduknya dan meninggalkan Anggi dan wanitanya itu yang tengah asik bertengkar.
"Daddy! Kau mau kemana?" tanya wanita itu saat sadar bahwa klien-nya telah pergi.
"Daddy, daddy, dasar tidak tahu malu." cibir Anggi.
"Kau yang tidak tahu malu. Daddy Morgan itu klien-ku, tapi kau malah merusak semuanya."
Brak!
Anggi menggebrak meja dengan keras sembari menatap wanita di depannya dengan tatapan tajam. "Aku peringatkan padamu untuk tidak mendekatinya karena dia adalah kekasihku."
"Kalau aku tetap mendekatinya?" tantang wanita itu.
"Kita lihat saja apa yang terjadi jika kau berani bermain-main denganku."
*
Setelah tadi siang menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan bersama kedua sahabatnya, kini Anggi tengah me-rileks 'kan pikirannya dengan meminum coklat panas sembari menikmati angin malam di balkon kamar.
"Senang bertemu dengan anda, Tuan Morgan." sapa Sean.
"Cih! Kalau bukan karena ancaman gilamu itu maka aku tidak akan datang ke sini." ucap Morgan sinis.
"Jangan terlalu kasar padaku, kalau aku membisikan pada kedua mertuaku tentang kebiasaan burukmu, maka kau tidak akan lolos seleksi untuk menjadi menantu, bahkan mungkin kau akan langsung tereliminasi saat itu juga." ucap Sean.
"Aku tidak peduli."
Anggi mengerutkan alisnya saat mendengar suara Sean menyebut nama Morgan beberapa kali. Bahkan, suara Morgan 'pun turut terdengar di telinga Anggi. Karena rasa penasaran, Anggi langsung melirik ke bawah demi memastikan pendengarannya, dan seketika itu matanya melotot sempurna saat melihat Kak Zoe dan Sean bersama anak mereka tengah berbicara bersama Morgan.
"Jadi Mas Sean serius akan mengajak Morgan ke sini?" monolog Anggi saat teringat ucapan Sean kemarin malam.
Di lantai bawah, Sean bersama Zoe langsung masuk dan bersalaman dengan Bunda Gita dan Ayah Ardan. Mereka berbincang sejenak, hingga kehadiran Morgan di tengah-tengah mereka membuat mereka terdiam dan saling lirik.
"Selamat malam Om, Tante." sapa Morgan.
"Malam," jawab Bunda Gita. Bunda Gita lantas melirik Sean dan Zoe untuk meminta penjelasan. Karena ia merasa tidak mengenal Morgan sebelumnya.
"Dia sahabatku sekaligus kekasih Anggi, Bun." ucap Sean, menjawab kebingungan mertuanya.
Anggi yang masih berada di kamarnya lekas berlari menuju lantai bawah. Begitu tiba di lantai bawah, ia langsung tersenyum pada Morgan. "Hai Honey."
"Anggi!" Bunda Gita menatap putri bungsunya tajam saat mendengar sapaan lembut dari sang putri kepada Morgan. Apalagi saag matanya melihat penampilan Anggi yang benar-benar merusak mata. Ya, Anggi hanya mengenakan tank top yang dipadukan dengan celana pendek di atas lutut.
"Dia kekasihku, bun. Wajarkan aku memanggilnya Honey."
"Tidak ada honey-honey sebelum menikah." ucap Bunda Gita tegas. "Kecuali kalau kalian berdua sudah siap untuk menikah secepatnya, maka Ayah dan Bunda masih bisa mempertimbangkan. Jadi bagaimana, kalian siap untuk menikah muda 'kan?" tanya Bunda Gita.
"Siap."
"Tidak!"
Morgan dan Anggi saling lirik satu sama lain karena jawaban mereka terlampau berbeda. Jika Anggi mengatakan siap, maka Morgan sebaliknya, ia merasa tidak siap. Bukan hanya tidak siap, tapi juga karena ia dan Anggi tidak memiliki hubungan apapun. Bahkan, kalau saja tadi Sean tidak mengancamnya, maka ia tidak akan mungkin berada di sini sekarang. Karena waktunya untuk bermain bersama para wanitanya akan jauh lebih indah daripada berkunjung ke kediaman gadis rese yang selalu mengganggunya akhir-akhir ini.
"Jadi yang mana yang benar, kalian siap atau tidak?" tanya Bunda Gita.
"Mereka siap Bun." Sean yang menyahut, membuat Morgan melotot tajam padanya.
Ya, Sean mengetahui kalau Anggi tertarik pada Morgan. Entah mengapa, begitu mengetahui tentang ketertarikan Anggi membuat Sean cukup senang. Sebab ia tahu saat Anggi menginginkan sesuatu, maka sesuatu itu harus menjadi miliknya. Dan Sean berharap Morgan 'pun akan menjadi milik Anggi agar sahabatnya ini bisa meninggalkan dunia malamnya dan memilih berkomitmen hanya dengan satu wanita saja.